Kamis, 30 Januari 2014

Tokoh Misi: Samuel Zwemer 
Kekuatan yang menjadi ciri khas para sukarelawan mahasiswa, yang menyebar ke seluruh dunia pada akhir abad ke-19, adalah kualitas yang menjadi ujung tombak dalam usaha pelayanan misi ke "dunia sepupu", sebuah tempat yang menolak kekristenan dengan begitu keras. Pelayanan misi pertama ke "dunia sepupu" dilakukan oleh Raymond Lull pada abad ke-13. Pada saat itu, ia hampir dapat dikatakan seorang diri menginjili "orang sepupu" daripada memerangi mereka. Pada abad berikutnya, menurut Stephen Neill, "tanah sepupu" sangat tidak diperhatikan oleh pelayanan misi Kristen, dibandingkan dengan ladang lain yang lebih produktif. Keadaan tersebut berubah pada akhir abad ke-19, sebuah masa yang ditandai dengan dimulainya pertemuan yang lebih nyata antara iman kepada Yesus Kristus dan iman kepada "nabi sepupu". Gereja Anglikan memasuki "wilayah sepupu" pada tahun 1860-an, dan denominasi lain perlahan-lahan mengikutinya. Tetapi Samuel Zwemerlah, seorang mahasiswa yang menjadi sukarelawan dan tanpa dukungan denominasi mana pun, yang mengoordinasi usaha pelayanan misi kepada "orang-orang sepupu", serta menarik perhatian dunia kepada "masyarakat sepupu" dan kebutuhan mereka akan Kristus. Banyak sukarelawan mahasiswa yang lain, termasuk W.H. Temple Gairdner, Dr. Paul Harrison, dan William Borden, yang juga menyerahkan hidup mereka untuk bekerja keras dalam pelayanan misi yang paling sulit dan hampir tanpa penghargaan ini. 
Samuel Zwemer, rasul kepada "orang-orang sepupu", lahir di dekat Holland, Michigan, pada tahun 1867, sebagai anak ke-13 dari 15 bersaudara. Ayahnya adalah seorang pendeta Gereja Reformed, sehingga sangat wajar jika setelah Samuel dewasa, ia pun memasuki ladang pelayanan. Empat dari lima saudara laki-lakinya yang masih hidup juga melayani, sedangkan saudarinya, Nelie Zwemer menyerahkan 40 tahun hidupnya untuk melayani Tuhan sebagai utusan Injil ke Tiongkok. Ketika ia menjadi mahasiswa di Hope College, Zwemer baru merasakan pentingnya pelayanan misi luar negeri. Tahun- tahunnya di universitas dipengaruhi oleh khotbah Robert Wilder (seorang pendukung utusan Injil yang juga memberikan pengaruh kepada John R. Mott dan Mount Hermon Hundred). Ia dan lima dari tujuh teman sekelasnya menjadi sukarelawan untuk pelayanan misi di luar negeri. 
Setelah mengikuti pendidikan di seminari dan menjalani pelatihan medis, Zwemer dan seorang mahasiswa di seminari itu, James Cantine, mengajukan diri mereka kepada Reformed Board untuk melayani di dunia Arab; namun mereka ditolak karena anggapan pada masa itu, bahwa pelayanan misi semacam ini adalah sesuatu "yang tidak berguna". Tanpa kenal takut, kedua pemuda ini membentuk tim misi mereka sendiri bernama "American Arabian Mission" dan mulai menggalang dukungan. Zwemer melakukan perjalanan kira-kira sejauh 5.200 kilometer dan mengunjungi hampir setiap gereja di Ohio bagian Barat, sementara Cantine melakukan perjalanan ke Timur. Metode perwakilan mereka cukup unik, mereka tidak meminta dukungan untuk diri mereka sendiri, tetapi Zwemer meminta dukungan untuk Cantine, dan Cantine meminta dukungan untuk Zwemer. Ketidaktertarikan para pendeta terhadap misi ini merupakan sesuatu kemunduran, tetapi ada pula gangguan-gangguan kecil, "Hari Sabat yang lalu, saya berkhotbah tentang misi di sebuah kebaktian sore -- walaupun saya tidak dapat menggantung bagan yang saya bawa! Ternyata di gereja itu selalu diadakan latihan
e-JEMMi 2012 
183 
olah vokal untuk pemuda setelah kebaktian -- tetapi dengan pertolongan Allah, saya dapat berbicara tanpa bagan itu -- dan saya berhasil." 
Pada tahun 1889, perjalanan Cantine berakhir dan ia berlayar menuju tanah Arab, dan Zwemer yang menyusulnya pada tahun 1890. Keteguhan hati dan pengabdian mereka akhirnya mendapat perhatian para pemimpin gereja, sebab pada tahun 1894 badan misi yang baru ini mendapat undangan untuk bermitra dengan Reformed Church of America. Kemajuan yang lambat dan penolakan selama tahun-tahun pertama pelayanan mereka di Teluk Persia tidak melemahkan semangat mereka, kesulitan itu hanya membuktikan apa yang sudah mereka perhitungkan. Awalnya, Zwemer dan Cantine tinggal dengan dua utusan Injil Anglikan, tetapi ketika pasangan utusan Injil Anglikan itu dipindahtugaskan, maka mereka sendirian dan hanya tinggal bersama dengan seorang petobat baru dari Suriah yang datang untuk bekerja dengan mereka. Kematian mendadak pemuda Suriah itu, hanya 6 bulan setelah kedatangan Zwemer, merupakan kemunduran yang menyakitkan bagi pelayanan itu. 
Pada tahun 1895, setelah 5 tahun dalam kesendirian sebagai seorang utusan Injil tunggal, Zwemer jatuh hati pada Amy Wilkes, seorang utusan Injil perawat dari Inggris, yang disponsori oleh Church Missionary Society of the Anglican Church. Meskipun ia adalah seorang penginjil, tetapi masa perkenalan dan pernikahannya dengan Amy bukanlah tanpa halangan. Untuk mengelak dari "peraturan yang sangat ketat mengenai utusan Injil perempuan dalam memiliki teman laki-laki", yang dibuat oleh Church Missionary Society merupakan kesulitan tersendiri. Pernikahan berarti menghadapi tantangan yang lebih berat lagi, terutama bagi utusan Injil muda yang terbatas dalam hal keuangan. Penulis biografi Zwemer menulis, "Church Missionary Society tidak melepaskan harga mereka tanpa sebuah perjuangan, sebab sama seperti budaya dalam perkumpulan yang lain, bahwa sebagian biaya transportasi harus dibayarkan kepada mereka jika seorang anggota baru tidak bertahan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan di lapangan. Peraturan ini harus dipenuhi. Jadi, Samuel Zwemer membeli istrinya seperti dalam adat oriental." 
Setelah berlayar ke Amerika Serikat untuk cuti pada tahun 1897, keluarga Zwemer kembali ke Teluk Persia untuk melayani di antara "orang-orang sepupu" di Pulau Bahrain. Pasangan ini menyalurkan bahan literatur dan mengadakan penginjilan di jalan-jalan yang ramai maupun di rumah-rumah, tetapi mereka jarang mendapat tanggapan yang positif. Keadaan hidup mempersulit usaha mereka untuk mengerjakan pelayanan misi yang sukses. Pada zaman sebelum ada pendingin ruangan, temperatur di tempat itu hampir tak dapat tertahankan -- mencapai 107 derajat Fahrenheit (41,5 derajat Celcius) di tempat terdingin, di beranda. Dukacita pun terjadi di tengah-tengah pelayanannya, dua putri kecil keluarga ini, masing-masing berumur 4 dan 7 tahun, meninggal dalam jarak waktu 8 hari. Meskipun mengalami kesulitan dan dukacita, Zwemer mengerjakan pelayanannya dengan sukacita. Ia bahkan dapat melihat hari-hari itu, suatu hari 50 tahun kemudian, sambil berkata, "Sukacita semata yang dialami pada hari-hari itu seakan kembali, dan dengan senang hati aku akan mengulangi masa itu lagi...." 
Setelah tahun 1905, perjalanan misi Arab yang dikerjakan oleh Zwemer berhasil mendirikan empat pos pelayanan. Walaupun mereka kekurangan sumber daya manusia, para petobat baru itu menunjukkan keberanian yang sangat luar biasa dalam
e-JEMMi 2012 
184 
iman mereka yang baru. Pada tahun itu pula, keluarga Zwemer kembali ke Amerika Serikat, meskipun mereka belum mengetahui, itulah peristiwa yang menandai usaha perintisan pelayanan mereka di tengah-tengah "orang sepupu". Di Amerika, Zwemer berbicara atas nama pelayanan misi kepada "orang-orang sepupu". Dengan penuh semangat ia menggalang dana, menyingkirkan segala bentuk filosofi Hudson Taylor yang mengatakan bahwa segala kebutuhan dana tidak perlu diketahui oleh orang lain. Kemudian pada tahun 1906, beliau menjabat sebagai ketua konferensi besar pertama para utusan Injil yang melayani di "dunia sepupu" yang diadakan di Kairo. 
Selama di Amerika Serikat, Zwemer menerima sebuah panggilan penting untuk menjadi sekretaris bagi "Volunteer Movement", sebuah jabatan yang benar-benar tepat untuknya. Pada saat yang sama, Zwemer juga menjabat sebagai sekretaris lapangan bagi "Reformed Board of Foreign Missions", sehingga waktunya dihabiskan untuk bepergian dan membawakan ceramah. Tidak seperti pelayanannya di "dunia sepupu", pelayanan yang dikerjakannya kali ini memperoleh banyak tanggapan yang antusias, dan banyak mahasiswa yang mendengar ceramahnya memenuhi panggilan untuk pelayanan misi luar negeri. Kendati demikian, Zwemer tidak sabar untuk kembali ke pos pelayanannya di Arab Saudi; dan pada tahun 1910, menyusul Edinburgh Missionary Conference dan perjalanan kembali ke Amerika, Zwemer kembali berlayar ke Bahrain untuk melanjutkan pelayanannya. 
Istri dan kedua anaknya yang termuda menemaninya saat kembali ke wilayah Teluk, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Rencana hidup kedua anaknya yang tertua di Amerika tidak seperti yang diharapkan, begitu pula dengan tidak tersedianya pendidikan bagi kedua anaknya yang termuda ini di ladang misi. Karena itulah, Amy kembali ke Amerika Serikat untuk mengurus masalah keluarga ini, sebuah situasi yang membuat keluarga ini seperti yang diutarakan Zwemer, "berada di ujung tiga tanduk dilema" -- sebuah masalah tanpa pemecahan yang nyata. "Jika istrinya pulang bersama dengan anak-anak, hal itu akan menunjukkan bahwa Zwemer seolah-olah tidak mencintai istrinya karena membiarkan istrinya pergi seperti sendirian. Jika anak-anaknya ditinggal di Amerika, maka anak-anaknya dianggap telah ditelantarkan oleh orang tua mereka. Jika suami-istri ini menghabiskan banyak waktu untuk mengambil cuti, maka orang akan menuduh mereka tidak bertanggung jawab dalam pelayanan mereka di ladang misi." 
Kembali ke ladang misi, Zwemer merasa sulit untuk menyesuaikan dirinya dengan pelayanan yang ada. Kemampuannya dalam hal memimpin sangat dibutuhkan, namun rencana konferensi serta jadwalnya sebagai pembicara sering membuatnya jauh dari pos pelayanannya. Pada tahun 1912, ia menerima panggilan dari United Presbyterian Mission di Mesir, yang diikuti oleh Church Missionary Society, yang juga berlokasi di sana untuk memintanya pindah ke Kairo, dan berkoordinasi dengan pelayanan misi untuk seluruh "dunia sepupu". Nile Mission Press yang terkenal karena penyaluran bahan-bahan literatur kepada "orang-orang sepupu", juga turut ambil bagian dalam proyek tersebut, begitu pula YMCA dan American University of Cairo, sehingga membuat Zwemer tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan permintaan itu. 
Di Kairo, Zwemer menemukan masyarakat yang lebih terbuka, di mana para pemuda yang terpelajar sangat ingin mendengarkan utusan Injil yang cerdas dan mengesankan dari Barat ini. Zwemer menghabiskan waktu berjam-jam setiap minggunya untuk mengunjungi kampus-kampus, dan menurut Sherwood Eddy, Zwemer bahkan
e-JEMMi 2012 
185 
mendapat akses kepada para pemimpin Universitas Al Ahzar yang bergengsi dan berpengaruh itu. Terkadang Zwemer mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh dua ribu "orang sepupu," tetapi pertobatan yang sebenarnya jarang terjadi, sebaliknya pertentangan terhadapnya tetap tinggi. Pada suatu waktu, ia sempat dipaksa untuk meninggalkan Kairo atas tuduhan telah menyebarkan traktat-traktat secara ilegal kepada para mahasiswa, tetapi insiden itu terbayar oleh pertobatan salah seorang mahasiswa tersebut. Seorang profesor di kampus itu dengan geram merobek salah satu traktat yang disebarkan oleh Zwemer di depan kelas yang dipimpinnya; seorang mahasiswanya yang penasaran mengapa selebaran kecil semacam itu dapat menimbulkan kemarahan yang begitu besar, memungut sobekan-sobekan traktat tersebut dan menyatukannya kembali, dan kemudian bertobat dan memeluk kekristenan. 
Selama tahun pertamanya di Kairo, Zwemer ditemani oleh William Borden, seorang sukarelawan mahasiswa dari Yale yang telah menandatangani "Princeton Pledge" (ikrar yang berisi tekad untuk menjadi utusan Injil ke luar negeri oleh pendengar khotbah misi di Princeton University, Red) sebagai hasil dari khotbah yang dibawakan oleh Zwemer. Kerendahan hati Borden dan hasratnya dalam membagi-bagikan traktat sembari menyusuri jalanan Kairo yang panas itu dengan sepedanya, menyangkali fakta bahwa sebenarnya ia terlahir sebagai orang kaya dan adalah ahli waris dari harta keluarga Borden yang melimpah. Sebelum berjuang di ladang misi, Borden telah mempersembahkan ratusan ribu dollar kepada berbagai organisasi Kristen, dan pada saat yang sama ia menolak godaan untuk membeli mobil bagi dirinya sendiri, karena menganggap hal itu sebagai "kemewahan yang tak dapat dibenarkan". Tujuan yang ada dalam benaknya hanya satu, yaitu menjalani hidupnya untuk melayani sebagai utusan Injil. Itulah yang dilakukannya, walau hanya dalam waktu yang singkat. Empat bulan sejak kedatangannya di Kairo, Borden meninggal setelah serangan penyakit meningitis tulang belakang. 
Selama 17 tahun, Zwemer menjadikan Kairo sebagai markasnya. Dari sanalah, ia melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia, ikut serta dalam konferensi- konferensi, menggalang dana, dan mendirikan pelayanan bagi "orang-orang sepupu" di India, Cina, Indochina, dan Afrika Selatan. Metode penginjilan Zwemer adalah gabungan antara penginjilan tradisional dengan konsep "berbagi" yang lebih kontemporer, yang menjadi karakteristik sukarelawan mahasiswa. Ia memperlakukan "orang-orang sepupu" sejajar dengan dirinya -- ia membagikan imannya kepada mereka (sebuah teologi yang konservatif) sembari berusaha untuk memahami iman mereka, dengan demikian ia selalu menunjukkan rasa hormat yang sungguh-sungguh kepada "orang-orang sepupu". Walaupun orang-orang yang bertobat lewat pelayanannya sangatlah sedikit -- mungkin hanya setengah lusin selama empat puluh tahun pelayanannya -- Zwemer telah membuat kemajuan dalam membangkitkan perhatian orang-orang Kristen terhadap kebutuhan penginjilan di antara "orang-orang sepupu". 
Pada tahun 1918, Zwemer mendapat tawaran yang menggoda untuk bergabung dengan sebuah fakultas di Princeton Theological Seminary, namun kepentingan yang mendesak akan pelayanannya di Kairo begitu besar, sehingga ia menolak tawaran tersebut. Pada tahun 1929, pelayanannya di Kairo telah berkembang dan ketika itu tawaran dari universitas tersebut datang kembali, kali ini ia dapat pergi dengan
e-JEMMi 2012 
186 
keputusan yang bijaksana untuk memulai karier yang baru sebagai pemimpin fakultas Sejarah Agama dan Misi Kristen. 
Selain pengajarannya, peninggalan Zwemer yang lain adalah ceramah-ceramah dan tulisan-tulisannya. Selama 40 tahun, ia menjadi editor untuk "Moslem World" (jurnal paling bergengsi dalam lingkupnya di negara-negara berbahasa Inggris di dunia, menurut J. Herbert Kane), dan ia juga menulis ratusan traktat dan hampir lima puluh buku. Zwemer adalah seorang yang dipenuhi oleh "energi gugup" dan aktivitas mental yang tak pernah berhenti. Seorang teman seperjalanannya pada suatu waktu dengan segan menceritakan pengalamannya ketika menginap bersama Zwemer, "... ia tidak dapat diam di tempat tidur untuk setengah jam saja ... karena ia akan segera menyalakan lampu, bangkit dari tempat tidurnya, mengambil secarik kertas dan pensil, menulis beberapa kalimat, dan kemudian kembali lagi ke tempat tidur. Ketika kelopak mata saya mulai berat, Zwemer mulai terbangun lagi, menyalakan lampu, dan sekali lagi membuat beberapa catatan ... kemudian kembali lagi ke tempat tidur." 
Sepanjang hidupnya, Zwemer menghadapi tragedi dan kesulitan. Ia meratapi kematian kedua putrinya, teman dekatnya, dan 2 orang istrinya (yang pertama pada tahun 1937 dan yang kedua pada tahun 1950). Namun demikian, ia tetap bersukacita dan optimis, ia juga selalu memiliki waktu untuk bersenang-senang dan berkelakar. Di suatu kesempatan di sebuah restoran di Grand Rapids, Michigan, kelakarnya menjadi begitu "riuh dan liar", sehingga kepala pelayan harus turun tangan untuk menertibkan keadaan. Zwemer betul-betul menghargai sisi terang dalam kehidupan, dan dalam banyak hal, kepribadiannya secara unik cocok dengan tahun-tahun yang penuh kerja keras di tanah yang tandus di "dunia sepupu". (t\Yudo) 
Diterjemahkan dari: 
Judul buku : From Jerusalem To Irian Jaya  Penulis : Ruth A. Tucker  Penerbit : Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan  Halaman : 276 -- 280  
 
e-JEMMi 2012 
187 
Sumber Misi:Ravi Zacharias International Ministries (rzim)
Situs ini adalah situs resmi dari lembaga pelayanan Ravi Zacharias International Ministries (RZIM). Di dalamnya Anda dapat menemukan bahan-bahan apologetika berkualitas, tidak hanya dalam bentuk teks, tetapi juga audio dan video. Tersedia pula informasi mengenai acara-acara yang diadakan oleh RZIM berdasarkan region (Asia- Pasifik, Kanada, Eropa, Hong Kong, India, dan Amerika Serikat). 
Bahan-bahan apologetika berbentuk teks yang dapat disimak adalah bahan-bahan pengajaran Ravi Zacharias untuk program siaran radio yang berjudul "Just Thinking", yang ditulis ulang dalam format artikel. Bahan-bahan ini ada yang ditulis sendiri oleh Ravi Zacharias dan ada juga yang ditulis oleh timnya, seperti Jill Carattini, Margie Zacharias, dan John Njoroge. Karena artikel ini selalu di "update", maka RZIM.org juga menyediakan halaman arsip, yang dapat Anda diakses. Selain artikel, situs ini juga menyediakan bahan-bahan renungan dengan nama "A Slice of Infinity". Bahan renungan ini terintegrasi dengan Facebook, sehingga Anda bisa membaca renungan "A Slice of Infinity" di dinding Anda. 
Di situs ini Anda juga bisa mendengarkan siaran radio bertajuk "Just Thinking" dan "Let My People Think", serta menonton video-video acara diskusi Ravi Zacharias di universitas-universitas di Amerika. Singkatnya, situs ini benar-benar dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh orang-orang Kristen, yang ingin lebih dalam mempelajari apologetika. Jika Anda rindu mendalami dan mendapatkan bahan-bahan apologetika berkualitas, segera kunjungi situsnya. (YSY)  ==> www.rzim.org ==> http://rzim.christianbook.com   “  "WHEN WE PUT OFF TODAY'S TASKS WE ADD TO TOMORROW'S BURDENS"

Profil Bangsa atau Suku: Dampelasa di Indonesia
Pendahuluan/Sejarah 
Orang-orang Dampelasa tinggal di daerah Damsol (Dampelasa Sojo, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah.) Wilayah mereka di sebelah barat laut semenanjung Sulawesi; berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, daerah Tomini di sebelah timur, dan wilayah Dampal Selatan di sebelah Selatan. 
Seperti Apa Kehidupan Mereka? 
Kata Dampelasa berasal dari kata "dampe" dan "las". Kata dampe berarti "benih" atau "keturunan". Kata las digunakan sebagai kependekan dari kata Ihlas, yang merupakan nama dari raja pertama yang memerintah di wilayah ini. Oleh karena itu, "Dampelasa" memiliki arti orang yang berada dalam garis keturunan Raja Ihlas. Sebelum Belanda masuk, wilayah ini adalah sebuah kerajaan kecil di bawah pemerintahan Raja Banawa. Orang-orang Dampelasa percaya bahwa nenek moyang mereka adalah Tomanoru. Makhluk-makhluk yang berasal dari surga ini dapat menjelma menjadi tumbuh- tumbuhan tertentu, dan salah satu dari tumbuhan hasil jelmaan itu menjadi seorang manusia. Orang-orang Dampelasa pada dasarnya bermatapencaharian sebagai pemburu, petani, dan pengrajin. Sebagai akibat dari cara bertani mereka, mereka terpaksa berpindah secara berkala karena tidak menggunakan cara-cara yang dapat menjaga tanah tetap subur. Ketika tanah mulai menghasilkan panen yang sedikit, mereka pindah untuk mencari wilayah yang lebih subur. Sebagian besar dari wilayah mereka bergunung-gunung dan digunakan untuk tujuan pertanian. Akan tetapi di wilayah-wilayah pedalaman, hutan masih perawan. Hutan itu terkenal dengan hasil panen rotan, kayu, dan damar. Komoditi utama dari wilayah tersebut yang diekspor ke wilayah-wilayah lain adalah kopra, cengkih, rotan, dan damar. Kerajinan tangan tradisional termasuk sutra tenun dan kerajinan yang terbuat dari cengkih khusus diekspor ke Toli-Toli. 
Apa Kepercayaan Mereka? 
Mayoritas orang-orang Dampelasa telah menjadi Muslim dari generasi ke generasi. Banyak dari mereka bangga dengan identitas Islam dan dengan tulus hati mengikuti lima dasar praktik Islam. Akan tetapi, banyak dari orang-orang Dampelasa masih menganut kepercayaan animistis tradisional, seperti kepercayaan kepada roh-roh yang berkuasa dan tempat-tempat keramat. Tempat-tempat keramat ini diyakini memberikan perlindungan kepada manusia. Tempat-tempat itu juga berfungsi sebagai tempat yang memungkinkan untuk memohon berkat-berkat khusus, dengan mengikuti adat-adat tertentu. Orang-orang Dampelasa menggunakan berbagai senjata atau jimat dengan kekuatan supernatural untuk menangkal serangan-serangan musuh. Orang-orang yang menggunakan senjata-senjata ini disebut sebagai "berkulit alot" karena kebal terhadap pisau maupun senjata yang lain. Banyak orang mencari bantuan dukun (cenayang/tabib/okultis) untuk menangkal penyakit atau untuk mengusir roh-roh jahat. Salah satu dari adat orang Dampelasa adalah upacara Mogupa. Upacara ini merupakan suatu perpaduan budaya (adat) dan elemen-elemen Islami. Upacara ini dilaksanakan sebagai sebuah sarana untuk menghormati mereka yang telah meninggal. Moguto
e-JEMMi 2012 
192 
Buwiyan adalah suatu upacara mengusir epidemi atau penyakit serius. Upacara- upacara lingkaran kehidupan yang lain adalah Monilam (sunat) dan Malead (mengikir gigi remaja sebagai tanda kedewasaan). 
Apa Kebutuhan Mereka? 
Saat ini, mereka membutuhkan bantuan medis karena standar perawatan kesehatan di daerah mereka masih buruk. Mereka juga membutuhkan pendampingan teknis dan pelatihan untuk meningkatkan hasil panen mereka. Bantuan ini akan meningkatkan standar kehidupan mereka yang relatif masih rendah. 
Pokok Doa 
1. Berdoalah kepada Allah agar Ia berkenan membuka belenggu kuasa kegelapan yang mengikat suku Dampelasa. Doakan agar roh-roh teritorial yang mengungkung suku ini melalui ritual-ritual okultisme dan kegiatan tradisional yang berbau mistis dapat dipatahkan, sehingga gerakan penginjilan kepada suku ini dapat terlaksana.  
2. Berdoalah agar ada orang-orang yang terpanggil untuk mengabarkan Kabar Baik kepada suku ini. Doakan juga diri Anda, sehingga Anda mengetahui apa yang dapat Anda lakukan berkaitan dengan hal ini.  
3. Berdoalah agar ada badan misi maupun individu-individu yang kompeten dalam bidang medis, yang digerakkan oleh Allah untuk tinggal di tengah-tengah suku ini dan melayani kebutuhan mereka. Doakan juga tenaga-tenaga yang kompeten di bidang pertanian, agar Tuhan berkenan mengirim mereka ke tengah-tengah suku ini untuk menolong mereka meningkatkan pertanian mereka.  
4. Berdoalah bagi setiap cara penginjilan yang diterapkan kepada suku ini, baik melalui siaran radio, literatur, maupun orang per orang, agar Tuhan memberkati setiap usaha itu dan boleh ada orang-orang Dampelasa yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat mereka.  
5. Doakanlah setiap orang yang terbeban dengan suku Dampelasa, setiap badan misi yang sekarang mungkin tengah menyiapkan pekerja-pekerjanya untuk menggarap ladang misi ini, dan setiap individu yang sedang dipersiapkan Tuhan untuk ditempatkan di tengah-tengah suku ini, agar mereka semakin diteguhkan oleh Tuhan. (t\Anna) 
Diterjemahkan dari: 
Nama situs : Joshua Project  Alamat URL : http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=11484  Judul asli artikel : Dampelasa of Indonesia  Penulis : Tidak dicantumkan  Tanggal akses : 24 Januari 2011 
e-JEMMi 2012 
193 
Stop Press: 40 Hari Mengasihi Bangsa Dalam Doa 
Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu sejenak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa. 
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2012 ini kita akan kembali bersatu hati berdoa selama bulan puasa. Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke: < subscribe-i-kan-buah- doa(at)hub.xc.org > 
Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke alamat e-mail redaksi di: < doa(at)sabda.org > 
Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia, agar tangan Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para pemimpin bangsa ini, untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa.  “  "IF WE GROWL ALL DAY WE'RE LIKELY TO FEEL DOG TIRED AT NIGHT"


Tokoh Misi: Kenneth Pike 
Salah satu dari sekian banyak ahli bahasa yang paling brilian dan paling dihormati di abad ke-20, baik di kalangan sekular maupun di lingkup orang percaya, adalah Ken Pike, yang selama bertahun-tahun menjadi direktur dan presiden Summer Institute of Linguistic. Sebagai seorang profesor di University of Michigan, penulis buku-buku dan artikel-artikel penelitian, pembicara seminar dan konferensi yang paling dicari, Pike dapat saja hidup dengan nyaman di Amerika, tetapi hatinya berada di Meksiko dan di tempat-tempat yang belum berkembang di dunia, di mana Alkitab belum tersedia dalam bahasa setempat. Ia dapat merasa nyaman berbincang bersama seorang buta aksara dari suku Indian Mixtec maupun dengan seorang profesor terhormat dari sebuah universitas di Perancis. Dengan semua sumbangsihnya terhadap ilmu bahasa, ia tetaplah seorang utusan Injil terkemuka yang memiliki hasrat untuk membagikan Kabar Baik kepada orang-orang yang belum pernah mendengarnya. 
Lahir di Connecticut pada tahun 1912, Pike adalah seorang anak dokter desa yang pendapatannya hampir-hampir tidak cukup untuk menyokong kebutuhan istri dan delapan anaknya. Sebagai seorang pemuda, Pike adalah seorang yang bersahaja dan tidak tampak sebagai seseorang yang akan menjadi tokoh besar. Ia adalah seorang pemuda yang ceking dan canggung, seorang yang mudah mabuk perjalanan, sangat takut ketinggian, dan seorang pemuda yang mudah gugup, sehingga dalam tahun-tahun hidupnya ia sering mengalami sariawan dan lecet-lecet pada kakinya. Hanya ada beberapa hal yang mengesankan mengenai dirinya, ia seorang mahasiswa yang cerdas di Gordon College bahkan ia lulus dengan mendapat predikat kehormatan, tetapi saat melamar pekerjaan yang diinginkannya, ia menemui jalan buntu. Ia melamar di China Inland Mission (CIM) dan diterima di sekolah calon utusan Injil lembaga misi itu, tetapi ketika semester itu berakhir, ia tidak memenuhi syarat untuk terjun ke dalam pelayanan misi. Hanya dua hal yang menjelaskan dikeluarkannya keputusan itu: sifatnya yang mudah gugup dan (percaya atau tidak) kesulitannya dalam berbahasa -- tepatnya, ketidakmampuannya untuk menguasai pelafalan. 
Selama lebih dari setahun, Pike dengan antusias memberi tahu teman-teman dan keluarganya mengenai rencananya untuk pergi ke Tiongkok. Karena itu, penolakan oleh CIM adalah sebuah hal yang memalukan baginya. Meskipun demikian, Pike sungguh- sungguh bertekad menjadi seorang utusan Injil. Setelah selama 1 tahun bekerja di Citizen Workers of Administration (CWA), Pike mulai menulis kepada berbagai lembaga pelayanan misi, menanyakan tentang pelatihan yang diadakan oleh lembaga-lembaga itu untuk para ahli bahasa dan penerjemah Alkitab. Ia tidak membiarkan dirinya dihalangi oleh masalah bahasa yang pernah ditemuinya ketika ia belajar di CIM. 
Dari semua ketua lembaga pelayanan misi yang dihubungi oleh Pike, hanya Legters dari Pioneer Mission Agency (yang di kemudian hari berganti nama menjadi Wycliffe Bible Translators (WBT)) yang membalas suratnya dan mengundangnya untuk menghadiri Camp Wycliffe. Jadi, musim panas tahun 1935 dihabiskannya di Sulphur Springs, Arkansas, tetapi di sana pun kesan yang dibuatnya bukanlah kesan yang sepenuhnya bersifat positif. Melihat pembawaan Pike yang halus di sebuah lingkungan alam terbuka yang keras membuat Legters pernah berkata, "Tuhan, tidakkah engkau dapat mengirimkan orang yang lebih baik dari ini?" Meskipun demikian, Cam Townsend
e-JEMMi 2012 
221 
melihat lebih dari sekadar penampilan luar yang belum terpoles itu dan mengenali potensi besar yang dimiliki Pike untuk kesarjanaan dan pelayanan. 
Setelah program pelatihan musim panas itu, Pike mengadakan perjalanan ke Meksiko dan di sana ia mulai mempelajari bahasa suku Indian Mixtec. Meskipun ia mengalami frustrasi dalam memilah-milah bahasa yang terdiri dari nada-nada yang rumit itu, tetapi ia merasa bahwa tugasnya adalah sesuatu yang menantang, sehingga ketekunannya terbayar oleh perkembangan pesat yang dibuatnya pada tahun pertamanya sebagai seorang ahli bahasa. Cam begitu terkesan oleh penguasaan linguistik Pike, sehingga ia mengundangnya untuk kembali ke Camp Wycliffe pada musim panas berikutnya untuk menjadi seorang pengajar, dan itulah awal pelayanan seumur hidupnya sebagai seorang pengajar linguistik. 
Perjalanan pulang-pergi ke Arkansas pada setiap musim panas untuk mengajar di Summer Institute of Linguistik (SIL) menjadi bagian rutin dari jadwal Pike, dan pada musim panas tahun 1938 Pike memulai lagi perkenalannya dengan Evelyn Griset, keponakan Cam yang sedang mempersiapkan diri untuk melayani di Meksiko sebagai seorang penerjemah Alkitab. Evelyn adalah seorang perempuan muda yang cerdas dan lulusan UCLA, yang telah menyelesaikan pelatihan Alkitab di Bible Institute of Los Angeles (BIOLA), sebuah pendidikan yang mempersiapkannya untuk menjadi wanita yang lebih dari sekadar seorang istri dan ibu. Pernikahannya dengan Ken pada bulan November berikutnya menciptakan sebuah kemitraan dalam bidang linguistik, yang menunjukkan sebuah kerja sama pada tingkat yang terbaik. Evelyn terus berjuang untuk meraih gelar master dalam bidang linguistik di University of Michigan, menulis sejumlah artikel dan buku, dan akhirnya melayani sebagai pengajar linguistik paruh waktu di University of Michigan bersama suaminya. Tiga orang anak mereka selalu membuatnya sibuk sebagai seorang ibu rumah tangga, tetapi Pike sering kali menolongnya untuk mengurus anak-anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga ketika tekanan pekerjaan di luar rumah begitu besar. 
Kerinduan Ken untuk meraih gelar sarjana dalam bidang linguistik dimulai di awal kariernya. Pada tahun kedua di Meksiko, Pike mengalami patah kaki yang mengharuskannya untuk menjalani perawatan di rumah sakit, dan selama itulah ia memenuhi permintaan Cam untuk membuat sebuah buku fonetik untuk menolong para pemula di Wycliffe. Awalnya, Pike merasa takut untuk mengerjakan tugas itu, tetapi ketika ia mengerjakannya, ia baru merasakan bahwa pekerjaan itu sangat memuaskan. Dari ruangannya di rumah sakit, Pike menulis surat untuk salah seorang sahabatnya, "Belajar adalah satu-satunya hal yang membuat saya merasa senang ... ketika keadaan mulai tidak baik." Sebelum menyelesaikan naskah awalnya, Pike mengirim beberapa bab kepada seorang professor University of Michigan, Edward Sapir, yang adalah salah seorang ahli dalam bidang bahasa-bahasa suku Indian. Sapir sangat terkesan oleh pemuda itu dan mendorongnya untuk datang ke University of Michigan untuk mendalami ilmu ini lebih jauh lagi. Dengan Didorong oleh Cam Townsend, Pike memulai studi doktoralnya pada tahun 1937, dan pada musim panas 1941 ia telah menyelesaikan seluruh syarat-syarat untuk meraih gelar Ph.D. 
Tulisan-tulisan Pike, studi doktoralnya, pekerjaannya di SIL, dan usaha pemecahan masalah untuk para penerjemah yang mengalami masalah yang sukar, telah membuatnya jauh dari prioritas utamanya yaitu menerjemahkan Alkitab ke dalam
e-JEMMi 2012 
222 
bahasa suku Mixtec di San Miguel. Pada tahun 1941, setelah ia menyelesaikan karya doktoralnya, ia bersama Evelyn dan putri mereka yang masih kecil kembali ke Meksiko, untuk tinggal di sana dan berkonsentrasi menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru. Pada tahun 1951, setelah usaha sepuluh tahun dan banyak penundaan, terjemahan Perjanjian Baru pun sudah siap dicetak. 
Dalam waktu 10 tahun yang dipakai Pike untuk menerjemahkan Perjanjian Baru, ia juga disibukkan oleh tugas-tugas yang lain. Setiap musim panas, ia melayani sebagai direktur dan pengajar di SIL, ia juga melanjutkan tulisannya dan mengejar pendidikannya; dan pada tahun 1945, untuk menjalankan penelitian post-doktoralnya, Pike kembali ke University of Michigan selama setahun, sementara Evelyn tetap berada di Meksiko. Pada tahun 1948, dengan pencetakan keempat bukunya, Pike menjadi profesor tamu di University of Michigan, sebuah posisi yang memungkinkannya untuk melakukan tugasnya yang lain. 
Setelah penyelesaian penerjemahan Perjanjian Baru untuk bahasa Mixtec, Pike mengabdikan dirinya untuk menolong ahli bahasa yang lain, yang sedang berjuang dengan kesulitan bahasa yang mereka alami. Walaupun usahanya itu semakin terikat dengan lingkup akademis, tetapi pengetahuannya sangat membantu para penerjemah yang sangat bergantung kepada keahlian linguistiknya. Pike adalah seorang guru yang penuntut, dan siswa-siswanya sering kali merasa takut untuk menghadiri kelasnya, tetapi mereka tahu bahwa dengan menguasai teori dan teknik yang diajarkan oleh Pike, maka mereka dapat menghemat waktu bertahun-tahun dalam menghadapi tugas-tugas sulit yang menanti mereka di ladang misi. 
Membuat mata kuliah itu menjadi sesuatu yang dapat dipraktikkan adalah prioritas utama Profesor Pike, dan kadang-kadang perkuliahannya adalah sesuatu yang menghibur sekaligus berbobot. Bahkan selama hari-hari pertamanya sebagai seorang pengajar, ketika SIL pindah ke University of Oklahoma, kelasnya disebut sebagai "pertunjukan yang baik sekaligus perkuliahan yang baik". "Siapa bilang mata kuliah fonetik adalah mata kuliah yang membosankan?" tulis seorang reporter dari Oklahoma Daily mengenai kelas Pike. "Ruang kelasnya yang besar itu dipenuhi oleh para mahasiswa yang duduk di ujung bangku mereka, dan masing-masing dipenuhi oleh antusiasme terhadap setiap perbandingan yang segar dan berusaha menangkap setiap kesempatan untuk berkontribusi. Dapat dipastikan bahwa tidak ada kelas lain yang sehidup ini di kampus itu ..." 
Yang lebih menghibur lagi daripada perkuliahannya adalah demonstrasi bahasa yang dibawakannya di hadapan audiensi -- sebuah demonstrasi yang menunjukkan seberapa cepat sebuah bahasa yang tidak dikenal dapat dipelajari tanpa seorang penerjemah. Di panggung itu, Pike dengan beberapa papan tulis dan sejumlah benda (tongkat, daun, dan benda-benda sederhana beraneka ukuran), berdiri bersama seorang asing yang belum pernah ditemuinya dan tidak diketahui bahasanya. Sebelum acara itu berakhir, kedua orang di panggung itu sudah dapat berkomunikasi dengan baik. "Setelah melihat satu demonstrasi dari Pike," tulis saudari Pike, Eunice, "Anda dapat yakin bahwa Ken dapat dengan cepat mempelajari perbedaan antara 'sebuah tongkat' dengan 'dua buah tongkat,' 'daun besar' dengan 'daun kecil' dsb.. Dia mungkin juga akan mempelajari perbedaan beberapa kata kerja misalnya, 'saya duduk' dengan 'dia duduk,' dan bahkan 'saya memukulmu' dengan 'kamu memukul saya.' Kata benda milik, konjugasi kata
e-JEMMi 2012 
223 
kerja, dan lain-lainnya tampak sangat mudah, tapi Ken tidak berhenti di situ. Ia juga berkembang ke klausa bersubjek, objek, dan bahkan klausa dengan objek tidak langsung. Beberapa tahun terakhir ini, ia bahkan sanggup membangun sebuah kalimat, baik dengan klausa bebas maupun dengan klausa terikat. Kecepatan yang ditunjukkannya selalu mengagumkan dan sangat menyenangkan ketika melihat reaksi orang asing yang menolongnya itu. Orang itu jelas-jelas terlihat sangat menikmati perjumpaan itu. Ketika Ken membaca tulisannya sendiri di papan tulis dan berhasil menyusun serta mengucapkan kalimat pertamanya, orang asing itu terkejut dan gembira, begitu pula dengan audiensinya, mereka juga menikmati itu dan memberi tepuk tangan untuk memberikan penghargaan." 
Sementara Pike melanjutkan penelitiannnya sambil mengajar di University of Michigan dan SIL, ia juga berkembang ke area lain linguistik selain fonetik, dan semakin ia mempelajari, semakin pula ia mampu memberi pertolongan kepada para ahli bahasa dan penerjemah Alkitab di seluruh dunia. Pike juga telah membantu pengerjaan penerjemahan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di tempat-tempat itu, ia menemukan kesamaan dalam berbagai bahasa Indian ketika Wycliffe mengembangkan pelayanannya dari Amerika Selatan ke bagian lain dunia. Pengelompokan bahasa baru yang ditemui oleh para siswa SIL menantang Pike untuk menggali penelitiannya semakin dalam dan mengumpulkan informasi dari para ahli bahasa terkenal dunia. Perjalanan berkeliling dunia menjadi segi yang penting dalam pelayanannya. Pada tahun 1960-an, ia mengadakan lokakarya di sejumlah tempat terpencil di dunia seperti Papua, Guinea Baru; di sana ia melatih dan mendampingi para hamba Tuhan yang berasal dari dua puluh bahasa yang berbeda. 
Walaupun perjalanan Pike telah membawanya ke ujung dunia yang terjauh, namun baru pada tahun 1980 ia dapat pergi ke tempat yang memanggil hatinya. Hampir 50 tahun sebelumnya, sebuah kesulitan bahasa yang nyata telah menghalanginya untuk pergi ke Tiongkok. Saat itu, ia tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti ia dan istrinya dapat memberi perkuliahan linguistik di Institute of Foreign Languages di Beijing, RRC. Walaupun perkuliahan itu berada di institusi sekular, Pike tahu bahwa dalam kasih karunia Tuhan informasi yang diajarkannya itu suatu hari akan dipakai untuk penerjemahan Alkitab yang lebih jauh di Tiongkok, bahkan perkuliahan seperti itu pun telah membantu para penerjemah Alkitab di bagian lain dunia. 
Hanya sedikit ahli bahasa yang menerima penghormatan secara pribadi maupun penghargaan seperti Dr. Kenneth Pike. Dengan bukunya yang berjudul "Phonetics", ia telah "merevolusi cara berpikir di bidang itu," menurut Profesor Eric Hamp dari University of Chicago, dan itu baru permulaannya. "Saya rasa adil jika saya mengatakan," lanjut Hamp, "bahwa satu-setengah dari seluruh data mentah bahasa- bahasa asing yang diketahui sebagai sumbangsih ahli bahasa teoretis dalam seperempat abad ini dihubungkan dengan pengajaran, pengaruh, dan usaha oleh Kenneth Pike. Antusiasme seorang bocah yang dimiliki Pike terhadap segala penelitiannya dan kerendahan hatinya dalam membahas permasalahan-permasalahan yang baru, hampir tidak mungkin lewat dari pengamatan pengamat yang paling tidak perhatian sekalipun, bahwa dia adalah salah satu dari sedikit tokoh ahli bahasa terkemuka di abad 20." Hamp juga menambahkan, bahwa Pike adalah salah seorang utusan Injil terkemuka di abad 20. (t/Yudo) 
e-JEMMi 2012 
224 
Diterjemahkan dari: 
Judul Buku : From Jerusalem To Irian Jaya  Penulis : Ruth A. Tucker  Penerbit : Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan  Halaman : 357 -- 360  
 
e-JEMMi 2012 
225 
Sumber Misi:Yamari.org
YAMARI.org adalah situs dari Yayasan Marturia Indonesia, sebuah yayasan Kristen interdenominasi dan nonprofit yang memiliki visi untuk melayani Indonesia dalam bidang pekabaran Injil dan pembinaan rohani. Di menu "Profile" situs ini, di submenu "Visi & Misi", YAMARI menyatakan bahwa yayasan ini tidak melayani sendiri, tetapi bekerja sama dengan gereja-gereja Tuhan, yayasan-yayasan Kristen yang lain, maupun dengan individu-individu yang rindu melayani Tuhan bersama- sama. Di bagian menu ini pengunjung juga dapat membaca sejarah singkat dari Yayasan Marturia Indonesia ini. 
Di menu "Pelayanan", pengunjung dapat membaca jenis-jenis pelayanan yang dilakukan oleh YAMARI, mulai dari penginjilan misi sampai kepada pelayanan konsultasi dan doa. Di menu "Artikel", pengunjung dapat membaca artikel-artikel yang berkaitan tidak hanya dengan topik rohani, tetapi juga kesehatan, kesaksian, dan konsultasi. Selain itu, di situs ini, YAMARI juga mengundang pengunjung untuk ikut serta mendukung pelayanannya dengan mendoakan pokok-pokok doa yang ada di menu "Pokok Doa" dan juga mendukung lewat dana di menu "Donasi". 
Jadi, jika Anda ingin mengenal lebih dekat Yayasan Marturia Indonesia dan juga menikmati bahan-bahan artikel Kristiani yang beraneka ragam, ada baiknya Anda mengunjungi situs ini. Selamat berkunjung, Tuhan Yesus memberkati. (YSY)  ==> www.yamari.org  “  "KINDNESS IS CHRISTIANITY WHIT ITS WORKING CLOTES ON"  ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar