Senin, 28 Oktober 2013

SITI AISHA MENIKAH PADA USIA DEWASA !! FITNAH BESAR JIKA MENGATAKAN “NABI MENIKAHI AISHA PADA UMUR 6-9 TAHUN”

29 September 2012 pukul 12:22
 
Deka Budianto


Seorang teman kristen suatu kali bertanya kepada saya, “Akankah anda menikahkan saudara perempuanmu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?” Saya terdiam.
 
Dia melanjutkan, “Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?” Saya katakan padanya, “Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini.” Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya. Kebanyakan muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.
Bagaimanapun, penjelasan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang naif dalam mempercayainya. Tetapi, saya tidak cukup puas dengan penjelasan seperti itu.
Nabi merupakan manusia tauladan, Semua tindakannya paling patut dicontoh sehingga kita, Muslim dapat meneladaninya. Bagaimaanpun, kebanyakan orang di Islamic Center of Toledo, termasuk saya, Tidak akan berpikir untuk menunangkan saudara perempuan kita yang berumur 7 tahun dengan seorang laki-laki berumur 50 tahun. Jika orang tua setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, walaupun tidak semuanya, akan memandang rendah terhadap orang tua dan suami tua tersebut.
Saya percaya, tanpa bukti yang solidpun selain perhormatan saya terhadap Nabi, bahwa cerita pernikahan gadis brumur 7 tahun dengan Nabi berumur 50 tahun adalah mitos semata. Bagaimanapun perjalanan panjang saya dalam menyelelidiki kebenaran atas hal ini membuktikan intuisi saya benar adanya.
Nabi memang seorang yang gentleman. Dan dia tidak menikahi gadis polos berumur 7 atau 9 tahun. Umur Aisyah telah dicatat secara salah dalam literatur hadist. Lebih jauh, Saya pikir bahwa cerita yang menyebutkan hal ini sangatlah tidak bisa dipercaya.
Beberapa hadist (tradisi Nabi) yang menceritakan mengenai umur Aisyah pada saat pernikahannya dengan Nabi, hadist-hadist tersebut sangat bermasalah. Saya akan menyajikan beberapa bukti melawan khayalan yang diceritakan Hisham ibnu `Urwah dan untuk membersihkan nama Nabi dari sebutan seorang tua yang tidak bertanggung jawab yang menikahi gadis polos berumur 7 tahun.
Tulisan ini mencoba meluruskan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. yang telah berabad-abad lamanya diyakini secara tidak rasional. Dan efeknya, orientalis Barat pun memanfaatkan celah argumen data pernikahan ini sebagai alat tuduh terhadap Rasulullah dengan menganggapnya fedofilia. Mari kita buktikan. Secara keseluruhan data-data yang dipaparkan tulisan ini diambil dari hasil riset Dr.M. Syafii Antonio dalam bukunya, Muhammad SAW The Super Leader Super Manager (2007).
KUALITAS HADITS
Alasan pertama. Hadits terkait umur Aisyah saat menikah tergolong problematic alias dho'if. Beberapa riwayat yang menerangkan tentang pernikahan Aisyah dengan Rasulullah yang bertebaran dalam kitab-kitab Hadits hanya bersumber pada satu-satunya rowi yakni Hisyam bin 'Urwah yang didengarnya sendiri dari ayahnya, yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya yang pernah menyuarakan tentang umur pernikahan 'Aisyah r.a tersebut. Bahkan tidak oleh Abu Hurairah ataupun Malik bin Anas. Itu pun baru diutarakan Hisyam tatkala telah bermukim di iraq.
Hisyam pindah bermukim ke negeri itu dalam umur 71 tahun. Mengenai Hisyam ini, Ya'qub bin Syaibah berkata: "Apa yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpercaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Iraq." Syaibah menambahkan, bahwa Malik bin Anas menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Iraq. (Ibn Hajar Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib. Dar Ihya al-Turats al-Islami, Jilid II, hal. 50) Termaktub pula dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi Hadits, bahwa tatkala Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun (Al-Maktabah Al-Athriyah, Jilid 4, hal. 301). Alhasil, riwayat umur pernikahan Aisyah yang bersumber dari Hisyam ibn 'Urwah, tertolak. berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah buruk dan riwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.
URUTAN PERISTIWA KRONOLOGIS
Alasan kedua. Terlebih dahulu perlu diketahui peristiwa-peristiwa penting
secara kronologis ini:
Pra-610 M : Zaman Jahiliyah
610 M : Permulaan Wahyu turun
610 M : Abu Bakar r.a. masuk Islam
613 M : Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615 M : Umat Islam hijrah I ke Habsyah
616 M : Umar bin al-Khattab masuk Islam
620 M : Aisyah r.a dinikahkan
622 M : Hijrah ke Madinah
623/624 M : AISYAH SERUMAH SEBAGAI SUAMI ISTERI DENGAN NABI MUHAMMAD SAW.
Menurut Al-Thabari, keempat anak Abu Bakar ra. dilahirkan oleh isterinya pada zaman Jahiliyah. Artinya sebelum 610 M.
Jika 'Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti 'Aisyah lahir tahun
613 M. Padahal menurut Al-Thabari semua keempat anak Abu Bakar ra. lahir pada zaman Jahiliyah, yaitu sebelum tahun 610. Jadi kalau Aisyah ra. Dinikahkan sebelum 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di atas 13 tahun. Kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa pastinya beliau dinikahkan dan serumah? untuk itu kita perlu menengok kepada kakak perempuan Aisyah ra. yaitu Asma.
PERHITUNGAN USIA AISYAH
Menurut Abdurrahman ibn Abi Zannad, "Asma 10 tahun lebih tua dari Aisyah ra." (At-Thabari, Tarikh Al-Mamluk, Jilid 4, hal. 50. Tabari meninggal 922 M) Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Asma hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah (Al-Asqalani, Taqrib al-Tahzib, hal. 654). Artinya, apabila Asma meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal pada tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) - 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijriyah. Dengan demikian berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun.
Allohu a'lam bishshawab.
RIJALUL IMAM
Direktur ISCDIC (Indonesian Students Community for Development of Islamic Civilization) Studi Kritis Umur Aisyah ra.Sejak jaman sekolahan, kita telah membaca dan diberitahu bahwa Rasulullah s.a.w menikahi Aisyah ra, putri Abu Bakar ash Shidiq ketika Aisyah ra. berumur 6 tahun, dan berumah tangga dengan Rasulullah s.a.w ketika Aisyah ra. berumur 9 tahun. Riwayat ini tercatat dengan terang dalam kitab hadist Sahih Bukhori dan selama ratusan tahun menjadi 'kebenaran' dan 'dibenarkan' oleh ulama-ulama dan guru-guru agama dimanapun.
Hadist dan sejarah juga mencatat bahwa saat Aisyah ra. menikah, beliau masih bermain-main dengan boneka dan ayunannya. Siapa saja yang mendengar informasi ini 'apabila cara berfikirnya masih normal' akan menolak menyetujui kekonyolan itu. Apabila kita tidak memperhatikan bahwa pernikahan itu berlaku pada keluarga Rasulullah s.a.w tentukan kita sudah menuding pria yang menikahi anak perempuan berumur 6 tahun pastilah seorang pedofilia [1]. Lalu bagaimana para ulama dan umat Islam mencari-cari pembenaran pernikahan Aisyah ra. Dengan Rasulullah s.a.w ketika Aisyah ra. baru saja melewati masa balita-nya.
Pembenaran-pembenaran yang dipaksakan itu adalah:
Menganggap pernikahan seperti itu adalah wajar pada masa itu.Pernikahan tersebut menunjukan bahwa Aisyah ra. sudah matang berumah tangga sejak kecil dan merupakan kehebatan Islam dalam membentuk kedewasaan seorang anak.Bagaimanapun, penjelasan diatas tidak bisa diterima begitu saja oleh akal sehat. Hanya orang-orang naif yang mempercayai jawaban itu dan secara tidak langsung terus menerus mengkampanyekan pernikahan Aisyah ra. saat berumur 6 tahun.
Akibatnya, fitnah besar telah datang terhadap kehormatan diri Rasulullah yang suci, pribadi yang maksum, teladan umat Islam. Fitnah tersebut adalah bahwa seorang Nabi telah menikahi anak perempuan di bawah umur, melucuti pakaian dan meniduri anak-anak yang masih lucu-lucunya sambil memegang bonekanya. Belum lagi tuduhan pedofilia yang di lancarkan musuh-musuh Islam terhadap Rasulullah s.a.w. Naudzubullahi min dzalik.
Sebagian umat Islam bungkam atas 'kebenaran' yang dipaksakan ini, lalu mereka membuat 'pembenaran' dengan cara yang dipaksakan pula agar
'pembenaran' tersebut terlihat logis. Anda tentu tidak akan menikahi
anak perempuan anda yang berumur 6 tahun demi menjalankan 'sunnahrasul' kan?
Umur Aisyah ra. telah dicatat salah oleh hadist dan sejarah. Tidak benar bahwa Aisyah menikah ketika berumur 6 tahun. Itu fitnah yang sangat keji. Seorang ulama besar hindustan diabad 20, Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi[2] karena kecintaannya kepada pribadi Nabiullah, telah mengkaji secara mendalam umur Aisyah ra. Dan men-tahqiq [3] hadist yang disahihkan oleh Bukhari-Muslim dalam kitab-nya yang berjudul 'Umur Aesyah'.
Tentang umur Aisyah ra. banyak ahli sejarah yang menyampaikan pendapatnya. Ada yang mengatakan 9 tahun, 14 tahun, namun kebanyakan berpegang pada kitab Sahih Bukrori-Muslim yang menyebutkan Aisyah berumur 6 tahun saat menikah.
Dari Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah s.a.w menikahiku pada saat aku berusia enam tahun dan beliau menggauliku saat berusia sembilan tahun.
Aisyah ra. melanjutkan: Ketika kami tiba di Madinah, aku terserang penyakit demam selama sebulan setelah itu rambutku tumbuh lebat sepanjang pundak. Kemudian Ummu Ruman datang menemuiku waktu aku sedang bermain ayunan bersama beberapa orang teman perempuanku. Ia berteriak memanggilku, lalu aku mendatanginya sedangkan aku tidak mengetahui apa yang diinginkan dariku.
Kemudian ia segera menarik tanganku dan dituntun sampai di muka pintu. Aku berkata: Huh.. huh.. hingga nafasku lega. Kemudian Ummu Ruman dan aku memasuki sebuah rumah yang di sana telah banyak wanita Ansar. Mereka mengucapkan selamat dan berkah dan atas nasib yang baik. Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka sehingga mereka lalu memandikanku dan meriasku, dan tidak ada yang membuatku terkejut kecuali ketika Rasulullah S.A.W datang dan mereka meyerahkanku kepada beliau .[Bukhari-Muslim No. 69 (1442)]
Makna yang sama tercatat juga dalam kitab Sahih Bukhari Volume 5, buku-58 nomor 238. [4]
Dan masih banyak lagi di dalam hadist dalam kitab Bukhari-Muslim yang mencatat cerita Aisyah ra. ini, dimana memuat 3 informasi penting, yaitu: (1) Aisyah ra. di nikahi saat berumur 6 tahun, (2) berumah tangga saat berumur 9 tahun, (3) saat dirinya di serahkan kepada Rasulullah, Aisyah sedang bermain-main ayunan.
HADIST UMUR AISYAH RA. TIDAK SHAHIH
Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mencatat keganjilan pada
hadis-hadist yang menyebut umur Aisyah ra.
Bukti-bukti dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Islam [5]
berselisih tentang perawi hadist tersebut riwayatnya bersumber dari
Aisyah ra. atau-kah pengamatan Urwah bin Zubair. Tapi yang pasti, bukan
kata-kata Rasulullah s.a.w. Jika ini adalah kata-kata Urwah bin Zubair
[6], maka itu bukanlah hadist dan hanya sekedar dongeng serta tidak
memiliki implikasi apapun terhadap syariah.
Namun jika ini perkataan Aisyah ra., setelah dicermati, semua hadist
tersebut perawinya tersambung kepada Hisyam bin Urwah dari bapaknya Urwah bin Zubair yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Hanya dari garis itu saja, hanya Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubair! Tidak ada yang lain.
Tidak ada sahabat-sahabat nabi lainnya menceritakan umur Aisyah ra. saat menikah. Hanya ada Hisyam bin Urwah!
Ada apa dengan Hisyam bin Urwah? Dan siapa Urwah bin Zubair?
Tentang Hisyam bin Urwah, dua ulama besar pernah menjadi muridnya, yaitu Imam Malik dan Imam Hanafi. Hadist ini tidak tercatat dalam kitab Muwatta yang di tulis oleh muridnya Hisyam bin Urwah, yaitu Imam Malik. Hadist ini tidak tercatat di kitab-kitab yang ditulis Abu Hanifah.
Imam Malik dalam kitab Muwatta menulis bahwa Hisyam layak dipercaya dalam semua perkara, kecuali setelah dia tinggal di Iraq. Imam Malik sangat tidak rela dan tidak setuju Hisyam bin Urwah dikatakan sebagai perawi Hadist. Tehzib al-Tehzib, merupakan buku yang membahas mengenai kehidupan dan kridibiltas perawi hadis-hadis nabi s.aw, menulis Hadist-hadist yang bersanad oleh Hisham bin Urwah adalah shahih kecuali hadis-hadisnya yang di riwayatkan oleh orang-orang dari Iraq.
Ibnu Hajar mengatakan, Penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam bin Urwah
yang diceritakan orang-orang Iraq.
Dalam kesempatan lain Ibnu Hajar mengatakan tentang Hisyam bin Urwah sebagai seorang Mudallis [6]. Yaqub bin Abi Syaibah berkata: Hisyam adalah orang yang tsiqoh (terpercaya), tidak ada riwayatnya yang dicurigai, kecuali setelah ia tinggal di Irak.
Cukup mengejutkan setelah kita mengetahui bahwa para perawi hadist umur Aisyah ra. semuanya penduduk Iraq.
Dari orang-orang Kufah, Iraq:
Sufyan bin Said Al-Thawri Al-Kufi Sufyan bin Ainia Al-KufiAli bin Masher Al-Kufi Abu Muawiyah Al-Farid Al-KufiWaki bin Bakar Al-KufiYunus bin Bakar Al-KufiAbu Salmah Al-KufiHammad bin Zaid Al-KufiAbdah bin Sulaiman Al-Kufi
Dari penduduk Basrah, Iraq:
Hammad bin Salamah Al-BasriJafar bin Sulaiman Al-Basri Hammad bin Said Basri Wahab bin Khalid Basri. Itulah orang-orang yang meriwayatkan hadist umur Aisyah ra dari Hisyam bin Urwah. Hisyam hijrah ke Iraq ketika berumur 71 tahun. Adalah aneh jika selama hidupnya Hisyam bin Urwah tidak pernah menceritakan hadist ini kepada murid-muridnya seperti Imam Malik dan Imam Hanafi dan sahabat-sahabatnya di Madinah selama 71 tahun tinggal di Madinah. Justru ia menceritakan hadist ini ketika hari tua menjelang ajalnya kepada orang-orang Iraq.
Lebih aneh lagi ketika kita mengetahui bahwa tidak ada penduduk Madinah atau Mekkah yang ikut meriwayatkan hadist tersebut. Bukankah Madinah adalah tempat dimana Aisyah ra. dan Rasulullah s.a.w pernah tinggal, serta tempat dimana penduduk Madinah menyaksikan waktu dimana Aisyah ra. mulai berumah tangga dengan Rasulullah s.a.w. Lalu mengapa orang-orang Iraq yang memiliki hadist ini? Sesuatu yang aneh bukan?
Jadi kesimpulannya jelas, hadist umur Aisyah ra. saat menikah diceritakan hanya oleh orang-orang Irak dari Hisyam bin Urwah. Hisyam bin Urwah mendapatkan hadist ini dari bapaknya, Urwah bin Zubair. Ibnu Hajar menyebut tentang Urwah bin Zubair seorang nashibi (orang yang membenci ahlul bait). Menurut Ibnu Hajar, seorang nashibi riwayatnya tidak di percaya.Kita tidak perlu meragukan nasihat dan ilmu yang dimiliki Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Madinah. Namun kita perlu memperhatikan pendapat ulama-ulama salaf yang menolak semua hadist yang di riwayatkan Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Iraq. Lalu bagaimana bisa Bukhari Muslim mencatat hadist ini dalam shahihnya?
BUKHARI MUSLIM MENGGAMPANGKAN PERAWI HADIST UMUR AISYAH
Salah satu prinsip ulama hadist yang dinukilkan oleh Baihaqi [7] adalah:
Apabila kami meriwayatkan hadis mengenai halal dan haram dan perintah dan larangan, kami menilai dengan ketat sanad-sanad dan mengkritik perawi-perawinya, akan tetapi apabila kami meriwayatkan tentang fazail (keutamaan) , pahala dan azab, kami mempermudahkan tentang sanad dan berlembut tentang syarat-syarat perawi.(Fatehul-Ghaith, ms 120)
Disinilah letak masalahnya. Umur Aisyah memang digampangkan kritik perawinya karena dipandang bukan bab penting mengenai halal atau haram suatu syariah. Para ulama hadist mengabaikan kesilapan dan kelemahan perawi dalam hadist Umur Aisyah karena umur tersebut dianggap tidak penting. Mereka tidak memeriksa perawinya secara terperinci.
Ibnu Hajar membela Bukhari tidak mungkin tersilap dalam mengambil perawi. Namun dengan kesal Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mengatakan bahwa semua riwayat Hisyam setelah tinggal di Iraq tidak bisa diterima. Mengenai tidak diterimanya Hisyam setelah di tinggal Irak, Ibnu Hajar mengakui bahwa penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam.
Mengenai ini, saya berpendapat Ibnu Hajar dan Imam Bukhari tidak menyadari keputusannya mempermudah sanad dan berlemah lembut dalam syarat perawi pada hadist umur Aisyah ra. Telah menciderai kepribadian Rasulullah beberapa abad kemudian. Saya tidak menampik keluasan ilmu kedua ulama besar tersebut, tapi kita yang hidup jaman sekarang patut meluruskan hadist tersebut.
Ketidaktelitian riwayat Hisyam ini memang tidak mengalami masalah di jaman dulu, namun berakibat buruk saat ini. Di abad ke 20 ini, tanpa disadari oleh ulama-ulama hadist di jaman dulu, masalah umur Aisyah ra. telah menjadi fitnah yang keji terhadap pribadi Rasulullah s.a.w. Fitnah ini tanpa sadar diiyakan oleh umat Islam sambil terseok-seok mencari pembenarannya. Alhamdulillah, fitnah ini telah diluruskan oleh Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi yang men-tahqiq hadist Bukhari tersebut.
Lalu berapa umur Aisyah ra. saat menikah dengan Rasulullah s.a.w?
Justru Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi berpegang lagi kepada hadist-hadist Bukhari-Muslim. Setelah kita mengetahui bahwa hadist tentang umur Aisyah ra. Saat menikah dengan Rasulullah S.A.W adalah hadist yang dhaif 'atau di-dhaifkan' maka sudah sepantasnya umat Islam tidak lagi menulis atau menyebutkan umur Aisyah ra. saat menikah adalah 9 tahun apalagi 6 tahun. Tulisan ini dibuat setelah melakukan walking blog terhadap blog beberapa anak-anak Tarbiyah yang secara mengejutkan masih banyak yang bangga dengan umur Aisyah ra. saat menikah. Secara mengejutkan mereka justru telah mempropagandakan sebuah fitnah terhadap nabi mereka.
Ditulis karena kecintaan yang besar kepada Ummul Mukminin Aisyah ra., Istri Rasulullah s.a.w, putri Khalifah pertama umat Islam, dan sumber riwayat hampir seper-empat hadist-hadist dan sunnah Rasul.
============================== ======
[1] Pedofilia:
kondisi orang yang mempunya ketertarikan atau hasrat seksual kepada anak-anak yang belum memasuki usia remaja. Definisi dari Wikipedia Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedofilia
[2] Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi, seorang ulama hadist dari tanah Hindustan yang lahir di Kandahla-India, tahun 1924. Tanah
hindustan di kenal banyak melahirkan ulama hadist, seperti al-Muttaqi.
Bapanya ialah Mufti Isyfaq Rahman, seorang ulama hadis yang amat disegani dan juga pernah menjadi mufti besar Bhopal, India.
[3] Tahqiq: Komentar atas sebuah hadist dan pembahasan lebih teliti.
[4] Sahih Bukhari Volume 8, Buku 73, Nomer 151, Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 236, Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 64, Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 65, Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 234, Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 18
[5] Perselisihan dan keanehan riwayat hadist ini termuat dalam Saheh Bukhari, Saheh Muslim, Sunan Abu Daud, Jami Tirmizi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Darimi dan Musnad Humaidi.
[6] Urwah bin Zubair adalah salah seorang Tabiin yang pernah berguru pada Aisyah ra. Di Madinah. Urwah adalah putra Zubair bin Awwam, seorang sahabat Rasulullah yang tercatat dalam berbagai kitab sebagai salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga dan dikenal sebagai Ahlul Syuro yang ditugaskan oleh khalifah Umar untuk memilih khalifah baru penggantinya.
[7] Baihaqi menukil pendapat tersebut dari Abdur-Rahman bin al-Mahdi. Abdur-Rahman bin al-Mahdi merupakan guru Imam Bukhari dan Imam Musli. Beliau adalah tokoh penting dalam ilmu rijal (biografi perawi).
Berapa Umur Aisyah Saat Menikah?
Data-data berikut dapat digunakan untuk menganalisa umur Aisyah ra.
DATA # 1: PERANG BADAR DAN UHUD
Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal): “Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].”
Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud dan Badr.
Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud
KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.
DATA #2: SURAT AL-QAMAR (BULAN)
Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda(jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, Kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon).
Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karena itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.
KESIMPULAN: Riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.
DATA #3: TERMINOLOGI BAHASA ARAB
Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: “Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)”. Ketika Nabi bertanya tentang identitas gadis tersebut (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.
Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun.Kata yang tepat untuk gadis belia yang masih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaimana kita pahami dalam bahasa Inggris “virgin”. Oleh karena itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah “wanita” (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).
Kesimpulan: Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah “wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan.” Oleh karena itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.
DATA #4: TEXT QUR’AN
Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur’an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?
Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat, yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur’an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid diaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri.
Ayat tersebut mengatakan : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. (Qs. 4:6)
Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslim diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan “sampai usia menikah” sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.
Disini, ayat Qur’an menyatakan tentang butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka. Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun.
Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tersebut secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah.
Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambil tugas sebagai isteri. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun.. Sama sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.
Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,”berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?” Jawabannya adalah Nol besar.
Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?
Abu Bakar merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur’an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau akan menolak dengan tegas karena itu menentang hukum-hukum Quran.
KESIMPULAN: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karena itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.
DATA #5: IJIN DALAM PERNIKAHAN
Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.
Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.
Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras tentang persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.
Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.
KESIMPULAN: Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami tentang klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.
Summary:
Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 9 tahun, Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah SAW dan Aisyah ketika berusia 9 tahun. Orang-orang arab tidak pernah keberatan dengan pernikahan seperti ini, karena ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.
Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 9 tahun oleh Hisham ibn `Urwah tidak bisa dianggap sebagai kebenaran, dan kontradisksi dengan riwayat riwayat lain. Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisham ibn `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibn Anas, melihat riwayat Hisham ibn `Urwah selama di Iraq adalah tidak reliable.
Pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka kontradiksi satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami internal kontradiksi dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 9 tahun ketika menikah adalah tidak reliable karena adanya kontradiksi yang nyata pada catatan klasik dari pakar sejarah Islam.
Oleh karena itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 9 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih jauh, Qur’an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab.
============================== ======
Semoga menambah ilmu dan wawasan kita dalam membaca dan menelaah suatu hadist.
kadang seorang perawi termahsyur pun melakukan khilaf.
(Dari berbagai Sumber)
Wallahu'alam bisawab..
NB : TOLONG SEBARKAN PADA MEREKA YANG BELUM MENGETAHUI HAL INI, AGAR MEMPERSEMPIT CELAH FITNAH PADA NABI MUHAMMAD

 

Kamis, 17 Oktober 2013

Sekulerisasi Turki

October 13, 2013  //  Sejarah  //  No comments
Hagia Sophia
Perubahan yang terjadi di Turki di awal tahun 1900-an, adalah salah satu perubahan yang sangat mengejutkan di sepanjang sejarah budaya dan sosial dunia Islam. Dalam waktu yang singkat, Kerajaan Utsmani yang berumur enam abad ini (1299-1923 M) jatuh tersungkur dan berganti menjadi sebuah negara sekuler yang menentang ajaran Islam, padahal sebelumnya Turki menjadi benteng umat Islam yang sangat diandalkan. Sekulerisasi di Turki tidak hanya terjadi dalam struktur pemerintahan, akan tetapi juga memasuki ranah ritual ibadah sehari-hari, seperti adzan dan shalat harus dengan bahasa Turki bukan bahasa Arab.
Apa yang penyebab terjadinya perubahan yang radikal di tubuh pemerintahan dan masyarakat Turki ini?  Jawabnya ada pada seorang yang bernama Mustafa Kemal, atau yang lebih dikenal dengan Atatürk. Pada masa pemerintahannya 1920-an – 1930-an M, Turki yang modern lahir, dan Islam hanya sebagai penumpang yang duduk di bagian belakang bus perubahan itu.
Kebangkitan Atatürk
Keputusan Kerajaan Utsmani untuk ambil bagian dalam Perang Dunia I pada tahun 1914 adalah sebuah kesalahan besar yang pernah mereka buat. Turki yang saat itu berada di bawah kepemimpinan seorang diktator “Tiga orang Pasha” mengambil kebijakan turut serta dalam peperangan di pihak Jerman yang melawan sekutu pimpinan Inggris, Perancis, dan Rusia. Kerajaan Utsmani pun digempur oleh tiga negara besar Eropa tersebut, Inggris menyerang dari sebelah Selatan, Rusia dari sebelah Timur, dan Yunani dari sebelah Barat. Saat perang berakhir, tahun 1918, kerajaan ini terbagi-bagi dan dikuasai oleh beberapa aliansi yang memenangi peperangan, praktis wilayah Turki Utsmani hanya dataran tinggi Anatolia dan wilayah asli Turki.
Di wilayah Anatolia inilah Mustafa Kemal muncul dan menjadi pahlawan nasional bagi Turki. Sebagai salah seorang panglima perang Utsmani, Mustafa Kemal diidentikkan dengan kepemimpinan yang baik di medan perang, khususnya pada Perang Gallipoli, dimana pasukan Utsmani berhasil memukul mundur Inggris yang hendak menyerang ibu kota Istanbul. Setelah perang usai, Kemal yang bercita-cita menjadikan Turki sebagai negara modern mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan ambisinya tersebut. Ia mulai membangun nasionalisme Turki, bukan Turki multi-etnik seperti Kerajaan Utsmani. Cita-citanya membangun Turki sebagai sebuah negara yang berdasarkan identitas Turki itu sendiri.
Kemal menyampaikan betapa pentingnya Identitas ke-Turki-an dan mengecilkan atau mengenyampingan identitas ke-Islama-an. Dia mengatakan, “Turki adalah bangsa yang besar, bahkan sebelum menerima agama bangsa Arab (Islam, pen.). Setelah menerima agama orang Arab, Agama ini tidak mampu mempersatukan orang-orang Arab, Persia, dan Mesir dengan bangsa Turki untuk membentuk sebuah bangsa. Agama ini telah menghilangkan dan membuat mati rasa nasionalisme bangsa Turki. Karena tujuan agama yang dibawa oleh Muhammad ini adalah  membawa semua negara ke dalam identitas politik dan nasionalisme Arab.” (Medeni Bilgiler oleh Mustafa Kemal Atatürk)
Akhirnya Mustafa Kemal diangkat oleh Majelis Agung Turki, The Grand National Assembly (GNA), di Ankara, sebagai presiden pertama Turki. GNA memandang Mustafa Kemal memiliki jiwa kepemimpinan yang tangguh dan telah teruji di Perang Gallipoli. Selain itu, khalifah yang lemah dan kekuasaan yang turun-temurun sudah tidak lagi mendapat dukungan penuh dari masyarakat Turki. Diangkatnya Mustafa Kemal sebagai presiden pertama Turki membuatnya digelari Atatürk, yang berarti Bapak Turki.
Penghapusan Kesultanan dan Kekhalifahan Utsmani
Pada awal berdirinya Republik Turki, pemerintahan sekuler ini tidak berani secara radikal menghapuskan sistem perundangan Islam di dalam negara ini bahkan Khalifah pun masih memiliki otoritas di Istanbul.
Dualisme kekuasaan yang ada di Turki tentu saja menimbulkan polemik dan instabilitas pemerintahan Republik Turki modern. Pada tanggal 1 November 1922, Atatürk berhasil menghilangkan pengaruh Turki Utsmani yang berkuasa sejak 1299. Otoritas kekhalifahan diserahkan kepada GNA, dan kesultanan hanya sebagai raja tanpa mahkota, hanya sebagai simbol semata.
Ataurk sengaja tidak menghapuskan kekhalifahan secara total karena menurut hematnya itu bukanlah langkah yang populer, rakyat sudah terlanjur biasa dengan kekhalifahan selama enam abad lamanya. Atatürk mengatakan kepada masyarakat Turki bahwa ia hendak mengembalikan sistem pemerintahan Abbasiyah antara tahun 900-an – 1500-an, dimana dibawah khalifah ada sultan atau emir yang berkuasa mengatur negara.
Politik Atatürk tersebut hampir tidak menimbulkan gejolak di dalam negeri Turki, namun pendukung-pendukung khalifah di wilayah luar Turki, khususnya India, tidak menerima kebijakan Atatürk itu. Pendukung para khalifah itu mulai menggalang suara dan membuat organisasi yang bertujuan menyelamatkan khalifah. Ternyata hal itu malah jadi senjata andalan Atatürk untuk menyingkirkan khalifah, dengan dalih politik dalam negeri Turki akan berdampak negatif karena campur tangan pihak luar, pada tanggal 3 Maret 1924, Atatürk dan GNA menghapuskan kekhalifahan dan mengirim semua anggota keluarga Utsmani yang tersisa ke pengasingan.
Demikian juga sistem perundangan, pemerintahan sekuler ini tidak berani langsung berterus terang menghapuskan undang-undang Islam dari wilayah Turki. Atatürk memberi kekuasaan pada GNA, untuk menetapkan agama Islam sebagai agama resmi negara dan memilih pakar-pakar agama yang mengawasi setiap undang-undang yang baru dikeluarkan, apakah undang-undang tersebut sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Namun kenyataannya ini adalah strategi Atatürk saja, agar kepemimpinannya tidak menimbulkan gejolak.
Serangan Terhadap Islam
Dengan diasingkannya khalifah keluar Turki, Atatürk semakin bebas menjalankan program sekulernya. Dengan selogan “Membersihkan Islam dari campur tangan politik”, ia mulai mengkritisi kebijakan-kebijakan yang Islami, sistem pendidikan dirombak, hal-hal yang berbau Islam dalam kurikulum dihapuskan. Infrastruktur agama juga dihilangkan, diantaranya Atatürk mengubah Masjid Hagia Shopia menjadi museum. Dewan syariat yang dibentuk GNA dua tahun yang lalu dihapuskan. Atatürk juga membuat kebijakan bahwa harta baitul mal dikuasai negara, madrasah-madrasah ditutup, hakim-hakim agama dipecat, dan pengadilan-pengadialan agama ditutup.
inside hagia sophia Sekulerisasi Turki
Kebijakan-kebijakan sekuler Atatürk ini tidak hanya berhenti pada tataran pemerintahan, kehidupan sehari-hari masyarakat Turki juga tidak lepas dari ide-ide sekulernya, sperti:
  • Pemakaian surban dan kopiah dilarang negara dan diganti dengan topi gaya barat (hat).
  • Penggunaan jilbab dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan dilarang dikenakan di ruang publik.
  • Kalender Hijriah diganti dengan kalender Masehi.
  • Pada tahun 1932, Turki melarang adzan dengan bahasa Arab dan diganti dengan bahasa Turki.
  • Hari jumat bukan lagi termasuk bagian dari akhir pekan, diganti dengan hari sabtu dan minggu mengikuti tradisi Eropa.
Setelah semua kejadian ini, GNA tidak lagi menutupi sandiwara yang mereka perankan selama ini. GNA menghapus pernyataan resmi mereka bahwa Islam sebagai agama negara, Islam secara nyata telah diganti dengan ideologi sekuler Atatürk.
Reformasi Bahasa
Atatürk menyadari reformasi sekuler ini akan berjalan sia-sia apabila orang-orang Turki berhasil menggalang persatuan dan mengadakan perlawan terhadapnya. Bahaya terbesar bagi tatanan baru Turki ini adalah sejarah bangsa Turki itu sendiri. Selama berabad-abad orang-orang Turki berada dalam satu ikatan persatuan yaitu persatuan Islam. Untuk menjauhkan orang-orang Turki dari sejarahnya Atatürk berupaya agar sejarah tersebut tidak terbaca dengan cara mereformasi bahasa.
Atatürk mengubah bahasa resmi negara, bahasa Turki yang diakulturasi dengan bahasa Arab (seperti di Indonesia Arab Melayu), menjadi bahasa Turki dan banyak menyerap unsur-unsur Eropa; bahasa Inggris, Perancis, dan Spanyol. Ia memanfaatkan keadaan tingginya prosentase buta aksara di Turki dengan menggalakkan program pemberantasan buta huruf, mengganti bahasa Arab dengan huruf latin. Aksara Arab adalah sebuah ancaman serius bagi sekulerisasi Turki, karena dengan pahamnya rakyat Turki akan bahasa Arab, maka sumber-sumber ideologi dan sejarah mereka sangat mudah untuk dibaca sehingga menghubungkan rakyat dengan sejarah mereka kembali.
Reformasi ini berjalan cukup sukses. Dalam beberapa dekade generasi Turki yang lama (Utsmani) benar-benar terputus dari generasi modern. Semakin jauhlah Turki dengan identitas Islam yang ditanamkan Turki Utsmani selama berabad-abad silam.
Turki Sekuler
turkey Sekulerisasi TurkiSemua politik dan strategi matang yang dilakukan Atatürk dan orang-orangnya secara efektif menghapus Islam dari kehidupan masyarakat Turki. Perjuangan-perjuangan kelompok Islamis seolah-olah tidak berarti lagi karena tekanan pemerintah dan ide-ide sekuler yang mereka terapkan serta dukungan militer yang semakin mengokohkan ideologi ini di tanah Turki.
Kesulitan mengembalikan syiar-syiar Islam di Turki terbukti dengan dikudetanya Adnan Menderes yang terpilih melalui proses demokrasi pada tahun 1950. Ia berhasil mengembalikan adzan dalam bahasa Arab, lalu dikudeta militer pada tahun 1960. Baru-baru ini, pada tahun 1996, Necmettin Erbakan terpilih sebagai perdana menteri Turki. Dengan lantang ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang “Islamis”, sekali lagi militer melakukan kudeta dan menggulingkan kekuasaannya yang hanya berlangsung selama satu tahun.
Pada saat ini, syiar-syiar Islam di Turki sedikit demi sedikit kembali bergelora di tangan pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyib Erdogan. Jilbab sudah boleh dikenakan oleh pegawai-pegawai pemerintah, kebijakan-kebijakan luar negeri yang mendukung rakyat Suriah merdeka, mendukung Presiden Mursi di Mesir dan lain sebagainya. Mudah-mudahan fanatisme yang membabi buta terhadap ideologi sekuler Eropa segera hilang dari tanah Turki dan berganti kembali menjadi negara Islam yang menjunjung nilai-nilai keadilan dan persaudaraan.
Sumber: Lostislamichistory.com
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel KisahMuslim.com

Senin, 14 Oktober 2013



JAMES T RIADY AKAN MENGKRISTENKAN UMAT ISLAM INDONESIA


James RiadyDari Wikipedia , ensiklopedia bebasLangsung ke : navigasi, cariIni adalah nama Tionghoa Indonesia , nama keluarga (李) Riady .Untuk terkenal Cina dinasti Tang penyair , lihat Li Bai .


 
Artikel ini berisi teks Cina . Tanpa dukungan multibahasa , Anda mungkin melihat tanda tanya , kotak , atau simbol lain bukan karakter Cina .James Riady李白James Riady.jpgCina Sederhana李白tradisional Cina李白Hanyu PinyinLi bai[ show] transkripsi


James Tjahaja Riady ( Cina:李白; pinyin : Li bai ; lahir 1957 di Jakarta ) [ 1 ] adalah wakil ketua Lippo Group, konglomerat besar di Indonesia . Dia adalah orang Indonesia Tionghoa , dan juga anak Mochtar Riady , pendiri kelompok . Kelompok ini baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan Khazanah Malaysia untuk melepaskan saham mayoritas di Bank Lippo . Karena dia baru saja masuk evangelis Kristen , James saat ini memfokuskan pada studi teologi .


1 kegiatan Bisnis2 Kontroversi3 kegiatan Injili4 Seni kepentingan5 Keluarga6 Catatan7 Bibliografi8 Pranala luarKegiatan usaha [sunting ]Riady yang masuk ke dalam komunitas bisnis Amerika dimulai pada tahun 1977 , ketika ia dibujuk oleh Arkansas perbankan mogul WR Witt dan Jackson T. Stephens , dan pendiri Stephens Inc , salah satu bank investasi terbesar di Amerika di luar Wall Street , untuk menjadi mitra dalam Stephens Worthen Banking Corporation , setelah Riady muda dikirim oleh ayahnya , Mochtar Riady , untuk mendirikan sebuah kehadiran perbankan di Amerika Serikat . Mochtar Riady juga tertarik untuk membantu direktur Jimmy Carter mantan anggaran , Bert Lance , menjual saham yang dimilikinya di Bank Nasional Georgia , meskipun kesepakatan itu tidak pernah terwujud . Melalui hubungan mereka dengan Stephens Inc keluarga Riady berkenalan gubernur lalu- Arkansas , Bill Clinton . Pada awal 1980-an James dan ayahnya menandatangani perjanjian lisensi dengan Zenith Electronics untuk memproduksi televisi berwarna di Indonesia dan membangun sebuah pabrik produksi besar di dekat Jakarta . Kemudian , pada tahun 1985 , Worthen didakwa karena telah diberikan senilai beberapa juta dolar ilegal , pinjaman preferensial kepada perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Riady . Pinjaman tersebut diduga telah disalurkan melalui Lippo Finance and Investment , perusahaan yang berbasis di Little Rock keluarga Riady ' didirikan pada tahun 1983 , serta Stephenses dan Liem Swie Liong , lain pengusaha Cina - Indonesia , kadang-kadang digambarkan sebagai telah mentor Mochtar itu . [ 2 ]Setelah Worthen , James Riady membeli Bank Perdagangan di California , bank Cina-Amerika tertua . Tidak lama setelah itu, pemerintah federal AS mengeluarkan perintah cegah dan tangkal untuk " pinjaman berbahaya " dan untuk pelanggaran terhadap undang-undang pencucian uang . [ 3 ] Riady kemudian segera dijual bank.James Riady pindah ke Los Angeles dan mendirikan Bank Lippo dengan bantuan Hong Kong bankir John Huang . Lagi bank kehilangan banyak uang , membuat sejumlah kredit macet , dan melanggar undang-undang pencucian uang [ 1 ] .Bersama dengan Jim Guy Tucker ia mendirikan sebuah perusahaan bernama AcrossAsia Multimedia Ltd Tucker , Gubernur Arkansas lain mantan , telah dipaksa untuk mengosongkan rumah gubernur pada tahun 1996 karena dugaan kecurangan dalam skandal Whitewater . Keduanya bertemu melalui Gereja Presbyterian Kedua Little Rock ini . Dengan AcrossAsia Multimedia mereka ingin membangun infrastruktur TV kabel terbesar di Indonesia menggunakan perusahaan bernama Kabelvision . Usaha ini tidak berhasil [ 2 ] .Kontroversi [sunting ]Kontroversi korupsi telah menandai karir bisnis Riady itu . Dalam kampanye presiden 1996 , James Riady adalah kontributor kampanye besar untuk Partai Demokrat . Pada tahun 1998 , Senat Amerika Serikat melakukan penyelidikan atas skandal keuangan kampanye presiden 1996 US . James Riady didakwa dan mengaku bersalah atas pelanggaran dana kampanye oleh dirinya sendiri dan perusahaannya . Dia diperintahkan untuk membayar 8,6 juta dolar AS baik untuk memberikan kontribusi dana asing ke Partai Demokrat , denda terbesar yang pernah dikenakan dalam kasus dana kampanye . [ 4 ] [ 5 ] [ 6 ] [ 7 ] Pada tahun 2008 , rekan bisnis dekat Riady ini Billy Sindoro , seorang eksekutif yang berbasis di Jakarta First Media Riady itu , difilmkan menyerahkan suap kepada pejabat lembaga anti - monopoli di Indonesia , KPPU . Media Riady dan Pertama yang kemudian dalam sengketa bisnis dengan sebuah perusahaan Malaysia dan KPPU adalah berunding bahwa perselisihan . Sindoro kemudian terbukti bersalah melakukan korupsi . Pada bulan Desember 2008 , milik Riady Jakarta Globe menerbitkan potret simpatik Sindoro di penjara di mana ia meratap ia tidak akan bisa menghabiskan Natal bersama keluarganya .Pada bulan Januari 2010 , Washington Post mengungkapkan bagaimana ' dipermalukan ' Riady telah menerima bebas visa oleh Pemerintahan Obama untuk masuk kembali ke AS , meskipun telah dilarang oleh pemerintahan Bush . Teman lama Riady , Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton menyatakan ia tidak punya pengetahuan tentang bebas visa . Seorang pejabat Departemen Luar Negeri , malu dengan wahyu Post , mengatakan " realitas masa lalunya tetap menjadi hambatan yang signifikan untuk masa depan perjalanan ke Amerika Serikat . " Riady menerima pengabaian dari aturan yang melarang orang asing masuk ke bersalah " kejahatan yang melibatkan perbuatan tercela , " sebuah istilah yang pengacara pemerintah pada umumnya menafsirkan untuk memasukkan penipuan. [ 3 ]James Riady tinggal bersama keluarganya di Lippo Village , Karawaci , dikelilingi oleh pembantu keamanan. Dia telah mendapat kecaman dari media karena keterlibatannya dalam skandal pendanaan kampanye . Hendardi , seorang aktivis hak asasi manusia Indonesia , pernah menyatakan bahwa Riady itu " prestasi besar adalah untuk mengekspor korupsi ke AS " [ 4 ]Kegiatan Injili [ sunting]Sejak pindah ke Kekristenan pada 1990 , James telah menjadi evangelis avid . Dia telah mendirikan yayasan , badan amal dan sekolah-sekolah Kristen terinspirasi untuk menyebarkan pesan di mayoritas Muslim Indonesia . Tak pelak , semangatnya telah bentrok dengan para fundamentalis Muslim di negara itu . Pada 23 Juli 2001 , Fortune menerbitkan sebuah wawancara dengan direktur Lippo di mana ia dianut visinya untuk mengubah desa-desa miskin ke Kristen . Kedua organisasi terbesar Muslim di Indonesia, 28 juta Muhammadiyah yang kuat , protes massal cepat berkumpul dan demonstrasi terhadap dirinya . [ Rujukan? ] .Di bawah organisasi Yayasan Pendidika Pelita Harapan , Riady membantu mendirikan sebuah universitas Kristen bernama Universitas Pelita Harapan ( UPH ) . Universitas ini merupakan salah satu sekolah berkualitas tinggi di Indonesia , dengan kampus yang indah dan tingkat pendidikan yang tinggi . Ia merekrut mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk menghadiri sekolah " Teachers College " ( TC ) pada program beasiswa , melatih mereka untuk menjadi guru dan mengirim mereka keluar untuk membawa pendidikan ke daerah-daerah terpencil di Indonesia . Lulusan Teachers College sering ditempatkan di sekolah-sekolah yang dimiliki dan dijalankan oleh organisasi : Sekolah Pelita Harapan , Sekolah Dian Harapan , dan Sekolah Lentera Harapan . Dia terlibat cukup pribadi dalam perguruan tinggi tertentu , menegakkan kode disiplin yang ketat serta membutuhkan siswa untuk menghadiri kapel mingguan dan gerejanya sendiri . Dia terkenal di universitas untuk khotbah-khotbahnya di kapel mingguan , di mana ia berfokus secara ekstensif pada penafsiran pasal demi pasal dari Roma . Mematuhi Riady teologi Reformed , sering disebut sebagai Calvinisme .Kepentingan seni [sunting ]James adalah seorang kolektor serius lukisan dan diketahui telah menghabiskan jutaan dolar untuk karya tunggal seni yang dia suka . Bagian dari koleksi yang luas dapat dilihat dipamerkan di Museum Lukisan UPH yang terletak di lantai 3 Menara Matahari di Lippo Karawaci . Ini menyimpan lebih dari 700 lukisan karya pelukis baik nasional dan internasional terkemuka termasuk Raden Saleh , Affandi , A. Sudjono , Barli [ disambiguasi diperlukan ] , Wakidi , AD Pirous , Widayat , Zaini , Srihadi Soedarsono , Agus Djaya , Trubus , Mochtar Apin , Sudjana Kerton , Ivan Sagito , But Mochtar , Hendra Gunawan [ disambiguasi diperlukan ] , Dede Eri Supria , Nasiah Djamin , Walter Speis , R. Bommet , Willem Dooijewaard , JD Van Herwerden , dll [rujukan?]Keluarga [sunting ]James Riady tinggal di Karawaci dengan keluarganya . Ia menikah dengan Aileen Hambali , dan mereka memiliki empat anak sekaligus : Caroline Riady Djojonegoro , John Riady , Stephanie Riady , dan Henry Riady . Ayahnya adalah Mochtar Riady , seorang pengusaha terkemuka Indonesia .Catatan [sunting ]1.Jump up ^ Suryadinata 1995, hlm . 1362.Jump up ^ " Riady atau tidak ? " . Mother Jones . Jan / Februari 1997.3.Jump up ^ Behar , Richard (23 Juli , 2001) . " Tahun Dari Pemasangan Kabel Dangerously Dua pria dari dunia yang berlawanan , keduanya tertangkap dalam skandal Clinton , menjalin kemitraan bermasalah di Jakarta " . Majalah Fortune .4.Jump up ^ " Demokratik Pencari Dana Flap : Cast Karakter " , CNN.com , 1 Juli 19975.Jump up ^ " Clinton Donor mengaku bersalah " , CBSNews.com , 20 Maret 2001

Minggu, 06 Oktober 2013

WASPADALAH : KRISTENISASI