Kamis, 16 Januari 2014

MAU TAU CARA BARAT MENGHANCURKAN ISLAM?


 Gambar
    Samuel Zwimmer, ketua asosiasi misionaris dalam kongresnya di Jerusalem tahun 1935, mengatakan , ” Sebenarnya tugas misionaris yang pemerintah lantik tuan tuan untuk bertugas di Negara Islam, adalah bukan untuk memasukkan umat Muslimin ke dalam agama Kristen, sebab mereka sudah ada agama dan etika.
 ”Tugas tuan tuan ialah untuk mengeluarkan manusia Muslim dari Islam, agar jadi seorang yang tidak punya hubungan lagi dengan Tuhan, selanjutnya agar ia tidak terikat lagi dengan akhlak yang selama ini dianuti oleh umat itu. Dengan cara ini berarti tuan tuan akan menjadi pioneer dalam penjajahan di dunia Islam.”
“Tuan tuan harus menyiapkan berbagai ide untuk Negara Negara Islam supaya dapat menerima segala yang tuan tuan laksanakan, yaitu untuk menarik keluar Muslimin dari Islam. “
“Tuan Tuan sudah menggiring generasi muda Muslim yang tak ada kaitannya dengan Tuhan. Anak anak muda yang tak perlu tahu dengan hubungan itu. Jadi dengan cara itu tuan tuan sudah dapat mengeluarkan Muslimin dari agamanya. Tapi bukan berarti mereka sudah masuk Kristen.”
  Selanjutnya muncullah generasi Islam yang seiring dengan kehendak penjajah. Dimana mereka tidak mengutamakan kerja keras, pekerjaan yg bermamfaat dan penting. Mereka suka santai, suka nganggur dan suka mengejar kepuasan nafsu dengan apa saja. Malahan perkara sex itulah yang menjadi tujuan hidupnya, sehingga walaupun dia belajar tapi pelajarannya adalah untuk kepuasan sex. Kalau dia mencari harta maka harta itupun untuk kepuasan sex juga. Atau kalau dia menduduki jabatan jabatan tinggi maka jabatan itupun untuk pemuasan sex akhirnya.
Hai para misionaris ! sempurnakanlah tugas tuan tuan itu dengan sebaik baiknya…. (Juzuru Al Bala hal 275)
menurut Syeikh Abdullah Nashih Ulwan
  Setelah gagalnya perang salib pertama yang berlangsung selama dua abad dalam upaya mencabut Islam dari akarnya, orang-orang Kristen mulai mengadakan kajian yang cermat dan membuat program untuk menghancurkan umat Islam. Rencana mereka itu secara bertahap adalah sebagai berikut :
Pertama : Menghancurkan Pemerintahan Islam
Inggris, Yunani Italia, dan Perancis menggunakan saat lemahnya Daulah Utsmaniyah karena perselisihan yang berkecamuk di dalam tubuh Daulah itu. Mereka bagai segerombolan serigala lapar menyerbu dengan ganasnya, menguasai tanah-tanah daulah. Diantaranya adalah ibukota Daulah, Istambul. Kemudian diadakan perjanjian perdamaian Luzan. Inggris memberi isyarat kepada penghianat besar, Attaturk, bahwa Inggris tidak akan menarik pasukannya dari tanah Turki, kecuali setelah dilaksanakan kesepakatan dengan syarat-syarat berikut :
1. Menghapus Khilafah Islamiyah, mengusir khalifah dari Turki, dan merampas harta bendanya.
2. Turki berjanji untuk menumpas segala gerakan yang dilancarkan oleh para pembela khilafah.
3. Turki harus memutuskan hubungan dengan Islam.
4. Turki harus memilih undang-undang sipil sebagai penggamti undang-undang yang diambil dari hukum Islam.
Selain itu, menghapus mahkamah(pengadilan) syariah, sekolah-sekolah agama,wakaf, hukum waris, dan mengubah azan dengan bahasa Turki, mengganti huruf arab dengan huruf Latin,mengganti hari libur pada hari Jumat menjadi hari Minggu, dan semua ini terlaksana tuntas pada tahun 1928.
Pengkhianatan Attaturk berhasil melaksanakan segala persyaratan ini. Dan Inggris beserta para sekutunya mengakui kemerdekaan Turki. Mereka menyalami Attaturk atas keberhasilannya menghapus khilafah, mensekularkan Negara dan memerangi Islam.
 Ketika Curzon, menteri luar negeri Inggris, berdiri di majelis umum Inggris (The House Of Common) melaporkan apa yang terjadi di Turki, sebagian perwakilan Inggris memprotesnya. Merekapun menyangkal mengapa Inggris mengakui kemerdekaan Turki yang disekitarnya mungkin berkumpul Negara-negara Islam yang kemudian bersama-sama menyerang Barat. Curzon menjawab, “Kita telah menghancurkan Turki yang tidak memungkinkan mendirikan satu negarapun yang membelanya sejak hari ini.Sebab, kita telah menghancurkan kekuatannya yang terwujud dalam dua dimensi.: Islam dan khilafah.” Para hadirinpun bertepuk tangan,dan tidak terdengar lagi bantahan.
Kedua : Menghancurkan dan Menghapus Al-Qur’an
Hal ini dilakukan karena ajaran salib (Kristen) beranggapan bahwa Al-Qur’an adalah sumber pokok kekuatan orang-orang Islam, sumber mereka untuk kejayaan, kekuatan dan kemajuannya yang telah berlalu.
1. Gladstone, yang menjabat perdana menteri Inggris selama empat kali (1864-1874, 1880-1885, 1886-1891, 1892-1894) dalam majelis umum (the house of common) Inggris, sambil mengangkat Al-Qur’an, mengatakan, “Selama Al-AQur’an ini berada di tangan orang-orang Islam, maka Eropa sama sekali tidak akan dapat menguasai Dunia Timur. Bahkan Eropa itu sendiri akan terancam.”
2. Seorang missionaris, William Jeford Balcrof, berkata, “jika Al-Qur’an dapat disisihkan dan kota Mekkah dapat diputuskan hubungannya dari Negara-negara Arab, maka sangat memungkinkan bagi kita untuk melihat seorang Arab secara bertahap mengikuti kemajuan Barat, terjauh dari Muhammad dan sekitarnya.”
3. Seorang missionaris pendengki lainnya, Catly, berkata,, “Kita harus menggunakan Al-Qur’an sebagai senjata yang paling ampuh dalam Islam untuk melawan Islam itu sendiri, sehingga kita dapat menghancurkannya. Kita harus menerapkan kepada kaum muslimin bahwa yang benar dalam Al-Qur’an bukanlah baru, dan yang baru tidaklah benar.”
4. Seorang penguasa colonial Prancis di Aljazair, dalam peringatan seratus tahun kedudukannya, berkata, “Kita harus melenyapkan Al-Qur’an yang berbahasa Arab itu dari kehidupan mereka, dan melenyapkan bahasa Arab dari lidah mereka, agar kita dapat berkuasa penuh.”
  Kenyataan ini menimbulkan kejadian unik di Perancis. Yaitu adanya usaha untuk melenyapkan Al-Qur’an dari jiwa pemuda Aljazair. Prancis mengadakan suatu eksperimen ilmiah, dengan memilih sepuluh pemudi muslimat berkebangsaan Aljazair yang oleh pemerintah Prancis dimasukkan di sekolah Prancis, diajari kultur Prancis, diajari bahasa Prancis, sehingga seolah-olah seperti seorang Prancis. Setelah sebelas tahun berlalu dari usahanya itu, sekolah mengadakan pesta meriah untuk melepas alumni. Diundang pula para menteri, ahli fikir dan para wartawan. Ketika pesta dimulai, semua hadirin dikejutkan dengan pemunculan pemudi-pemudi Aljazair yang mengenakan busana muslimat Aljazair. Surat kabar-surat kabar Prancis gempar dan bertanya –tanya. “Apa yang dilakukan Prancis di Aljazair, setelah berlalu seratus duapuluh delapan tahun dari masa pendudukannya?” La Couist, Menteri colonial Prancis menjawab, “Apa yang mesti saya lakukan, jika Al-Qur’an ternyata lebih kuat dari Prancis?”
 sumber http//eramuslim.com…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar