Jumat, 31 Januari 2014

lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad dijalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela .................. surat Almaidah
 54
 



 
 


 

 
 

RELA MURTAD DEMI MENIKAHI ARTIS ( Jadikan ini pelajaran berharga agar membentengi iman dengan akidah yang kuat)

Musibah Besar! Muslimah Murtad Supaya Dinikahi Pemuda Kafir

Musibah buruk lagi besar menimpa keluarga Haji Anshori. Musibah besar yang lebih dahsyat daripada kecelakaan, gempa bumi, angin tornado atau sunami. Musibah yang jauh lebih menyedihkan daripada kematian, cacat, atau kemiskinan. Di mana keluarga haji tersebut harus putus perwalian, wala', dan loyalitas dari anak perempuannya. Puncakanya pada Jum'at, 18 Juni 2010, saat mereka harus menyaksikan pernikahan anak perempuannya yang berganti agama. Melissa Ariani memilih murtad (pindah agama) demi bisa menikah dengan kekasihnya Choky Sitohang, seorang presenter kristen yang sedang naik daun di Televesi waktu itu. Padahal dalam timbangan Islam, murtad adalah perkara yang sangat dibenci. Bahkan sangsinya di dunia dan akhirat sangat berat.
Murtad berarti meninggalkan agama Islam secara total dan berpindah kepada agama lain seperti Kristen, Yahudi, Buda, Hindu, dan lainnya dengan sengaja tanpa dipaksa. Murtad (keluar dari Islam) akan membatalkan iman seorang muslim, sebagaimana hadats yang menyebabkan batalnya wudlu'. Sedangkan mati di atas kemurtadan menghapuskan seluruh amal shalih.
Allah Ta'ala menjelaskan tentang nasib orang murtad di dunia dan akhirat,
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217) Di sini, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa mati di atas kemurtadan menghapuskan seluruh amal shalih di dunia dan akhirat, serta mengakibatkan kekal di dalam Neraka.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ
"Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat." (QS. Ali Imran: 90) Siapa yang kafir setelah sebelumnya beriman dan terus-terusan kafir dan tidak mau bertaubat sampai datang kematian, maka sekali-kali Allah tidak akan menerima taubatnya ketika ajal menjemputnya.
Orang yang murtad (menjadi kafir) atas pilihannya dan tanpa paksaan, pasti tertimpa murka dari Allah dan wajib kekal di neraka dengan adzab yang pedih. Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar." (QS. Al-Nahl: 106)

Pada ayat sesudahnya, Allah menjelaskan tentang alasan harus ditimpa adzab yang pedih, "Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi." (QS. Al-Nahl: 107-109)
Murtad (keluar dari Islam) akan membatalkan iman seorang muslim, sebagaimana hadats yang menyebabkan batalnya wudlu'.

Berharganya Nikmat Iman

Sesungguhnya nikmat Allah jumlahnya sangat banyak, tidak mampu dihitung. Di antara nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya adalah nikmat iman. Dengan iman, kita akan mendapatkan keridlaan Allah'Azza wa Jalla, bisa masuk surga dan selamat dari neraka. Dan ini merupakan pokok dari keberuntungan hidup. Allah Ta'ala berfirman,
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)
Sebaliknya tanpa iman sebaik apapun amal perbuatan tidak akan diterima oleh Allah. Bahkan kalau seseorang sebelumnya beriman, lalu berganti predikat dengan dengan musyrik dan kafir, seluruh amal ketaatan yang telah dilakukan akan terhapus. Apabila meninggal di atasnya akan menjadi penghuni neraka untuk selama-lamanya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. Al Nuur: 39)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqaan: 23)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ
"Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh." (QS. Al-Baqarah: 161-162)
Tanpa iman sebaik apapun amal perbuatan tidak akan diterima oleh Allah.
Dari Aisyahradliyallahu 'anhaberkata: "Aku bertanya kepada Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam, 'Ya Rasulallah, Ibnu Jud'aan sewaktu Jahiliyah telah menyambung silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah hal itu bermanfaat baginya?" Beliaushallallahu 'alaihi wasallammenjawab, "Tidak bermanfaat baginya karena tak pernah sehari pun dia berucap, "Ya Allah Tuhanku, ampunilah dosa kesalahanku pada hari pembalasan." (HR. Muslim)
voa Islam
yovie Ottera
 
 
MEMPERBAHARUI POSTING RISWANDI YG TELAH MENGHAPUS KEMBALI POSTINGANNYA..TETTANG PELECEHAN AGAMA ISLAM DAN ORANG MINANG..INI PERLU TINDAKAN LANJUT UNTUK MENJAGA HARKAT DAN MARTABAT ISLAM DAN MINANGKABAU...INI LAH ORANG YG TELAH BERANI BERUCAP BEGITU...APA PERASAAN DUNSANAK2 SEMUA SELAKU UMAT ISLAM DAN ORANG MINANG?????

Kamis, 30 Januari 2014


Artikel Misi: Allah dalam "saudara Sepupu" 
DAN INKARNASI TUHAN DALAM YESUS KRISTUS 2 
Kristologi berbasis Kitab Suci "saudara sepupu" menunjukkan bahwa ide-ide dari sebuah perselisihan doktrinal atas keadaan diri Kristus, yang timbul antara abad ke-3 dan ke-6 dalam gereja-gereja di daerah Mediterania, telah tersebar sampai ke Mekah. Orang-orang Yahudi mungkin juga telah memengaruhi "nabi sepupu" dengan penolakan terhadap status anak Ilahi Yesus. Karenanya, "nabi sepupu" menolak keberadaan Yesus yang surgawi dengan sebuah pemotongan tajam. Dalam Surah 112, kita menemukan inti "agama sepupu" dalam perintah untuk pengakuan "saudara sepupu", "Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan". Frasa ini ditekankan kepada setiap "saudara sepupu" sejak masa kanak-kanak -- Tuhan bukanlah seorang Bapa dan tidak pernah memiliki seorang putra. Dalam Surah 9:29,30, "nabi sepupu" memberikan sebuah argumen yang lebih radikal pada tema ini. Dia memastikan: "Orang Kristen berkata, 'Mesias adalah Putra Allah.' Inilah ucapan dari mulut mereka, sesuai dengan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka. Allah membunuh mereka! Betapa murtadnya mereka!'" Dengan kata-kata kutuk ini "nabi sepupu" menegaskan bahwa siapa pun yang percaya bahwa Tuhan adalah seorang Bapa dan Kristus adalah anak- Nya, haruslah dihancurkan oleh Allah. Siapa yang dapat menyangkal bahwa ini adalah sebuah manifestasi roh anti-Kristen? Dalam "agama sepupu", sebuah perwujudan nyata Tuhan dalam Kristus tidak terpikirkan. Dalam 1 Yohanes 2:22-23; 4:2-3, tanda-tanda antikristus dibuat jelas: "Inilah antikristus yang menyangkal Bapa dan Anak. Siapa pun yang menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa ... Setiap roh yang tidak mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang dalam rupa manusia bukanlah Roh Tuhan, dan inilah roh Antikristus." 
Pada awal 1984, Gaddafi menerbitkan sebuah surat terbuka kepada para pemimpin di dunia Kristen, di mana dia merangkum pemikiran-pemikiran "agama sepupu" dalam sebuah koran harian India. Kami telah mencetak ulang surat ini dalam Bahasa Inggris yang ada dalam lampiran. Surat ini merupakan ekspresi umum seluruh kristologi "agama sepupu". 
"Nabi sepupu" menganalisis pribadi Yesus. Dia memercayai mukjizat-mukjizat-Nya yang ajaib. Kitab Suci "saudara sepupu" mengatakan bahwa Yesus mencelikkan mata yang buta, menyembuhkan mereka yang menderita kusta, dan membangkitkan orang mati. "Nabi sepupu" mewartakan bahwa Yesus membentuk burung-burung dari tanah liat, memberikan napas kepada mereka, dan mereka semua terbang. Selain itu, Dia membebaskan murid- murid-Nya dari kewajiban mematuhi beberapa hukum yang rumit dan memberikan perintah-perintah baru. "Nabi sepupu" melihat bahwa dalam berbagai tindakan dan perkataan Kristus ini, tidak ada tanda otoritas dan kuasa ilahi-Nya, namun lebih merujuk pada kelemahan-Nya. "Nabi sepupu" berulang kali mengatakan bahwa Allah menguatkan Kristus melalui Roh Kekudusan, sehingga Dia dapat mengadakan mukjizat-mukjizat tersebut (Surah 2:87,253; 5:110). Di mata "nabi sepupu", Yesus merupakan sebuah instrumen dalam tangan Allah, yang menjadi sarana menyingkapkan kebesaran-Nya. "Nabi sepupu" tidak memahami kelemahlembutan Kristus ketika Dia mengatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
e-JEMMi 2012 
213 
mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai seseorang yang lembut dan rendah hati. Semangat seperti itu merupakan hal yang asing bagi "agama sepupu". Salah satu dari 99 nama-nama indah Allah adalah "Yang Mahamegah." Karenanya, "nabi sepupu" melihat kerendahan hati Yesus sebagai sebuah tanda kelemahan dan ketidakmampuan, dia tidak mengakui sumber kuasa dan otoritas-Nya. 
Semangat pemberontakan "agama sepupu" melawan Tuhan dan Kristus terungkap melalui dirinya sendiri, pada akhirnya dalam penyangkalan akan penyaliban Yesus. Dalam Surah 4:157 dikatakan, "Kami (orang Yahudi) membunuh Mesias, Yesus, Putra Maryam, utusan Tuhan -- namun mereka tidak membunuh-Nya, atau menyalibkan-Nya, hanya seseorang yang menyerupai Dia yang ditunjukkan kepada mereka." 
"Nabi sepupu" hidup di Mekah dengan mengalami banyak kesulitan besar, dikejar-kejar oleh para saudagar dari kota ini. Sulit baginya untuk menerima bahwa mereka menghina misinya. Ancaman-ancaman mereka begitu jelas untuknya: "Seperti orang Yahudi membunuh Kristus, putra Maryam, Utusan Allah, mungkin juga mereka membunuhmu juga, pengacau dan penipu, jika kamu tidak berhenti menyebarkan "agama sepupu"". Allah tidak menyelamatkan Yesus dari tangan orang Yahudi dan Dia tidak akan menyelamatkanmu dari kami juga." Namun "nabi sepupu" memercayai kemahahadiran Allah. Sulit dibayangkan baginya bahwa Tuhan yang agung akan mengizinkan pelayan-Nya yang teraniaya binasa. Karenanya, "nabi sepupu" menolak dan menyangkal penderitaan melalui kayu salib dan berkata, "Tidak mungkin! Allah itu setia. Dia pasti menyelamatkan Kristus yang setia, bahkan jika tampaknya Dia telah disalibkan bagi kerumunan orang yang kebingungan. Tidaklah benar bahwa Dia benar- benar mati di kayu salib, namun diangkat hidup-hidup oleh Tuhan." 
Ketakutan dan kekecewaan mungkin telah menyebabkan "nabi sepupu" menolak penyaliban Yesus. Ia ingin mengaburkan salib dan menghilangkannya dari muka bumi. Dia tidak langsung menyangkal karya penebusan Kristus, tidak juga membenarkannya karena anugerah atau kelahiran baru melalui Roh Kudus, namun dia membatalkan persyaratan mendasar dari pokok iman yang kedua dan ketiga untuk para pengikutnya. Dalam "agama sepupu", tidak ada tempat untuk salib Kristus dan buah- buah roh-Nya. Semangat anti-Kristen pada "nabi sepupu" menolak inti terpenting Kabar Baik. Yang membingungkan, dia bersaksi dalam "Kitab Suci sepupu" tentang banyak mukjizat, doa- doa, dan nama-nama Kristus. Dia juga menegaskan kenaikan Yesus dan keberadaan- Nya saat ini di sebelah kanan Tuhan. Namun, dia menolak inkarnasi ilahi Yesus, syarat yang sangat diperlukan untuk penebusan kematian Kristus di kayu salib, dan mencoba menghapus masa-masa pendamaian dunia dengan Tuhan dari sejarah umat manusia. 
Penolakan terhadap kematian Kristus bagi semua manusia adalah sebuah konsekuensi logis dalam "agama sepupu". Allah tidak memerlukan seorang pengantara atau pengganti untuk manusia. Kemungkinan korban darah di Perjanjian Lama yang meramalkan kematian Kristus demi penebusan tidak dimungkinkan dalam "agama sepupu". Allah berdaulat. Dia mengampuni kapan pun Dia mau, siapa pun, dan di mana pun. Dia tidak memerlukan seekor domba "penebusan". Keberadaan seorang pengantara dan penebus akan mengurangi kemegahan Allah di mata seorang "saudara sepupu". Hanya Allah sendiri yang besar. 
e-JEMMi 2012 
214 
Karenanya, dalam "agama sepupu", tidak ada tempat untuk domba Tuhan yang menanggung dosa dunia. Akibatnya adalah "saudara sepupu" tidak pernah yakin akan pengampunan dosa-dosa mereka. Mereka dapat membaca dalam "Kitab Suci sepupu" sebanyak 111 kali bahwa Allah adalah seorang yang pemaaf, murah hati, dan mengampuni, serta menerima para petobat. Namun, Allah yang adil ini tidak memberikan tanda yang jelas bagi "saudara sepupu", apakah pengampunan dosanya sah atau tidak untuknya. Ketika "saudara sepupu" ditanya apakah dia sungguh-sungguh telah memiliki pengampunan atas dosa-dosanya, dia hanya dapat menjawab, "Jika Allah menghendaki!" Namun, kehendak Allah hanya akan terlihat pada Hari Penghakiman. 
Pemahaman ini sekali lagi menunjukkan bahwa tidak ada seorang "saudara sepupu" pun yang memiliki kepastian akan pengampunan atas dosa-dosa di dalam hatinya. Dia hidup tanpa penebusan dan menanggung beban hati nurani yang terus mendakwa. "Allah tidak mencintai para pendosa" tertulis sebanyak 24 kali dalam "Kitab Suci sepupu": Dia hanya mencintai mereka yang takut akan Dia. Siapakah yang dapat hidup begitu taat sehingga ia tidak dapat lagi dianggap berdosa? Sebaliknya, Kabar Baik menyatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Kristus telah datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang terhilang. Gembala yang Baik memilih meninggalkan 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan dan mencari seorang yang terhilang, yang sedang mencari pembenaran, sampai Gembala itu menemukan dia (Lukas 15:2-7). Pengampunan Tuhan dalam Kabar Baik berlaku untuk setiap pendosa; pengampunan Allah dalam "agama sepupu" hanya berlaku untuk penyembah- Nya yang sejati -- bahkan ini pun belum pasti juga. "Saudara sepupu" tidak mengenal kepastian yang menghibur bahwa dosa-dosa mereka diampuni karena mereka menolak Dia yang tersalib, yang merupakan satu-satunya jalan bagi kita untuk menerima anugerah dan damai dari Tuhan. 
ALLAH -- BUKAN ROH KUDUS 
Dua kali dalam Kitab Suci "saudara sepupu" Allah dirujuk sebagai "Yang Kudus". Arti nama ini dalam "agama sepupu" tidak jelas. Mungkin saja nama ini diambil dari Yudaisme untuk menandakan keagungan dan kemuliaan Allah. 
Kata bahasa Arab untuk "roh" terikat erat dengan arti dari "angin". Seperti angin yang datang dan pergi ke mana pun dia mau dan tidak bisa dilihat, demikian juga roh tak terpahami. Dalam "agama sepupu", "Roh Kudus" dipahami sebagai suatu roh ciptaan yang setara dengan para malaikat dan setan, yang semuanya diciptakan Allah dari ketiadaan. "Kitab Suci sepupu" tidak mengenal suatu pewahyuan bahwa "Allah adalah Roh" atau "Roh Allah". Tidak seorang pun dapat memahami apa dan siapakah Allah yang sebenarnya. Dalam "agama sepupu", "Roh Kudus" dipahami sebagai Malaikat Gabriel yang diutus oleh Allah pada Zakaria, Maria, dan "nabi sepupu" untuk menyampaikan pesan-pesan khusus pada mereka (Surah 19:17). 
Perjanjian Baru menyingkapkan untuk kita bahwa kesalehan mendalam di "agama sepupu", yang terwujud dalam doa-doa, puasa, dan penziarahan, amat jauh berbeda dari pengudusan karena kelahiran baru. Perkataan Yesus menyerupai sebilah pedang
e-JEMMi 2012 
215 
yang memisahkan kesalehan palsu dari realitas penebusan. Hanya "barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yohanes 3:36). 
"Saudara sepupu" mendapatkan gambaran sekilas akan kuasa Roh Kudus dalam hubungan-Nya dengan mukjizat-mukjizat Kristus, namun kuasa dan anugerah-Nya masih tersembunyi untuk mereka. Dalam kebudayaan "agama sepupu", tidak dijumpai buah Roh Kudus. Buah kedagingan memerintah di sana (Galatia 5:19-26). Kita mengakui bahwa keramahan Arab mempermalukan orang-orang Barat. Kesopanan, kepekaan, sopan santun yang halus mereka sangatlah menarik bagi setiap pendatang. Siapa pun yang tinggal di Timur Tengah untuk waktu yang lama, tahu bahwa kebaikan- kebaikan ini sering ditampilkan secara tidak sadar untuk membangun penghargaan atas klan mereka sendiri, atau dipengaruhi oleh sebuah usaha untuk mendapat pembenaran karena perbuatan. 
"Agama sepupu" adalah sebuah agama yang dapat menimbulkan sebuah kehidupan yang seluruhnya dikontrol dan dicontohkan oleh religi pengikutnya. Namun, setiap esensi dan karakter individu tidak membarui. Setelah ketaatannya kepada Allah, "saudara sepupu" secara umum dapat menjadi sama dengan sebelumnya. Jika dia telah menikahi banyak perempuan, perpindahannya ke "agama sepupu" bukanlah masalah karena dalam "agama sepupu" poligami dilegalkan oleh Allah. "Agama sepupu" adalah agama yang menyenangkan untuk para laki-laki. 
Juga, jika pencurian dan tindak kriminal jarang terjadi di "negara-negara sepupu" daripada di negara-negara barat, hal itu bukanlah karena kepribadian "saudara sepupu" yang lebih baik, namun karena ketakutan mendalam akan hukuman yang mengerikan. 
Persembahan Kristus untuk menggantikan mereka yang tidak berharga tidak terlalu menarik untuk orang dalam kebudayaan "agama sepupu". Alih-alih, kemuliaan dan kedaulatan Allah telah menjadi prinsip panduan. Sang diktator yang baik hati menghadiahi para penyembahnya jika dia ingin. Pemikiran akan imbalan amal, bukan ketaatan yang berasal dari rasa syukur, mencirikan kehidupan "agama sepupu" setiap harinya. Kemegahan kekuasaan, kemegahan anak raja, dan kekayaan yang mendarahdaging adalah prinsip-prinsip yang dihasilkan oleh contoh dari Allah. Kristus, sebaliknya, telah mendorong para pengikut-Nya untuk menjadi rendah hati, taat, miskin, menyangkal diri, dan memikul salib. "Agama sepupu" menghasilkan tuan yang megah dan ingin disanjung, sementara Kristus membentuk para pelayan yang rendah hati dan rajin. 
"Nabi sepupu" secara pribadi pernah bertemu dengan orang-orang Kristen, karenanya dia menulis, "Kamu pasti akan menemukan orang terdekat mereka yang mencintai orang yang beriman ("saudara sepupu") yaitu orang-orang yang berkata 'kami adalah orang Nasrani'; hal ini disebabkan karena beberapa di antara mereka adalah pendeta dan biarawan, dan karenanya mereka tidak menjadi sombong." (Surah 5:82) Inilah sebuah kesaksian dari "nabi sepupu" tentang Kristus yang hidup dalam orang-orang percaya di Arab pada waktu itu. "Nabi sepupu" telah melihat kerohanian "tubuh Kristus" dan bersaksi tentang keberadaan- Nya, namun tidak memahami semangat Yesus. Orang-orang Kristen bersaksi kepadanya bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan dan
e-JEMMi 2012 
216 
orang yang dikasihi- Nya, namun "nabi sepupu" dengan tegas menolak pernyataan ini dan mempertanyakan keberadaan dan keistimewaan kerohanian mereka ketika dia menjawab sebagai balasannya, "Lalu mengapa Dia menghukum kamu karena dosa- dosamu? Tidak, kamu semua adalah ciptaan-Nya yang fana; Dia mengampunimu seturut dengan kehendak-Nya, dan Dia menghukum siapa pun yang Dia mau. Kamu bukanlah apa-apa kecuali budak-budak yang diciptakan untuk memuja-Nya." (Surah 5:18) 
Semangat "agama sepupu" bertentangan dengan semangat Yesus Kristus dalam hidup dan pengajaran. "Saudara sepupu" tidak menganggap dirinya sebagai anak-anak Tuhan dan tidak menerima anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang Tritunggal kepada anggota jemaat gereja Perjanjian Baru. "Agama sepupu", melalui "Kitab Suci sepupu", menolak dogma-dogma dan liturgi Kristen, faktor-faktor yang merupakan kandungan penting pesan-pesan kekristenan. Siapa pun yang berhubungan dengan "agama sepupu", baik melalui kegiatan pelayanan ataupun melalui sebuah hukum dan teologi "agama sepupu", dipaksa untuk mengakui agama ini sebagai sebuah kekuatan anti-Alkitab dan anti-Kristen. "Saudara sepupu" diimunisasi untuk menentang penyelamatan oleh Kristus. Surah 112 yang baru saja dikutip adalah sebuah himpunan pemberontakan mereka melawan Tuhan dan yang Diurapi-Nya: 
Allah tidak beranak = Allah Bukanlah Bapa. dan tidak diperanakkan = Dan Bukan Putra. dan tiada yang seperti dia = Dan Bukanlah Roh Kudus. 
"Saudara sepupu" sejati mengetahui Surah ini dengan sepenuh hati dan mendoakannya berulang-ulang dalam keheningan selama sembahyang lima waktu. Dia membawa kata-kata ini dengan gigih, seperti sebuah kuk dalam ketidaksadarannya, dan mengeluarkan dirinya sendiri dari penebusan Yesus Kristus melalui pengakuan ini. 
Sulit bagi kita untuk memahaminya, walau terdapat kesalehan seperti itu, "agama sepupu" bukanlah jalan menuju keselamatan, namun sebuah jalan yang langsung mengarah ke neraka. Pengerasan hati setiap hari dari 900 juta "saudara sepupu" seharusnya menggoncang orang-orang Kristen dan memacu mereka untuk berdoa. Terutama ketika kita mengetahui bahwa di bawah selubung ketaatan "agama sepupu" tersembunyi sebuah ikatan rohani dan sebuah obsesi kolektif, yang selama lebih dari 1.300 tahun telah menentang hampir semua upaya orang Kristen dalam misi. Di "dunia sepupu, penolakan akan Tritunggal yang kudus digemakan berulang-ulang ribuan kali setiap hari dan menara-menara "ibadah sepupu" menciptakan gema yang terus berlanjut dari litani "agama sepupu": "Tiada Tuhan selain Allah, ...." (t\Rento) 
Diterjemahkan dari: 
Judul asli bab  : Allah In Islam And The Incarnation Of God In Jesus Christ  Penulis  : Abd Al Masih  Penerbit  : Light of Life, Villach, Austria  Halaman  : 24 -- 34  
Artikel Misi: Mengubah Batu Sandungan Menjadi Batu Pijakan bagi "saudara Sepupu" 
"Mengapa aku harus menggunakan hidupku untuk menjangkau 'saudara sepupu' yang sangat tidak responsif?" Pertanyaan ini mungkin membuat kita bingung. Saya sendiri tidak dapat menjawab dengan cepat masalah yang menjadi pergumulan saya secara rohani selama 20 tahun! Mungkin kita sama seperti Thomas, ragu-ragu. Apakah merupakan hal yang bijaksana mengurbankan waktu bagi "saudara sepupu" yang sama sekali tidak responsif. 
Batu-Batu Sandungan Kita 
1. Penghalang Psikologis Batu sandungan pertama yang perlu diatasi dalam melakukan pelayanan di "dunia sepupu" adalah pikiran dan sikap kita, yang merupakan penghalang psikologis. Apakah kita bersedia menyerahkan hidup kita di atas altar? Pernyataan dari Uskup Hill dapat menangkap inti permasalahan: "Perhatikan penyembah berhala yang tidak memiliki Kristus dan Anda akan menemukan sebuah altar ... Dan kiranya Allah menolong Anda untuk menjadi korban persembahan." Tetapi siapa yang menginginkan altar seperti itu? Kebanyakan kita lebih memilih untuk mempersembahkan sesuatu yang lain, apa pun selain diri kita sendiri! Pisau itu terkenal keras, tajam, dingin, serta dipakai untuk memotong. Lebih mudah menyanyikan lagu bertemakan "mempersembahkan segalanya di atas altar", selama kita tidak perlu mempersembahkan diri kita di atasnya. Kita seharusnya menceritakan tentang penderitaan Kristus, Allah telah merencanakan/mengatur proses pembuatan buah yang memerlukan pengorbanan. Tetapi banyak orang dengan berbagai cara, mengubah altar menjadi sebuah panggung dan mencari pujian/tepuk tangan. 
Kita harus menghadapi pertanyaan ini. Apakah kita terlibat dalam pelayanan Tuhan dengan tujuan untuk bersaing meraih sukses, untuk menunjukkan apa yang dapat kita lakukan, atau untuk membuktikan jati diri kita? Jika kita bersikap demikian, maka melayani "saudara sepupu" merupakan hal yang menakutkan dan membuat frustrasi. Allah lebih menghargai siapa diri kita atau apa yang telah Dia perbuat melalui kita. Karena itu, kita harus bersedia melayani sesuai dengan rencana Allah, meskipun hal itu berarti Allah memberikan akibat-akibat yang kita sukai ataupun yang tidak kita sukai. 
2. Mentalitas di Garis Terendah Penghalang subjektif lainnya, yang mengancam/membahayakan komitmen gereja untuk melayani "saudara sepupu", adalah mentalitas di garis terendah, yang menyatakan bahwa pertumbuhan adalah satu-satunya nilai yang penting. Orang-orang Barat cenderung untuk mengukur, yaitu membuat perbedaan ilmiah berdasarkan observasi dan kalkulasi matematika. Teori pertumbuhan gereja baru-baru ini menekankan pada penuaian, petobat yang dapat dihitung, dan gereja-gereja yang terbentuk. Jadi, misiologi kontemporer memberikan fondasi alkitabiah dan teoritis, yang mencari sukses berdasarkan pertumbuhan yang jelas. Ide pertumbuhan gereja menjadi anugerah terbesar bagi pelayanan misi.
e-JEMMi 2012 
196 
Hal ini menjadi koreksi terhadap pelayanan misi terdahulu, yang cenderung khawatir akan adanya panenan besar, dan menganggapnya sebagai bahaya terhadap tata ibadah dan doktrin. 
Kita perlu waspada terhadap mentalitas di garis terendah yang juga dikembangkan sebagai hasil aplikasi dari pelayanan manajerial bisnis modern, metode ilmiah, serta penemuan-penemuan ilmu sosial. Jika diterapkan secara keras, akibatnya adalah pelayanan misi tidak bersedia menginvestasikan uang dan pekerjanya, di mana hasil- hasil yang dapat diukur tidak tersedia dengan cepat. Mentalitas ini tidak dapat memperoleh pembenaran alkitabiah dengan mendebat pernyataan bahwa kita harus siap untuk "mengibaskan debu dari kaki kita", saat mereka menolak pesan yang kita sampaikan. Sehubungan dengan buah yang jelas, harus diakui bahwa di masa lalu, pelayanan misi Kristen kepada "saudara sepupu" mengalami kegagalan di banyak tempat. Salah satu dari kegagalan tersebut adalah kekerasan dalam keyakinan mereka. "Saudara sepupu" mengizinkan penggunaan tekanan legal dan sosial, atau bahkan kekerasan secara fisik, baik dengan tujuan untuk mendapatkan anggota (tingkat pertama) dan untuk menguasai anggotanya (tingkat kedua). "Saudara sepupu" cenderung memilih sarana-sarana perdamaian, tetapi ada banyak kasus tentang penggunaan tekanan dan kekerasan untuk melawan orang-orang yang "mengingkari" mereka. Tetapi, setiap ideologi yang harus menggunakan kekerasan untuk mempertahankan pengikutnya, sedang mengakui kelemahan-kelemahan yang menjadi sifatnya. Membangun Tembok Berlin tidak membuktikan menariknya komunis. "Qur'anic Curtain" (Tirai Qur'anic) tidak membuktikan kekuatan "saudara sepupu". 
Mentalitas di garis paling bawah dapat berarti lonceng kematian pelayanan misi untuk "saudara sepupu". Apakah utusan Injil akan memilih pergumulan yang terus-menerus di sepanjang hidupnya, ketika dia bisa mendapat pekerjaan di tempat lain dan dia dapat mengirimkan kisah-kisah suksesnya tentang sejumlah petobat yang ditolongnya kepada gereja-gereja dari tempat asalnya? Jawaban pertama untuk mentalitas di garis paling bawah adalah dengan menyadari bahwa setiap garis batasan yang dibuat manusia bukanlah garis batasan akhir. Batasan akhir sesungguhnya adalah Hari Penghakiman, saat kita berdiri di hadapan Kristus dan dihakimi. Hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu membuat batasan sama sekali, tetapi yang terbaik batasan-batasan tersebut hanyalah "batasan sementara". Jadi, marilah kita mengizinkan Allah untuk menggambarkan garis batasan itu. Dengan kekuatan sendiri, kita secara efektif menghalangi setidaknya 1/6 penduduk dunia untuk mendengar Kabar Baik. 
Jawaban kedua untuk mengatasi mentalitas di garis terendah adalah mengisi pikiran kita dengan "mentalitas penuaian". Tidak menjadi masalah bagaimana pada masa lalu "saudara sepupu" menentang Kabar Baik, setiap generasi baru adalah kesempatan baru bagi Allah yang tidak menghendaki setiap manusia binasa. Mentalitas penuaian memiliki 2 komponen yang menentukan: pengetahuan bahwa Yesus menyatakan bahwa masa ini adalah masa penuaian, di mana Dia telah mengalahkan setan dan bangkit dari kematian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai" (Yohanes 4:35) dan iman bahwa Kabar Baik benar-benar merupakan kuasa Allah bagi setiap orang yang percaya. Jika kita ingin mengajak orang untuk beriman, kita harus beriman kepada Allah, tetap setia kepada janji-Nya, membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa di bumi (Wahyu 5:9-10). Setan tidak akan menang dalam
e-JEMMi 2012 
197 
membungkam Kabar Baik dari suku-suku di dunia. "Sukses" secara alkitabiah memerlukan ekspansi primer Kabar Baik kepada semua suku sampai ke ujung bumi. Ekspansi sekunder dalam semua suku sehingga setiap orang dimenangkan, bukanlah syarat pemenuhan tugas utusan Injil yang sukses. 
Perumpamaan Yesus tentang penabur seharusnya meneguhkan hati kita. Sama seperti dalam perumpamaan, penabur saat ini tidak perlu merasa gagal saat tidak dapat menaburkan benih di seluruh ladang. Kita tidak perlu mengkritik penabur karena menabur benih di tanah berbatu, tanah yang penuh duri, atau di tanah dangkal. Penabur memiliki keinginan untuk menumbuhkan benih itu di atas semua jenis tanah. Dia tidak dapat menulis segala sesuatu, bahkan di tanah berbatu. Dia memiliki iman bahwa benih yang bagus dapat melekat di tanah-tanah yang paling keras dan dapat menghasilkan panenan yang berharga (Matius 13:3-9). 
Batu Sandungan "Saudara Sepupu" 
1. Inkarnasi Kita seharusnya dapat bersimpati dengan pembelaan "saudara sepupu" terhadap inkarnasi yang merupakan batu sandungan terbesar. Apakah Allah benar-benar harus menangani semua permasalahan tersebut (seperti yang ditegaskan dalam kekristenan) untuk berurusan dengan "kekurangan" atau kelemahan manusia (penilaian "saudara sepupu" terhadap dosa)? Apakah manusia begitu jahatnya, sehingga Allah harus mengambil rupa manusia dan datang ke bumi untuk memperbaikinya? Apakah perjalanan Yesus sangat penting? Hal ini tidak dapat digambarkan kepada "saudara sepupu" bahwa Allah dapat rendah hati. Penjelasan bahwa Allah telah mengorbankan diri-Nya tidak dapat mereka pahami. 
Hanya Roh Kudus yang dapat mengubah batu sandungan ini menjadi batu pijakan. Secara pasti, tidak ada pikiran manusia yang dapat memikirkan skema seperti itu -- dan kemudian kemuliaan di dalamnya serta menjadikannya dasar keselamatan merupakan konsep yang terlalu agung bagi beberapa pengkhotbah untuk dipahami dan diberitakan. Kita juga menyatakan tidak ada bukti bahwa Allah sangat mengasihi manusia, jika pengorbanan dari inkarnasi tersebut adalah salah. Inkarnasi adalah kasih dari Allah yang tidak terbatas. Pada kenyataannya, jika Allah mengasihi dengan sungguh-sungguh, maka kasih-Nya yang berlimpah itu hanya dapat dinyatakan melalui inkarnasi dan puncaknya adalah penyaliban. Cara lain untuk mendorong "saudara sepupu" memercayai inkarnasi adalah dengan mengarahkan pikirannya ke permasalahan yang sama dalam keyakinan mereka, sehingga mereka dapat dengan mudah menerimanya. 
2. Wahyu Konsep "saudara sepupu" tentang wahyu adalah berusaha melindungi firman Allah dari segala pengaruh manusia. Seperti Dewi Diana di Efesus, "Kitab Suci sepupu" dipandang sebagai firman yang datang langsung dari surga, tanpa menggunakan tangan manusia dan diberikan kepada manusia. Pandangan ini tampaknya lebih menghargai wahyu Allah dan hal tersebut menjadikannya sebagai pandangan yang tidak tergoyahkan, guna menghindari kompleksitas dari
e-JEMMi 2012 
198 
posisi Kristen, di mana Allah yang menjadi aktif dalam sejarah dan memberikan wahyu itu melalui api serta kesengsaraan dari penderitaan manusia. 
Banyak "saudara sepupu" tidak menyadari bahwa banyak masalah telah melekat dalam sistem teologia mereka. Dalam semangat mereka untuk menjaga kemurnian dan otoritas firman Allah, mereka memahami wahyu sebagai sejenis "inkarnasi" dari Allah yang tidak terbatas, yaitu perkataan Allah. Karena Allah dan perkataan-Nya adalah kekal, maka "Kitab Suci sepupu" pastilah kekal. Sungguh ironis karena "Kitab Suci sepupu" yang menyangkal inkarnasi Kristus menganggap dirinya sendiri sebagai inkarnasi dari perkataan Allah. Jika Allah dengan kekuatannya dapat memberikan salah satu sifat-Nya dan mengirimkannya ke bumi dalam bentuk sebuah buku, maka tidaklah mustahil bagi Allah untuk menyatakan kepribadian-Nya dalam bentuk manusia yang diutus ke bumi. Ini bukannya kasus gereja membuat manusia menjadi dewa, tetapi karena Allah yang memiliki kuasa untuk menggunakan tubuh manusia yang Dia ciptakan pada mulanya. Yang dapat kita kerjakan untuk mengatasi batu sandungan ini adalah dengan mengubah fokus diskusi kepada pribadi Kristus, daripada memperdebatkan tentang buku atau konsep pewahyuan. 
3. Tritunggal Batu sandungan lain dalam pikiran "saudara sepupu" adalah konsepnya yang mantap tentang ke-Mahaesa-an Allah. Tidak suka dengan istilah Tritunggal, "saudara sepupu" percaya bahwa kita memiliki konsep trinitas. Ini bukan berarti kita menjawab pertanyaan mereka tentang 1+1+1=3 dengan jawaban 1x1x1=1. Jawaban yang lebih baik adalah dengan menggunakan simbol (- + - + - = -), Tetapi Jawaban Ini Lebih Cenderung filosofis dan tidak alkitabiah. Permasalahan dasar dalam pemikiran "saudara sepupu" adalah mereka lebih memercayai keesaan secara matematis daripada keesaan kehidupan organis; keesaan yang abstrak daripada susunan keesaan kepribadian; Allah yang dingin dan jauh daripada Bapa yang ramah dan mengasihi. 
Dalam usaha mereka untuk melawan politeisme, "saudara sepupu" mengungkapkan misteri yang menakutkan itu dengan istilah "Allah yang tidak dikenal". Bagi orang Kristen, untuk mengatasi batu sandungan ini, dia harus lebih memahami karakter Allah. Kita tidak menyembah "Allah" yang ditulis dengan huruf besar; kita secara pribadi perlu mengenal Bapa yang menjalin hubungan dengan manusia. Meskipun Tritunggal adalah unik, sehingga setiap ilustrasi yang dipakai untuk menggambarkannya selalu memiliki kekurangan, kita dapat menyatakan ciptaan Allah sebagai seseorang yang naik dari tingkat yang paling bawah dalam kehidupan ke tingkat yang lebih tinggi, dan kita menemukan kemajuan dari keesaan yang tunggal menjadi kesatuan dari kompleksitas. Setiap manusia adalah satu, tetapi dia memiliki kesatuan sel yang lebih kompleks. Apakah hal ini memuliakan Tuhan, yaitu dengan menganggap keesaan yang dimilikinya sama seperti sel tubuh? Jika keesaan manusia melibatkan aspek rohani dan juga jasmani, pastilah keesaan Allah tidak akan berkurang dengan memandang kompleksitas dengan cara demikian. Pikiran manusia dapat menerima kemungkinan tentang Allah yang kompleks sebagai satu kesatuan; hati manusia yang menyatakan kebutuhannya. "Saudara sepupu" percaya kepada "Kitab Suci sepupu" dan orang Kristen percaya kepada Yesus,
e-JEMMi 2012 
199 
menunjukkan bahwa mereka setuju akan pentingnya jembatan yang memisahkan antara Allah dan manusia. Kita mungkin dapat menyatakan jika Allah adalah manusia, maka hanya manusia yang mampu menyatakannya. Jika kita hanya memiliki buku, maka kita hanya dapat mengetahui tentang Allah, tetapi pribadi Allah tetap tidak kita kenal. Meskipun permasalahan teologi seperti Tritunggal dan ketuhanan Kristus tidak dapat dihindari, maka lebih baik tidak membicarakan hal tersebut di awal pertemuan, lebih baik mengawalinya dengan pembahasan dasar: bagaimana manusia dapat diselamatkan? 
4. Salib 
"Saudara sepupu" tidak memahami arti keselamatan dengan jelas. Jawaban beragam dapat diberikan untuk pertanyaan, "Bagaimana manusia diselamatkan?" Orang yang lebih liberal pasti menjawab selama seseorang memercayai satu Allah, maka dia dapat mengharap akan memperoleh keselamatan. Orang tradisional kemungkinan akan menjawab seseorang memercayai nabi-Nya dan percaya kepada satu Allah untuk mendapatkan keselamatan. Orang aliran keras akan mengatakan hidup kudus sebagai tambahan setelah memercayai Allah dan nabi-Nya dengan sungguh-sungguh. Orang fatalis menganggap bahwa seseorang tidak dapat merasa pasti akan keselamatannya, sementara itu ada juga orang yang membawa api penyucian untuk membayar dosa mereka. 
Pribadi Kristus merupakan alat yang paling menarik untuk mengubah batu sandungan ini menjadi batu pijakan. Kasih Allah dinyatakan melalui ide pengorbanan yang juga dilakukan oleh "saudara sepupu" saat mengadakan festival tahunan, di mana seekor binatang dipersembahkan sebagai korban bakaran. Kita dapat menunjukkan dari kitab- kitab Musa bahwa sejak awal, para nabi mengetahui bahwa pengorbanan merupakan perintah Allah sebagai cara untuk memperbaiki hubungan dengan-Nya. Sejak zaman Adam dan Nuh, kita melihat bahwa Allah menerima pengorbanan persembahan. Abraham bersedia mempersembahkan anaknya untuk menaati perintah Allah menunjukkan betapa pentingnya arti persembahan. Jika "saudara sepupu" menegaskan bahwa anak Abraham yang akan dipersembahkan itu Ismael dan bukannya Ishak, maka kita perlu menghindari perdebatan itu dengan mengatakan bahwa siapa pun yang dikorbankan, prinsip pengorbanan merupakan suatu hal yang tidak dapat diingkari. Hal ini menyatukan tiga ide tentang keselamatan, pengorbanan, dan Yesus sebagai fokus diskusi kita, daripada kita membahas tentang beberapa teologia abstrak. Hal ini juga membawa kita kepada batu sandungan berikutnya -- Salib, di mana dalam beberapa cara, karakternya akan selalu dianggap sebagai batu sandungan, bahkan bagi orang Kristen, dan pada waktu yang bersamaan, Salib juga merupakan batu pijakan kepada keselamatan. 
Kita telah menyadari hanya sedikit perangkap teologi yang ditanam Setan dalam "saudara sepupu". Kesaksian orang Kristen yang bijaksana akan mempelajari bagaimana menangkal setiap senjata "saudara sepupu", sehingga setiap kritikan yang dilontarkan dapat diubah menjadi hal yang positif bagi orang Kristen dan karya keselamatan-Nya. Dengan taktik ini, kita bekerja sama dengan Allah yang dengan senang hati akan mengubah senjata kematian dari Setan menjadi senjata yang
e-JEMMi 2012 
200 
membawa kehidupan. Senjata Allah adalah salib, kubur kosong, dan kesediaan untuk bersaksi. 
Tetapi para utusan Injil dapat juga menyangkal salib dengan cara mereka sendiri. Jika kita mengkhotbahkan ajaran tentang keselamatan, namun kita memiliki gaya hidup yang menyangkal pengorbanan, maka kita telah mengingkari ajaran yang kita sampaikan itu. Jika kita mengajarkan tentang kasih dengan cara yang tidak mengasihi, maka para pendengar akan bertanya-tanya, apakah kita memercayai apa yang kita ajarkan tersebut. Dengan cara itu, kita mengubah kembali batu pijakan menjadi batu sandungan. 
Sumber: On Touring Muslim Stumbling Blocks into Stepping Stones, Warren Chastain in Perspectives on the World Christian Movement, Page 650 -- 654. Third Edition, William Carey Library, 1999
Artikel Misi: Allah dalam "agama Sepupu" Dan 
INKARNASI TUHAN DALAM YESUS KRISTUS (1) 
"Agama sepupu" adalah sebuah kebudayaan teosentris. Seluruh aspek keberadaannya berkisar pada satu titik pusat: Allah. 
Pengakuan iman setiap "saudara sepupu" adalah "Tiada Tuhan selain Allah". Kesatuan Allah dalam "saudara sepupu" adalah lubang jarum penguji yang harus dilalui oleh semua pendapat dan sikap lain terhadap Tuhan. Penyatuan ini tidak boleh dikaburkan dengan penyatuan pada hal-hal ketuhanan. Allah hanya ada satu. Semua tuhan yang lain tidak ada artinya di mata "saudara sepupu". Siapa pun yang mengakui keberadaan tuhan-tuhan yang lain selain Allah adalah seorang penghujat. 
Siapa pun yang menanyakan sifat-sifat Allah akan mendapati sebuah daftar yang berisi 99 nama-Nya yang terindah; 72 di antaranya digunakan dalam "Kitab Suci sepupu" sebanyak 1.286 kali. Kadang-kadang gelar-gelar tersebut saling bertentangan, bahkan saling menyangkal. Teolog "saudara sepupu", Al-Ghazali menulis, "Allah adalah segala sesuatu dan segala ketiadaan. Dia tidak bisa dijangkau oleh pikiran manusia dan lebih besar dari yang dapat kita pahami; Dia bertakhta dan memerintah segala sesuatu dan merupakan satu-satunya pengendali alam semesta." 
Inilah arti sebenarnya dari seruan "saudara sepupu" untuk iman dan peperangan, "Allahu Akbar," yang diucapkan pada sejumlah peristiwa dari bibir mereka. Seruan ini bergema 40 kali sehari di atas atap kota-kota dan desa-desa dari pengeras suara yang terpasang di menara-menara rumah ibadah mereka. Seruan ini merangkum keimanan "saudara sepupu": Allah yang lebih besar, lebih kuat, lebih bijaksana, lebih indah, dan lebih arif daripada yang dapat kita bayangkan; Dia lebih arif dari semua kebijaksanaan dan yang terbaik dari para hakim pada hari penghakiman; Dia sangat berbeda dan tak terbandingkan; Dia melampaui segala sesuatu, Tuhan yang jauh, Mahahadir, dan tidak bisa didekati. Setiap pemikiran mengenai Allah tidaklah memadai dan palsu. Dia tidak bisa dipahami, hanya disembah. 
"Agama sepupu" adalah sebuah "agama penyembah". Lima kali sehari "saudara sepupu" sujud menyembah di hadapan Allah sampai 34 kali: masing-masing dengan dahi sampai menyentuh tanah. Setiap "saudara sepupu" yang sujud menyembah adalah penafsiran yang gamblang mengenai kata dalam bahasa Arab "Agama sepupu", yang berarti "pembebasan", "menyerah", dan "tunduk". 
Pengabdian yang ditujukan kepada Allah tidak menjamin adanya anugerah. Hal ini hanyalah sebagian dari "dibenarkan karena perbuatan" mereka, yang berdasar pada komitmen untuk bersaksi tentang syahadat, ibadah harian, puasa resmi selama Ramadan, bersedekah, dan perjalanan ziarah ke Mekah. Dalam Kitab Suci, melakukan kewajiban keagamaan dilihat sebagai pembayaran hutang, seakan-akan melakukan sebuah transaksi bisnis dengan Allah (Surah 35:29-30). Yang Mahakuasa memperhitungkan dengan cepat dan akurat setiap perbuatan baik dan jahat setiap orang; Dia menimbang semua perkataan dan pemikiran satu sama lain, dan menghadiahi sebuah pembenaran dari segala kesalahan pada hari penghakiman. 
e-JEMMi 2012 
205 
Kecemasan akan Hari Penghakiman, puncak dari "agama sepupu", meningkatkan ketakutan "saudara sepupu" pada Allah. Mereka berdiri dengan hormat di depan penguasa anonim segala ciptaan dan takut akan penghakiman yang kekal. Tidak satu pun "saudara sepupu" yang tahu pasti apa yang menunggu mereka pada "hari penghakiman". Sebuah masa depan yang gelap membentang di depan mereka. 
Menurut "iman sepupu", Allah adalah penguasa yang tidak terbantahkan dan raja yang memerintah dengan sewenang-wenang. Tidak seorang pun yang tahu, mengapa dia memimpin beberapa orang menuju surga atau mengapa neraka adalah takdir bagi yang lain. "Saudara sepupu" sujud menyembah sampai ke tanah di hadapan Allah seperti seorang budak di depan tuannya, yang tidak tahu apakah dia akan mendapatkan hidup atau mati, berkat atau kutuk. Budak itu merindukan rahmat dan "niat" tulusnya hanyalah untuk menyembah Tuhan yang sejati, yang sebenarnya tidak membawa jaminan akan kehidupan yang kekal. 
Allah -- Bukan Tritunggal 
"Saudara sepupu" sejak dari masa kanak-kanak berpikir bahwa orang Kristen percaya kepada tiga Tuhan. Mereka secara konsisten diperingatkan untuk tidak melakukan "dosa dari segala dosa" ini. Kenyataan bahwa ada Bapa, Putra, dan Roh Kudus terdengar seperti sebuah penghujatan untuk "saudara sepupu" dan sama artinya dengan melanggar titah pertama: "Janganlah ada allah lain dihadapan-Ku." Siapa pun yang mengaku bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang seperti tuhan selain Allah, melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Hal ini sejajar dengan dosa terhadap Roh Kudus (Surah 4:48 dan 116). 
"Saudara sepupu" tidak tahu realitas tentang Tuhan Tritunggal, ataupun ingin mengetahuinya. Ia akan menolaknya dengan tegas. "Saudara sepupu" merasa muak ketika seorang Kristen mencoba menjelaskan tentang Trinitas kepadanya. "Tiga tidak mungkin satu, dan satu bukanlah tiga," adalah jawaban klise mereka. Allah dalam "agama sepupu" tidak memerlukan seorang penolong, pengantara, ataupun rekan. Hanya Dia yang agung. Tidak ada satu pun yang seperti diri-Nya. 
Tiga serangkai Ilahi, di mata "saudara sepupu", membawa kemungkinan akan suatu pemberontakan dari salah satu Tuhan melawan yang lain. Kecemburuan, ambisi, kebencian, dan kritik akan menjadi tak terhindarkan. Pada kepemimpinan sebuah "negara sepupu" biasanya hanya terdapat "seorang penguasa". Lawan-lawannya dibasmi. Dengan cara yang sama, Allah hanya ada satu. 
Misteri bahwa Tuhan kita adalah kasih tetap tersembunyi bagi "saudara sepupu". Bapa mengasihi Anak selamanya. Dia bukanlah sebuah pribadi yang egois yang hanya mengasihi diri-Nya sendiri. Melalui Dia, sang "Firman", Ia menciptakan alam semesta. Setelah kematian penebusan Yesus demi pendamaian, Bapa menganugerahkan segala kuasa di bumi dan di surga ke dalam tangan sang Penakluk yang bangkit. Hari ini, Roh Kudus sedang melengkapi karya sang Anak dalam gereja-Nya. "Saudara sepupu" tidak melihat apa pun dari hal ini. Mereka juga tidak mengerti bahwa Roh Kudus tidak pernah memuliakan diri-Nya sendiri, namun memuliakan Anak, dan sang Anak terus-menerus memuliakan Bapa, yang telah menentukan sang Pemenang atas dosa, maut, dan neraka di tangan kanan-Nya. Hubungan kerohanian seperti itu dalam Trinitas yang
e-JEMMi 2012 
206 
Kudus seluruhnya asing untuk "Saudara sepupu". Mereka tidak ingin memahami arti kata-kata Yesus: "Aku dan Bapa adalah satu", atau "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Dia". Kasih, kerendahan hati, dan penyangkalan diri, dalam "agama sepupu", tidak timbul sebagai dasar setiap otoritas kerohanian. Allah berbeda. Dialah satu- satunya yang harus ditinggikan dari awal sampai akhir, soliter, dan tak terjangkau. 
Dengan penolakan akan Tuhan Tritunggal, "agama sepupu" telah menghakimi dirinya sendiri. Orang-orang Kristen mengakui bahwa pada masa kemunculan Kristus, makna terdahulu dari kata "Tuhan" telah berubah. Bapa, Putra, dan Roh Kudus berada dalam penyatuan rohani. Yesus dalam doa terakhir-Nya menyatakan, "Kita adalah satu" (Yohanes 17:22). Di sini, kejamakan menegaskan ketunggalan untuk mengungkapkan rahasia Tuhan kita. 
"Agama sepupu" menolak apa pun yang berhubungan dengan realitas trinitas kita. "Nabi sepupu" menekankan, "Percayalah kepada Allah dan Utusan-Nya, dan jangan katakan 'tiga,' jauhkan dirimu darinya: hal itu lebih baik untuk kamu. Mereka adalah orang-orang kafir yang mengatakan, 'Allah adalah yang ketiga dari tiga'." (Surah 4:171 dan 5:73) 
"Nabi sepupu" menerima sebuah gambaran yang terdistorsi mengenai Trinitas Ilahi ketika para pengikut sektarian mengatakan kepadanya bahwa Yesus telah berkata, "Jadikan aku dan ibuku sebagai tuhan, terpisah dari Allah." (Surah 5:116) Ide ini telah ditolak sejak dari awalnya oleh setiap gereja Kristen dengan berdasar pada Kredo Nikea (325 SM). 
Selain penolakan ini, "agama sepupu" juga tidak bisa menoleransi realitas ilahi. Allah sendiri hebat, berdaulat, dan berjaya. Tidak mungkin ada Tuhan lain selain Dia. Dia tidak memerlukan seorang penolong. Tidak ada yang seperti Dia. Seluruh keberadaan "agama sepupu" menolak Tuhan Tritunggal. 
ALLAH -- BUKANLAH BAPA 
Pengakuan bahwa Tuhan adalah seorang Bapa merupakan sebuah ide yang menjijikkan bagi "saudara sepupu", bahwa Tuhan telah tidur dengan Maria, dan telah memiliki seorang putra tunggal. Nama "Bapa" tidak akan terpahami dalam "agama sepupu" dalam hal kerohanian, namun hanya literal. Allah tetap satu-satunya yang diagungkan, Tuhan yang kudus dan jauh, yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan manusia. Ide bahwa Allah menjadi seorang ayah menimbulkan permusuhan dan kebencian dalam diri "saudara sepupu". 
Inilah titik yang tepat, di mana Kabar Baik menegaskan iman kita. Tuhan menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Dia tidak lagi menjadi seorang pencipta yang jauh, asing, dan tidak diketahui, namun telah mengungkapkan diri-Nya sendiri sebagai seorang Bapa yang "intim dan penuh kasih." Tuhan telah mengikatkan diri-Nya dalam sebuah cara sebagai seorang Bapa pada setiap orang yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. 
Pemahaman Perjanjian Lama akan Tuhan semakin diperdalam oleh penekanan Yesus pada nama "Bapa". Inilah revolusi teologis yang diperkenalkan oleh Yesus ke dalam
e-JEMMi 2012 
207 
iman monoteistik yang dingin dari orang Yahudi. Namun, orang Yahudi menolak ke- Bapa-an Tuhan dan melihatnya sebagai penghujatan yang mutlak (Matius 26:65; Yohanes 10:33-36), seperti halnya "agama sepupu" yang geram pada realitas Allah Bapa. 
Sudahkah Anda mengalami bahwa Yesus tidak memandu kita untuk berdoa pada Elohim, pada Yahweh, pada Tuhan yang Mahakuasa, tidak juga pada diri-Nya sendiri, namun mengungkapkan doa pribadi-Nya kepada kita, sehingga kita sebagai anak-anak dapat berkata, "Bapa kami yang di Sorga, Dikuduskanlah nama-Mu!, Datanglah kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga."? Menyangkal atau membuang makna nama bapa yang sangat penting akan sangat merusak inti Kabar Baik. "Bapa" adalah kata-kata pertama Yesus di kayu salib dan juga "Bapa" yang Dia serukan pada kalimat terakhir-Nya. Yesus mengungkapkan rahasia terdalam akan esensi Tuhan pada para murid-Nya sebagai dasar dan tujuan perjanjian baru. 
Tuhan tidak lagi sebagai Tuhan yang kurang dikenal, yang harus kita panggil dengan sebutan "tuan". Kita memiliki keistimewaan untuk memanggil Bapa Surgawi kita dengan sebutan yang dekat, "Engkau". Roh Tuhan bersaksi bersama roh kita, bahwa kita adalah "anak-anak" Tuhan. Setiap orang Kristen sejati memiliki hubungan langsung dengan Tuhan. Kita bukanlah "budak", namun anak-anak perjanjian baru melalui anugerah Yesus Kristus. "Saudara sepupu" berdoa lebih sering daripada orang Kristen, namun doa-doa resmi mereka terdiri dari sebuah liturgi yang telah ditentukan dan bukanlah sebuah percakapan langsung dengan Tuhan. Dalam "agama sepupu", semua manusia dikategorikan sebagai para budak yang diciptakan untuk menyembah Allah. Namun, melalui Yesus kita bukanlah budak: kita adalah anak-anak. Pintu menuju Bapa kita terbuka lebar. Doa kita adalah percakapan dengan Tuhan yang langsung dari hati, penuh permohonan, doa untuk orang lain, ucapan terima kasih, dan penyembahan. Kita memiliki sebuah jalur langsung pada seorang Bapa yang mendengarkan kita setiap saat. "Saudara sepupu" juga dapat berseru dengan kata-kata mereka pada Allah, sebagai tambahan pada doa-doa lima waktu yang telah dirancang, namun usaha-usaha untuk membuat hubungan ini seperti sebuah panggilan ke langit yang kosong. "Saudara sepupu" tidak tahu, apakah seseorang akan mendengarkan dan apakah doanya akan dijawab. Allah terlalu besar untuk mengikatkan diri-Nya pada para penyembah-Nya. "Saudara sepupu" tidak memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Hal ini tetap menjadi keistimewaan orang Kristen. 
"Agama sepupu" menolak ke-Bapa-an Tuhan, yang berarti telah meletakkan dirinya pada jalan yang mengarah kepada kehancuran. "Saudara sepupu" harus menghadapi segala sesuatu sendirian ketika mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Penghakiman di hadapan Allah. Tuhan mereka adalah seorang saksi dan hakim yang tidak dapat disuap, di hadapan-Nya tidak ada hubungan kekerabatan dengan siapa pun. Segala macam dosa akan terungkap tanpa ampun. Sangatlah menakutkan jatuh ke dalam tangan Allah. Dia mengeraskan hati kepada siapa pun yang Dia mau, dan menyelamatkan siapa pun yang Dia inginkan. Tidak seorang pun tahu persis apa yang akan Allah putuskan untuk dilakukan pada setiap orang. Namun, Kabar Baik mengungkapkan kehendak Bapa atas kita. Dan, kita tahu bahwa Dia merindukan setiap orang harus diselamatkan dan datang pada pengenalan kebenaran. Oleh karena itu, kita bisa mendekat kepada- Nya pada Hari Penghakiman dengan sangat tenang karena sang Hakim adalah Juru Selamat kita. 
e-JEMMi 2012 
208 
Tuhan mengutus anak tunggal-Nya ke dalam dunia yang jahat ini sehingga Dia mendamaikan semua orang dengan diri-Nya. Kristus menanggung dosa setiap orang dan menanggung hukuman menggantikan kita. Bapa tidak melanggar hukum yang suci ketika Dia membenarkan para pendosa, namun menaatinya dengan menggantikannya dengan kematian Kristus. Hanya melalui penyaliban seseorang menerima keistimewaan untuk memanggil Tuhan sebagai Bapa kita. Dia telah memberikan semua penghakiman kepada Putra-Nya, yang akan menghakimi dalam kesatuan penuh dengan Bapa-Nya. Setiap orang yang percaya kepada Bapa melalui Putra telah diselamatkan dari penghakiman (Yohanes 3:16-19; 5:22-23). 
ALLAH -- BUKAN SANG PUTRA 
Berbeda dengan agama-agama dunia yang lainnya, "agama sepupu" muncul setelah Kristus hidup di bumi. "Nabi sepupu" sering mencari tahu tentang Yesus dan mengumpulkan informasi mengenai Perjanjian Baru dari orang Kristen Arab, juga dari budak Kristen asing. Waraqa ibn-Naufal, seorang saudara sepupu dari istri "nabi sepupu" yang pertama yaitu Khadijah (yang juga saudara jauh "nabi sepupu"), mungkin adalah seorang pemimpin sebuah gereja rumah di Mekah. "Nabi sepupu" menganalisis kehidupan Yesus dan menerima pernyataan tertentu yang sesuai dengan sistem kepercayaannya. Segala sesuatu yang tidak dia mengerti atau tidak sesuai dengannya ditolak sebagai sesuatu yang salah atau palsu. Dengan cara ini, Kristologi Islam menjadi terbatas pada 93 ayat dalam 15 surat dalam "Kitab Suci sepupu". 
"Nabi sepupu" bersaksi dalam banyak ayat di "Kitab Suci sepupu", bahwa Yesus lahir dari perawan Maria. Kelahiran-Nya yang menakjubkan bukan hanya sebuah kepercayaan Kristen, namun juga merupakan sebuah dogma "agama sepupu". "Nabi sepupu" menyebut Yesus sebagai perwujudan "Firman Tuhan" dan suatu "roh dari Dia" (Surah 3:45 dan 4:171). Perbedaan antara "agama sepupu" dan kekristenan dalam pemahaman kelahiran Kristus tercermin dari pengajaran "nabi sepupu" bahwa Kristus tidak "lahir" dari Allah, namun telah "diciptakan" dalam Maria, dari ketiadaan, melalui Firman yang Mahakuasa. Allah tidak akan pernah dipahami sebagai Bapa dari Yesus, namun hanya sebagai pencipta-Nya. Kristus bukanlah Putra Allah dalam "agama sepupu", namun hanya sebagai seseorang yang menakjubkan, seorang nabi khusus, seorang utusan Allah yang berwenang. Hal ini bertentangan dengan iman semua gereja yang setuju dengan Kredo Nikea bahwa Kristus adalah "Tuhan atas Tuhan, terang atas terang, Tuhan yang Maha, diperanakkan dan bukan diciptakan, menjadi satu esensi dengan Bapa. (t\Rento) 
Diterjemahkan dari: 
Judul buku  : Islam Under The Magnifying Glass  Judul asli bab : Allah In Islam And The Incarnation Of God In Jesus Christ  Penulis1  : Abd Al Masih  Penerbit  : Light of Life, Villach, Austria  Halaman1  : 13 -- 24 
Sumber Misi:Yayasan Mercy Indonesia (http://www.imercy.org)
Mercy Indonesia merupakan website dari Yayasan Mercy Indonesia. Awalnya, Yayasan ini didirikan oleh Paulus dan Marliesye Wiratno pada 10 Mei 2001, untuk menampung anak-anak yatim piatu korban kerusuhan di Timor Timur. Namun, seiring berjalannya waktu, yayasan ini terbuka untuk menampung anak-anak yatim piatu dari daerah lain juga. 
untuk melihat gambaran lebih jelas tentang yayasan ini, Pengunjung bisa mengaksesnya di menu Who We Are. Selain itu, ada pula halaman Children Sponsorships yang berisi informasi beasiswa sekolah, untuk anak-anak yang diasuh oleh Yayasan Mercy Indonesia. Di dalamnya terdapat alasan mengapa anak-anak ini memerlukan beasiswa, jumlah biaya yang dibutuhkan setiap anak, nomer rekening Bank. Pengunjung yang tergerak untuk menolong pun dapat memilih anak yang akan disponsori dalam situs ini. Panti asuhan yang dimiliki oleh Yayasan Mercy Indonesia tersebar di beberapa wilayah Indonesia seperti Atambua, Denpasar, Singaraja, Soe, Waikabubak, Teluk Dalam, Malinau, Medan, Sorong, Salatiga, dan Rote. Selain melayani anak-anak yatim piatu, ada pula pelayanan House of Mercy Development Center yang bertujuan untuk memberdayakan para perempuan, dengan cara memberikan pelatihan keterampilan dan bimbingan rohani. (YCN)  “ 
Profil Bangsa atau Suku: Melayu Brunei di Brunei
Siapakah Melayu Brunei? 
Melayu Brunei adalah nama yang digunakan untuk mengacu pada beberapa kelompok yang terkait erat dan sama dengan orang-orang Brunei asli. Yang paling besar adalah Melayu dan Kedayan. Beberapa kelompok yang lebih kecil, termasuk Low Malay Creole, Kiput, Kayan, dan Bisaya Selatan juga bagian dari penduduk Melayu Brunei. 
Meskipun secara etnis mereka terkait dengan Melayu dan juga berbagai agama Islam yang sama, ada banyak perbedaan budaya dan bahasa yang membuat wilayah Melayu Brunei berbeda dari masyarakat Melayu yang lebih luas di sekitar Malaysia dan Singapura. 
Mayoritas masyarakat Melayu Brunei tinggal di ibu kota yang disebut Daerah Brunei - Muara, dan juga di jalur pantai yang tersebar di sepanjang perbatasan laut negeri itu. Mereka menulis dalam bahasa Malaysia tetapi berbicara dalam bahasa Melayu Brunei, yang secara unik berbeda pelafalannya dari bahasa Melayu lisan. 
Seperti Apa Kehidupan Mereka? 
Budaya dan adat dari berbagai kelompok sering kali cukup berbeda -- misalnya, mereka berbeda dari segi adat (hukum desa yang tidak tertulis) yang mengatur perilaku di masing-masing desa. 
Sebagai orang-orang asli dari daratan tersebut, orang-orang Melayu Brunei umumnya menikmati hak-hak istimewa yang berkaitan dengan kemakmuran negara tersebut -- Kesultanan Islam mengendalikan minyak tanah yang luas dan cadangan gas alam. Mereka banyak disukai di area- area semacam pegawai negeri dan memiliki akses ke universitas- universitas nasional. 
Mereka menikmati layanan pendidikan dan kesehatan yang relatif dikembangkan dengan baik. Pendapatan dari produksi minyak bumi sebagian besar digunakan untuk membiayai semua layanan ini, yang disediakan secara cuma-cuma bagi orang-orang Melayu Brunei. Sultan Brunei Darussalam juga menyubsidi makanan dan perumahan mereka. 
Apa Kepercayaan Mereka? 
Semua orang Melayu Brunei digolongkan sebagai Muslim pada saat lahir; mereka 100 persen Muslim Sunnis Shafi. Orang-orang Melayu Brunei mengikuti praktik-praktik dan kepercayaan Islam tradisional. Diperkirakan, Brunei memiliki lebih banyak masjid pada setiap kilometer perseginya dibandingkan dengan negara lain di dunia. 
Agama mereka didasarkan pada lima rukun Islam. Mereka mengakui tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah rasul-Nya. Mereka dituntut sembahyang lima kali sehari, memberikan sedekah kepada orang miskin, berpuasa selama bulan Ramadan, dan berusaha setidaknya melakukan perjalanan ziarah ke kota suci Mekah. 
e-JEMMi 2012 
360 
Banyak kelompok Melayu Brunei menggolongkan seluruh masyarakatnya sebagai Muslim. Tetapi, penggolongan ini lebih pada perbedaan budaya daripada penggolongan keyakinan individu. Keyakinan individu sering kali akan dipengaruhi oleh agama-agama suku dari nenek moyang mereka. 
Apa Kebutuhan Mereka? 
Saat ini, masyarakat Melayu Brunei secara fisik telah terpelihara dengan baik. Negeri mereka kaya minyak dan Sultannya sangat dermawan. Tetapi, sumber-sumber materi dapat habis. 
Meskipun masyarakat Melayu Brunei memiliki banyak sumber materi, tetap saja ada kebutuhan akan pemenuhan kerohanian. Doakan agar ada pekerja- pekerja yang akan diutus ke sana, yang bekerja di antara orang-orang Melayu Brunei. (t/Anna) 
Pokok doa: 
1. Berdoa kepada Tuhan Yesus agar mengirimkan para pekerja di antara masyarakat Melayu Brunei.  
2. Berdoa untuk Brunei supaya pintu Injil dapat terbuka bagi negara itu, dan setiap orang bisa mendengar Injil Yesus Kristus.  
3. Berdoa untuk orang-orang yang telah mengenal Kristus, agar mereka memiliki keberanian untuk membagikan iman kepada saudara-saudara mereka di Brunei yang belum percaya. 
Diterjemahkan dari: 
Nama situs : Joshua Project  Alamat URL : http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=BX&peo3=10973  Tanggal akses : 24 Januari 2012  
Profil Bangsa atau Suku: Betawi di Indonesia


Pendahuluan/Sejarah 
Orang-orang Betawi dianggap sebagai penduduk asli Jakarta. Mereka sering kali disebut "Orang-orang Jakarta, Batavi, Batawi, atau Jakarte". Mereka berasal dari campuran orang-orang yang tiba di Batavia (nama sejarah Jakarta), dan telah mendiami kota pelabuhan ini sejak abad ke-15. Orang-orang Betawi asli didapati di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta, seperti Pasar Minggu di Jakarta Selatan, Condet di Jakarta Timur, dan daerah Kampung Sawah di Bekasi, Jawa Barat. 
Seperti Apa Kehidupan Mereka? 
Di pusat kota, orang-orang Betawi hidup sebagai pedagang, pegawai negeri, buruh, pengrajin, atau pegawai swasta. Di daerah pinggiran kota (seperti Jagakarsa, Cirasas, Cilangkap) kebanyakan orang Betawi memiliki pekerjaan bercocok tanam sebagai penanam buah, petani padi, atau nelayan. Lahan pertanian mereka lambat laun berkurang karena banyak yang dijual untuk pembangunan perumahan, industri, dan pemanfaatan modern yang lain. Akibatnya, para petani mengubah pekerjaan untuk kerja perkotaan seperti buruh, pedagang, dan ojek sepeda motor. Sulit bagi orang Betawi untuk dipisahkan dengan keluarga mereka. Jika mereka berada di kota kelahiran mereka dan mengalami kesulitan, mereka dapat meminta bantuan keuangan dari anggota keluarga mereka. Situasi ini kadang-kadang memberikan kesan bahwa mereka kurang tekun dalam mencari mata pencaharian dibandingkan dengan orang-orang luar. Tingkat pendidikan formal penduduk asli Jakarta ini biasanya cukup rendah. Kemungkinan, mereka telah mengaitkan "sekolah" dengan pola hidup para "kolonialis Cina dan Belanda", yang mereka tentang. Antipati terhadap pendidikan umum ini dikuatkan ketika guru-guru Islam mendorong mereka untuk menghindari sekolah- sekolah pemerintah dan justru belajar di sekolah-sekolah (pesantren) dan seminari- seminari (madrasah) Islam. Orang-orang Betawi juga memiliki seni yang khusus seperti teater rakyat (Lenong), parade boneka raksasa (Ondel-Ondel), musik tiup tradisional (Tanjidor), topeng, dan teater wayang (Wayang Golek). Namun, saat ini orang-orang Betawi jarang terlibat dalam penyelenggaraan seni tradisional mereka sendiri. 
Apa Keyakinan Mereka? 
Banyak orang Betawi mengarahkan kehidupan pribadi dan masyarakat mereka sehari- hari ke arah etika Islam. Empat asas yang diikuti oleh sebagian besar orang Betawi berikut ini merupakan contoh dari pengaruh Islam. Pertama, pada setiap perjumpaan mereka akan menggunakan salam Islam, Assalamualaikum, yang dijawab, Walaikumsalam. Kedua, mereka harus melakukan kewajiban sembahyang lima waktu. Ketiga, seorang anak perempuan harus dinikahkan ketika ia mencapai usia yang layak. Empat, seorang tamu harus dijamu sesuai kemampuan maksimal dari tuan rumah. Filosofi dasar mereka adalah "Berkat untuk hari ini. Esok urusan esok". Mereka yakin Allah akan memberikan berkat, tetapi mereka juga yakin kehadiran roh-roh di tempat- tempat seperti pohon-pohon, jembatan-jembatan, dan kuburan-kuburan.  
e-JEMMi 2012 
330 
Apa Kebutuhan Mereka? 
Orang-orang muda Betawi perlu akses atas pengetahuan ilmiah, sehingga mereka dapat beradaptasi terhadap era informasi dan teknologi. Jenjang-jenjang masyarakat Betawi yang lebih rendah pada dasarnya tetap bercocok tanam, dan ada suatu kebutuhan terhadap pandangan mereka yang lebih luas. Orang-orang Betawi pasti mengejar pencapaian dari tingkat yang lebih tinggi, penghematan, dan persaingan agar mampu bertahan di daerah metropolitan Jakarta yang luas, yang sangat menghargai produktivitas dan efisiensi. (t/Anna) 
Pokok Doa: 
1. Berdoa kepada Tuhan untuk orang-orang Betawi, supaya ada keterbukaan terhadap pengetahuan ilmiah.  2. Berdoa untuk kemungkinan penginjilan kepada orang-orang Betawi.  3. Berdoa supaya perspektif kehidupan yang masih menghalangi masuknya Injil dalam kehidupan orang-orang Betawi, diubahkan. 
Diterjemahkan dari: 
Nama situs : Joshua Project  Alamat URL : http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10815  Tanggal akses : 24 Januari 2012  
 
e-JEMMi 2012 
331 
Sumber Misi:Project Compassion
Kegiatan Mission Trip tentu dapat menjadi pengalaman yang membentuk hati misi bagi para pesertanya. Meski waktunya terbilang singkat, asalkan dikerjakan dengan terarah, mission trip juga bisa memberi dampak besar bagi orang-orang yang dilayani. Contohnya saja perluasan pelayanan Project Compassion yang berasal dari kegiatan- kegiatan mission trip seperti itu. 
Bermula dari mission trip kecil di Meksiko tahun 1991, PC kini telah menjadi lembaga penyelenggara mission trip yang terbilang efektif dan bekerja di berbagai negara berkembang lainnya. Pendirian klinik kesehatan merupakan kegiatan utama dalam mission trip PC, selain sekolah dan panti asuhan. Lembaga ini dengan giat mengajak pribadi maupun gereja-gereja untuk terlibat dalam mission trip, tentu dengan pengaturan yang terbilang disiplin dan profesional. Simaklah profil pelayanan PC, hasil mission trip, maupun usaha mission trip berikutnya di situs projectcomapssion.org ini. Mungkin saja Anda berminat mengikutinya. (NY)  ==> projectcompassion.org 
Profil Bangsa atau Suku: Bima di Indonesia

Pendahuluan/Sejarah 
Orang-orang Bima (disebut juga orang Mbojo) hidup di Provinsi Nusa Tenggara Barat, di dataran rendah yang rata di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu di bagian timur Pulau Sumbawa serta di Pulau Sangeang. Meskipun garis pantainya panjang, dilekuk oleh teluk-teluk, namun penduduknya tidak berorientasi ke laut dan hampir semua desanya terletak sejauh lebih dari 5 kilometer dari pantai. Bagian utara wilayah mereka memiliki tanah yang subur, sementara bagian selatannya tandus dan gersang. Orang- orang Bima juga disebut orang-orang "Oma" (berpindah) karena mereka melanjutkan pola hidup yang sering berpindah-pindah. Bahasa orang-orang Bima (kadang-kadang disebut "Nggahi Mbojo") meliputi dialek-dialek Bima, Bima Donggo, dan Sangeang. 
Seperti Apa Kehidupan Mereka? 
Mata pencaharian utama orang-orang Bima adalah pertanian lahan kering, namun mereka juga mengerjakan pertanian padi beririgasi dengan menggunakan suatu sistem irigasi yang disebut "panggawa". Orang Bima juga terkenal karena mereka beternak kuda. Wanita-wanita Bima ahli dalam menganyam tikar dari bambu dan daun kelapa sawit, serta menenun kain yang dikenal dengan sebutan "tember nggoli". Sebuah perkampungan orang Bima dinamakan "kampo" atau "kampe" dan dipimpin oleh seorang pemimpin desa yang disebut "neuhi". Ia dibantu oleh sekelompok tua-tua dari keluarga yang sangat dihormati. Posisi kepemimpinan diwariskan dari generasi ke generasi di antara keturunan pendiri desa. Orang-orang Bima tidak benar-benar tertutup dari pengaruh luar. Dulu, pendidikan sekolah dianggap berlawanan dengan adat mereka, namun sekarang mereka mendukung pendidikan dari sekolah dasar hingga universitas. Mereka cenderung menganggap pengaruh-pengaruh dari luar sebagai sesuatu yang baik, khususnya budaya dan teknologi. 
Apa Keyakinan Mereka? 
Meskipun mayoritas orang Bima memeluk Islam dan dikenal sangat setia kepada agama, mereka juga masih percaya kepada roh-roh dan melanjutkan praktik-praktik animistis. Masih ada banyak cenayang di antara masyarakat. Banyak orang Sumbawa yang mengaku sebagai orang Islam, bergantung pada nasihat dan bantuan para cenayang ini, khususnya pada saat-saat sulit. Orang-orang Bima takut dengan roh Batara Gangga (pemimpin para dewa dengan kuasa terbesar), Batara Guru, Idadari Sakti, dan Jeneng, juga terhadap roh-roh Bake, dan Jin yang tinggal di dalam pohon- pohon, gunung yang amat tinggi, dan diyakini memiliki kuasa untuk mendatangkan penyakit dan bencana. Mereka juga percaya pada sebuah pohon supernatural yang besar, yang terletak di Kalate dan di Murmas, yang merupakan tempat tinggal khusus dari dewa-dewa Gunung Rinjani, juga tempat tinggal khusus bagi Batara dan dewa-dewi yang lain. Kepercayaan-kepercayaan asli orang-orang Bima disebut "pare no bongi", mengacu pada keyakinan kepada roh-roh nenek moyang mereka. Pada tahun 1930-an, ratusan orang Bima di daerah pegunungan Dompu mendengar berita Injil dan menanggapinya. Saat ini, ada empat desa pegunungan yang penduduknya adalah
e-JEMMi 2012 
292 
orang Kristen. Orang-orang ini sangat miskin dan terisolasi, serta banyak dari mereka yang tidak sungguh-sungguh memahami Injil. 
Apa Kebutuhan Mereka? 
Bantuan kesehatan sangat dibutuhkan, khususnya di antara orang-orang Bima yang masih secara eksklusif menggunakan dukun (cenayang/tabib/okultis). Mereka juga membutuhkan peralatan pertanian tepat guna dan pelatihan. (t/Anna). 
Pokok Doa: 
1. Berdoa supaya anak-anak Tuhan mau keluar dari zona nyaman dan melayani Tuhan Yesus sesuai panggilan.  
2. Berdoa untuk sebagian orang Bima yang sudah mengenal Injil, supaya mereka memiliki keyakinan yang teguh di dalamnya.  
3. Berdoa supaya Tuhan Yesus membuka jalan penginjilan bagi orang-orang Bima yang belum mengenal Yesus.  
4. Berdoa supaya ada program bantuan kesehatan dan peralatan pertanian tepat guna bagi masyarakat Bima. 
Diterjemahkan dari: 
Nama situs : Joshua Project  Alamat URL : http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10852  Judul asli artikel : Bima of Indonesia  Penulis : Tidak dicantumkan  Tanggal akses : 24 Januari 2012  
 
e-JEMMi 2012 
293 
Sumber Misi:Panama Christian Evangelism (pce)
Situs ini dibuat sebagai "company profile" dari Panama Christian Evangelism (PCE), suatu pelayanan misi khusus untuk Panama. PCE memiliki visi: "Menjangkau Panama dengan cara memperlengkapi gereja lokal, pemuridan, dan memenuhi kebutuhan". Kegiatan-kegiatan mereka terdiri dari Pelayanan Gereja, Pelayanan Misi, dan Pelayanan Medis. Ada juga beberapa pelayanan khusus seperti pengadaan sandang dan pangan, sekolah dan perkebunan kopi. Kita dapat membantu pelayanan ini dan sekaligus mendapatkan lebih banyak informasi tentang pekerjaan Tuhan di Panama. (NY)  ==> www.panamaforchrist.org 
Artikel Misi 2: Dengan Wanita di Timur 
Selama mengajar sebagai seorang guru selama 13 tahun di sebuah negara Arab, saya menyadari pola pikir kultural dan tradisi-tradisi masyarakat melalui siswa-siswa saya dan keluarganya. Mereka, sebaliknya, mengamati saya dengan hati-hati dan menanyakan kepercayaan saya dan praktik-praktiknya. Saya segera sadar bahwa membagikan Kabar Baik kepada mereka melibatkan seluruh hidup saya: kata-kata, tindakan, dan pikiran saya. 
Kebanyakan wanita yang saya temui di dunia Arab memiliki rasa ingin tahu. Karena saya sangat tertarik untuk mengetahui kehidupan mereka, maka hanya dibutuhkan satu menit sebelum kami benar-benar terlibat dalam serangkaian tanya jawab. Mereka sangat suka membicarakan hal-hal ruwet tentang hubungan keluarga. Jadi, saya harus benar-benar memberi perhatian pada nama-nama, jumlah, ataupun istilah-istilah kekeluargaan (seorang bibi mungkin juga menjadi saudara perempuan mertua!). Selanjutnya, mereka akan menanyakan tentang keluarga saya. 
Kehidupan saya yang membujang, meski sudah berusia setengah abad, sangat membuat mereka heran. Saya menggunakan hal ini sebagai satu pintu masuk untuk berbicara tentang Allah yang memberikan keamanan dan perlindungan. Dia mengatur dan memimpin dalam mengambil keputusan mengenai pernikahan dan pekerjaan. Saya juga yakin bahwa tetap membujang dalam sebuah masyarakat yang memandang wanita sebagai objek pemenuhan hubungan seksual, merupakan satu cara untuk mewujudkan nilai atau harga dirinya sebagai pribadi yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dari perspektif berbeda, rekan-rekan yang sudah menikah ditambahkan pada gambaran ini sebagai nilai pribadi. Hubungan suami istri yang saling tunduk, saling menghargai, dan saling mengasihi mengungkapkan kebenaran yang sangat dalam tentang pria dan wanita dan Allah. 
Salah satu pertanyaan yang mereka ajukan mengenai gaya hidup saya berkaitan dengan doa. Jawaban saya untuk pertanyaan "Apakah Anda sembahyang?" adalah membandingkan penyucian tubuh mereka secara jasmaniah dengan penyucian batiniah yang diberikan Allah melalui darah pengorbanan-Nya. Kadang-kadang, saya menggunakan pengetahuan mereka mengenai seekor domba yang disediakan untuk menggantikan putra Abraham. Biasanya, saya akan membicarakan tentang ketulusan Allah, hati yang suci, dan tentang bebas bertemu Dia kapan saja. Bahkan, saya mungkin memberikan contoh-contoh tentang apa yang saya katakan di dalam doa, memuji Dia, mengakui dosa, mendoakan orang lain. Dalam penyembahan ini, saya berharap dapat menyampaikan realitas dan dekatnya Bapa surgawi, seraya menjaga rasa hormat karena nama-Nya yang kudus. 
Persiapan pribadi bagi pelayanan terhadap wanita-wanita ini sangat penting. Berdoa, membaca Kitab Suci, dan merenungkannya adalah bagian dari kehidupan saya sehari- hari, sehingga pemikiran yang saya bagi pada teman-teman agama lain benar-benar berasal dari minat, persoalan, dan keyakinan pribadi. Mula-mula, saya berdoa dengan cara yang lebih umum, agar Allah mengikat roh-roh jahat dan membebaskan hati para wanita itu untuk mendengarkan perkataan-Nya. Saya akan menyebutkan nama wanita tertentu dalam doa dan menunggu Dia memberikan kebenaran khusus yang berkenaan
e-JEMMi 2012 
279 
dengan kebutuhan wanita itu. Kemudian, saya menyelidiki ayat-ayat Alkitab yang relevan dalam bahasa Arab dan memikirkan aplikasi dari ayat-ayat itu yang berkaitan dengan wanita itu, contoh-contoh dari kehidupan mereka sehari-hari dan hal-hal yang menarik secara pribadi. Sebelum bertemu dengan teman-teman agama lain, saya menyerahkan kunjungan itu pada Allah dan mendoakan wanita yang saya kunjungi, agar ada di rumah dan memiliki waktu luang untuk duduk dan berbincang-bincang. Lalu, saya akan berbicara santai, menikmati kebersamaan dengan wanita itu dan keluarganya, percaya bahwa Allah akan bekerja. 
Sumber: Muslim and Christian on the Emmaus Road. J.Dudley Woodberry. Page 197 -- 218. MARC Pub, 1989

Tokoh Misi: Christian David dan Hans Egede 
Selain Count Zinzendorf, pribadi yang paling terlibat dalam pendirian gereja Moravia adalah Christian David. Ia bertugas membawa saudara- saudara (Unitas Fratum) yang diasingkan dari seluruh wilayah Eropa sampai ke kediaman Zinzedorf. David dilahirkan di Moravia pada tahun 1690 dalam sebuah keluarga Katolik Roma. Sewaktu kecil, dia adalah seorang penganut Katolik yang saleh, sangat tekun dalam ritual ibadah, hari-hari suci, dan pemujaannya terhadap Perawan Maria. Di kemudian hari, ia menceritakan bahwa hatinya berkobar-kobar oleh ketaatan beragama. Namun di samping kesungguhannya, ia tidak memunyai pemahaman yang benar tentang kekristenan yang sejati, sampai dia dikirim untuk magang pada seorang ahli pertukangan, yang bersama dengan keluarganya secara diam-diam memeluk iman Injili. Namun demikian, pengetahuan David mengenai pengajaran Kristen sangatlah terbatas. Akhirnya, sebelum usianya genap 20 tahun, ia mendapatkan Alkitab, sebuah buku yang tidak pernah ia baca sebelumnya. 
Tahun 1717, pada usia 27 tahun, David bertobat dan segera sesudah itu, melalui dorongan istrinya yang setia, Anna, dia menjadi pengajar awam keliling. Selama perjalanannya, dia bertemu dengan ratusan orang Kristen yang dianiaya dan putus asa, yang mendambakan sebuah tempat perlindungan, tempat mereka bisa beribadah dengan bebas. Dengan latar belakang demikianlah, David bertemu dengan Zinzendorf pada tahun 1722, yang membawanya pada usaha bersama mereka untuk mendirikan Herrnhut. Tahun-tahun berikutnya, David mewakili Herrnhut berkeliling Eropa menerima tenaga baru dari para penghuni tetap. 
Meskipun sejatinya dia adalah seorang tukang kayu dan sukses dalam merekrut tenaga baru dari para penghuni Herrnhut, Christian David memiliki kerinduan untuk terlibat langsung dalam penginjilan, dan pada tahun 1733 peluang itu datang. David bersama dengan 2 orang Moravia lainnya ditugaskan sebagai misionaris ke Tanah Hijau untuk menggairahkan kembali pekerjaan misi di sana. Dua tahun sebelum keberangkatan mereka ke Tanah Hijau, Zinzendorf mendengar rumor bahwa misionaris Lutheran, Hans Egede, berencana menutup pelayanannya di sana. Kesalahan informasi inilah yang mendorong Zinzendorf datang untuk menyelamatkan. Dia segera mencari relawan di antara pengikut Moravianya untuk mengisi kekosongan itu, dan David terpilih untuk menjadi pemimpinnya. 
Kedatangan misionaris Moravia menjadi sebuah kejutan bagi Egede. Dia menyambut mereka, namun dengan cepat hampir semua permasalahan dan kesalahpahaman muncul. Baik Egede maupun David, keduanya adalah pribadi yang keras hati dan keras kepala, dan kendala bahasa membuat permasalahan menjadi lebih rumit. Egede, seorang penutur Norwegia pribumi, memunyai kesulitan untuk memahami bahasa lisan Jerman dari pendatang baru Moravia itu, sementara David pun tidak dapat memahami bahasa Norwegia sama sekali. Namun, David dan rekan-rekannya dengan cepat menyadari bahwa Egede sebenarnya tidak bermaksud untuk meninggalkan misinya. 
Hans Egede dan keluarganya telah tinggal di Tanah Hijau selama lebih dari 1 dekade ketika orang-orang Moravia itu tiba; dan bukannya mundur, mereka justru semakin mengabdi kepada pelayanan misi dengan sepenuhnya. Hans Egede lahir di Norwegia
e-JEMMi 2012 
321 
pada tahun 1686 dan ia tumbuh di tengah keluarga Lutheran yang saleh, dan sangat dipengaruhi oleh semangat Pietisme yang telah menembus negeri-negeri Skandinavia. Dia belajar untuk tujuan pelayanan dan kemudian menghabiskan 10 tahun yang sulit dalam pelayanannya sebagai pendeta. Konflik dengan pelayan lain di keuskupannya mengenai masalah uang, berakhir dengan didendanya Egede oleh sidang gerejawi sebanyak lebih dari sekali. Tampaknya, Egede tidak menerima cukup uang untuk mengentaskan keluarganya dari kemiskinan, namun perilakunya dalam usaha untuk mengatasi situasi itu melampaui batas. 
Sejak kecil, Egede telah mendengar kisah tentang Tanah Hijau dan orang-orang Kristen dari Skandinavia yang berabad-abad lampau bermigrasi ke sana, yaitu orang-orang Kristen yang keturunannya tidak terdengar lagi selama lebih dari 200 tahun. Dia tahu dari sejarah Norwegia bahwa Injil telah dibawa ke Tanah Hijau ratusan tahun yang lalu oleh Si Leif yang Beruntung (anak Eric si Merah, seorang pria kejam yang sebelumnya diminta untuk meninggalkan Norwegia dan kemudian diminta meninggalkan Islandia karena dua pembunuhan yang terpisah. Leif, ditemani oleh seorang pendeta, menyebarkan kekristenan di antara penduduk Tanah Hijau. Menjelang abad ke-12, gereja di Tanah Hijau telah berkembang hingga ke suatu titik yang mengizinkan mereka untuk memiliki uskup sendiri; tetapi seiring dengan berjalannya waktu, gereja di Tanah Hijau mengalami kemunduran dan jatuh menjadi penyembah berhala). 
Kisah ini, digabungkan dengan semangat misi Pietistik, mendorong pendeta muda Norwegia itu mencari kemungkinan untuk memulai sebuah misi ke Tanah Hijau, kepada orang-orang yang malang itu, yang tadinya adalah orang-orang Kristen dan mendapat pencerahan melalui iman Kristen, tetapi yang sekarang jatuh kembali pada kebutaan kekafiran dan kebiadaban penyembahan berhala karena kurangnya pengajar dan petunjuk. Tanpa ada yayasan misi yang mendukungnya, Egede mengirim sebuah proposal kepada raja, yang memerintah gabungan kerajaan Denmark-Norwegia, dan kepada pihak gereja yang berwenang tentang menobatkan dan memberi pencerahan kepada penduduk Tanah Hijau. Namun, perang yang terjadi dengan bangsa Swedia menunda pelaksanaan permintaannya itu selama beberapa tahun. 
Sementara itu, Egede menghadapi pertentangan sengit yang bersifat pribadi atas rencananya itu. Ibu mertuanya marah ketika mendengar kabar itu, dan istrinya, Giertrud, yang berusia 13 tahun lebih tua darinya terkejut dan mengisyaratkan bahwa dia menyesal pernah menikahinya. Sikap istrinya segera berubah setelah dia dan suaminya berdoa bersama mengenai masalah itu, bahkan istrinya menjadi pendukung setia imannya, dan mereka maju bersama dalam apa yang saat ini dikenal sebagai panggilan bersama. Ketika orang-orang lain menekan Egede untuk meninggalkan rencananya, sang istri tetap teguh dalam dukungannya. 
Pada musim panas tahun 1718, Egede bersama dengan istri dan empat anaknya meninggalkan jemaat gerejanya di Utara, dan berlayar ke Selatan menuju pelabuhan di Bergen. Dari sana, ia berharap dapat mencapai Tanah Hijau. Awal perjalanan ini, di sepanjang pesisir Norwegia yang berbahaya, berubah menjadi mimpi buruk yang penuh bahaya, yang bisa saja menghancurkan komitmen. Egede terjatuh keluar dari kapal dan nyaris meninggal kalau tidak ditolong oleh seorang nelayan. Bukannya menciutkan hatinya, kecelakaan itu justru memunculkan kembali imannya, dan meyakinkan dirinya bahwa Allah menyelamatkan nyawanya demi sebuah tujuan ilahi. 
e-JEMMi 2012 
322 
Setelah lebih dari 2 tahun penundaan dan ketidakjelasan di Bergen, keluarga Egede mendapatkan jalan dengan berlayar melalui pertolongan Perusahaan Bergen, dan tiba di Tanah Hijau pada musim panas tahun 1721. Setelah dengan tergesa-gesa membangun sebuah rumah bagi keluarganya selama bulan-bulan yang dingin, Egede mulai tinggal dalam kehidupan yang sama sekali tidak menyenangkan dengan menjadi misionaris asing. Cuaca musim panas yang menyenangkan dirusak oleh sejumlah besar agas yang selalu muncul. Namun yang lebih menyusahkan daripada agas-agas itu adalah kendala bahasa. Egede berharap menemukan sebuah bahasa yang mirip dengan bahasanya, yang dibawa ke Tanah Hijau berabad-abad yang lampau oleh orang sebangsanya, namun harapan ini segera sirna. Usaha untuk mengomunikasikan frase yang paling sederhana sekalipun berubah menjadi siksaan yang berkepanjangan, dan yang lebih buruk, Egede gagal mendeteksi bahkan satu jejak kepercayaan Kristen yang ia harap telah diturunkan berabad-abad. 
Komunikasi bukanlah satu-satunya rintangan budaya yang harus diatasi oleh Egede. Gaya hidup orang-orang Eskimo juga sangat berbeda dari gaya hidupnya. Mereka tinggal di rumah yang primitif setinggi 1,2 – 1,8 m dan sering kali terlalu sesak dengan beberapa keluarga dalam satu rumah, serta terlalu panas di musim dingin. Bau amis yang menyengat dari daging dan ikan busuk, bercampur dengan bau busuk yang menjijikkan dari kantong-kantong yang berisi urine untuk menyamak kulit binatang yang basah, membuat atmosfer menjadi hampir tak tertahankan bagi pendeta Norwegia itu; namun kunjungan ke rumah adalah satu-satunya alat yang paling efektif, untuk menjalin hubungan dengan orang-orang Eskimo selama masa musim dingin yang panjang. 
Sementara anak-anaknya yang masih kecil, Paul dan Niels, langsung menemui kesulitan bahasa saat bermain dengan teman-teman mereka. Egede bergumul selama bertahun-tahun dengan kerumitan tata bahasa, dan bahkan dia mendapati sangat sulit untuk mengomunikasikan nilai-nilai rohani. Dia sangat bergantung pada Paul dan Niels, dan mereka terbukti menjadi aset yang sangat hebat dalam pelayanannya. Metode Egede yang paling efektif untuk menjalin persahabatan dan menarik perhatian orang- orang Eskimo selama tahun-tahun pertamanya di Tanah Hijau, adalah melalui musik. 
Meskipun demikian, kemajuan penginjilannya begitu lamban. Egede mendesak orang- orang Eskimo meninggalkan cara kafir mereka, dan dengan keras dia menyatakan bahwa tidak boleh ada kompromi antara kekristenan dengan penyembahan berhala. Dia tidak mengubah pendiriannya dalam menentang ritual-ritual penyembahan berhala, menuntut orang-orang Eskimo menghapuskan guna-guna mereka, tarian, gendang, nyanyian, serta permainan sulap dengan kekuatan mistis. Egede hanya memiliki sedikit pemahaman tentang kepercayaan orang-orang Eskimo, sehingga ia tidak mampu membangun kesamaan tingkatan antara agama penyembah berhala mereka dengan kekristenan. Selain itu, tujuan Egede adalah untuk memanusiakan orang-orang Eskimo ini sebelum berusaha untuk mempertobatkan mereka menjadi orang Kristen. Pendekatan inilah yang mendorongnya untuk memusatkan usahanya pada anak-anak. Karena mereka belum melangkah ke penyembahan berhala seperti orang tua mereka, mereka lebih mudah diajar. Dengan seizin orang tua mereka, Egede membaptis mereka dan mulai mengajar mengenai kebenaran kekristenan sedini mungkin begitu mereka bisa menangkap artinya. 
e-JEMMi 2012 
323 
Egede tidak pernah meninggalkan mimpinya untuk menemukan penduduk Tanah Hijau yang nenek moyangnya dapat dilacak ke tanah pribuminya sendiri, Norwegia. Melalui pencariannya, dia menemukan sisa-sisa arsitektur Eropa, termasuk fondasi sebuah gereja yang masih ada dari reruntuhan bergaya Norwegia; tetapi dia tidak pernah bisa menemukan jejak kekristenan yang mungkin diwariskan oleh generasi orang-orang Kristen sebelumnya. 
Pada tahun 1730, Raja Frederick IV, seorang pendukung yang kuat bagi usaha pelayanan di Tanah Hijau, meninggal. Penggantinya, Raja Christian VI, berkuasa. Di tahun berikutnya, Christian VI memutuskan untuk menutup perusahaan komersial Bergen, pegawai dan pekerja perusahaan itu ditarik kembali. Egede sendiri diizinkan untuk tinggal, namun tempat tinggal baginya pun masih dipertanyakan. Situasi inilah yang menyebabkan munculnya rumor bahwa Egede akan meninggalkan pelayanannya, dan itu mendorong Zinzendorf menugaskan Christian David beserta rekan-rekan Moravianya untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai oleh Egede. 
Permasalahan yang terjadi antara orang-orang Morivia yang baru datang dengan para misionaris veteran Hans Egede jelas-jelas tidak dapat dihindarkan. Egede, dengan kepribadiannya yang mendominasi dan keras, menyinggung perasaan orang-orang Moravia yang percaya dengan pendekatan penginjilan yang lebih halus. Konflik di antara dua kelompok itu berfokus pada metode penginjilan. Bagi orang-orang Moravia, Egede adalah seorang Lutheran yang kaku dan dogmatis, yang lebih peduli dengan mengajarkan ortodoksinya yang kaku daripada menyelamatkan jiwa-jiwa. Mereka mempertanyakan, bagaimana bisa orang- orang Eskimo memahami doktrin yang kompleks kecuali Allah memberi mereka terang keselamatan? Egede, sebaliknya, melihat orang-orang Morivia seperti mengajarkan agama sentimental yang menyedihkan, dengan sedikit perhatian pada doktrin Kristen dan pemberantasan penyembahan berhala. Injil kasih Kristus mereka yang satu sisi saja, dengan sedikit pengetahuan tentang Allah yang suci, adil, dan Mahakuasa. 
Di samping perbedaan-perbedaan itu, Egede dan orang-orang Moravia bekerja berdampingan, sesekali menjaga pertemanan yang cukup dekat. Egede membagikan semua catatan dan materi linguistiknya kepada orang- orang Moravia saat mereka bergumul untuk menguasai bahasanya; dan ketika misionaris Motavia menderita sakit kudis, Egede sering mengunjungi mereka, melakukan apa pun yang bisa mengurangi penderitaan mereka. Istrinya, Giertrud, juga menunjukkan kebaikan kepada mereka, dan sebaliknya mereka pun dikasihi dan dihormati oleh mereka. 
Terobosan pertama yang sesungguhnya bagi Egede dalam pelayanannya kepada orang-orang Eskimo terjadi pada tahun 1733, sekitar masa kedatangan Christian David bersama rekan-rekannya. Kabar baik datang dari Denmark, yaitu bahwa raja mereka yang baru telah menetapkan untuk melanjutkan pekerjaan misi Tanah Hijau. Namun bersamaan dengan kabar baik ini, muncul seorang petobat Tanah Hijau yang kembali dari kunjungannya di Denmark, yang ternyata menjadi pembawa bakteri cacar. Sewaktu kembali pulang, dia bepergian dari desa ke desa, melayani bersama Egede, dan tanpa diketahui justru menyebarkan bakteri mematikan ke mana pun dia pergi. Tidak lama kemudian, orang-orang Eskimo diporak-porandakan dengan penyakit dan berjuang mempertahankan hidup mereka. Namun saat itulah kasih yang hangat dan lembut, serta penuh pengorbanan dari pendeta yang kaku ini, dengan jelas ditunjukkan kepada
e-JEMMi 2012 
324 
mereka. Apa yang tidak bisa disampaikan melalui kata-kata, kini ditunjukkan dalam pelayanan yang tidak mementingkan diri sendiri. Mendengar kemurahan hatinya, orang- orang Eskimo datang dari jauh untuk pengobatan, dan yang paling parah di antara mereka, dibawa ke rumahnya sendiri, di mana dia dan istrinya memberikan tempat tidur dan perhatian yang penuh kasih kepada mereka. 
Setelah bahaya itu berlalu dan ketenangan kembali ke daerah itu, Egede memerhatikan adanya ketertarikan yang lebih besar terhadap hal-hal rohani di antara orang-orang itu. Mereka menyayangi Egede dan orang- orang Eskimo sekarang mencari dia untuk bimbingan rohani. Sementara itu, orang-orang Moravia telah terbukti dalam pekerjaan misi mereka dan segera melihat keberhasilan yang luar biasa. Pada tahun 1738, sebuah kebangunan rohani terjadi dan di tahun-tahun berikutnya ratusan orang Eskimo menjadi Kristen. Dipahitkan oleh iri hati dan sakit hati, Egede menuduh Christian David menuai apa yang ia tabur. Tuduhan Egede tentu saja memiliki sisi kebenaran, tetapi tetap menjadi fakta bahwa metode para misionaris Moravia lebih sesuai bagi orang- orang Eskimo daripada metode Egede. Segera gereja kecil di New Herrnhut menjadi terlalu penuh, dan sebuah gereja baru pun dibangun oleh pengusaha kayu sekaligus misionaris, Christian David. 
Setelah kematian istrinya, Hans Egede kembali ke Copenhagen dan menikah lagi. Dari sana, dia mengawasi pekerjaan misi Tanah Hijau dan melatih orang-orang muda untuk pelayanan misionaris, namun dia melihat hasil yang sangat sedikit dari kerja kerasnya. Sukacita terbesarnya adalah melihat anaknya melanjutkan pekerjaan penginjilan di Tanah Hijau. Anaknya, Paul, menghasilkan pelayanan yang sangat efektif di daerah Teluk Disko, di mana kebangunan rohani terjadi dan orang-orang dari tempat yang sangat jauh datang untuk mendengar dia berkhotbah. Namun pelayanannya harus terhenti karena hilangnya penglihatan yang dialaminya, tetapi hatinya masih terus di dalam misi. Dia kembali ke Copenhagen, di situ dia melanjutkan pekerjaan penerjemahan Alkitab dan bekerja sama dengan ayahnya dalam mengembangkan panduan doktrinal untuk orang-orang Tanah Hijau. Hans Egede meninggal pada tahun 1758 pada usia 72 tahun, dan Paul masih hidup 30 tahun lagi, mendukung perintisan misi di Tanah Hijau sampai akhir. (t\Jing Jing) 
Diterjemahkan dari: 
Judul Buku : From Jerusalem To Irian Jaya  Penulis : Ruth A. Tucker  Penerbit : Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan  Halaman : 74 -- 78    “  "FAILURE ID THE PATH OF LEAST PERSISTANCE"  ”