Selasa, 28 Oktober 2014

Tragedi Terjadi lagi di Kosovo




Dr. Jamal Fauzi menyebutkan dalam bukunya “Orang-orang Islam di Kaukus dan Balkan” dengan judul Bencara Kosovo: pasukan Serbia buru-buru membersihkan Kosovo dari mayoritas orang-orang Albania, sehingga bisa benar-benar bersih dari sejarah dan ciri khas Arab yang suci menurut mereka. Hal ini yang mereka jadikan alasan permintaan mereka untuk disatukan dengan Serbia. Oleh sebab itu pemerintah Serbia memaksa orang-orang Islam Albania yang berjumlah 95% dan Katolik yang berjumlah 5% waktu itu untuk memeluk agama Kristen Ortodok, agar peleburan mereka dalam satu kesatuan dengan Serbia yang menganut agama Ortodok menjadi mudah, sebagaimana pemerintahan itu menakut-nakuti dan memaksa mereka untuk hijrah ke Albania atau ke Turki.
Kemudian Dr. Jamal mengalihkan pembicaraan seraya berkata: yang lebih mengherankan lagi, sebagian orang, termasuk media-media kita tetap menganggap hal ini sebagai perang antar ras dan bukan masalah agama (maksudnya perang di Kosovo), lantas akan kita sebut apa penyembelihan terhadap umat Islam, dan hanya terhadap umat Islam saja dengan menggunakan pisau, memutilasi mayat-mayat mereka setelah mereka tidak bernyawa dan memberi gambar salib Ortodok pada jasad mereka jika ini tidak disebut perang melawan agama? Dan dengan apa kita akan menyebut pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan muslimah dan hanya muslimah saja, mengiris payudara mereka dan membelah perut mereka sebagai ujicoba janin jika hal ini tidak disebut perang salib?!
Wahai umat yang benar, hari ini bukan waktu untuk bergembira sedang para orang tua dan anak-anak disembelih seperti kambing.
Di seluruh penjuru dunia umat Islam disembelih sedangkan kita masih dalam permainan, dosa dan kezaliman.

Ini merupakan penindasan yang dilakukan orang-orang salib terhadap kaum muslim, lantas apa yang diperbuat orang-orang Yahudi terhadap mereka?
Sebenarnya mereka tidak kalah kejam, tidak kalah semena-mena dan tidak kalah keji. Sejarah mereka di Palestina, bagaimana pengusiran mereka terhadap rakyat Palestina secara keseluruhan dan pembantaian mereka terhadap puluhan ribu rakyat Palestina demi mengosongkan negara tersebut untuk kepentingan orang-orang Yahudi, sebagaimana terjadi dalam peristiwa pembantaian (Dir Yasin) dan yang lainnya. Ini merupakan bukti nyata atas apa yang kami sebutkan, tapi kami tidak akan menyinggung peristiwa ini, kita akan langsung membahas pembantaian Shabra dan Syatila yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan sekutu mereka di Libanon, ketika terjadi serbuan Israel terhadap Libanon pada tahun 1982 M.
Saat sebagian pasukan Yahudi mengepung pasukan dari luar yang sedang berkemah, setelah mereka melihat dan menguasai situasi, sebagian pasukan yang lain bersama sekutunya masuk untuk menghabiskan lima ribu orang dalam satu kali serangan, mereka semua adalah penduduk yang tinggal di perkemahan tanpa terkecuali antara laki-laki dan perempuan, pemuda dan orang tua, dan antara anak-anak yang masih menyusui dengan anak-anak kecil lainnya, semuanya habis dibasmi dengan cara yang sangat keji, bahkan lebih keji dari binatang, peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 September, tahun 1982. Mari kita dengarkan kesaksian salah seorang penduduk pemukiman tersebut, yang sekaligus menjadi sebagian kecil saksi mata peristiwa tersebut yang masih hidup, dia bernama Hamad Syamsh, usia 38 tahun, dalam kesaksiannya dia mengatakan: pada Ashar di hari kelabu itu, musuh yang pengecut itu muncul dari gang-gang dari segenap penjuru, manusia bangsat berdiri di atas bangunan ini, dia melambai-lambaikan tangannya menunjuk ke arah bangunan seberang ke pintu masuk pemukiman Shabra dan Syatila, pasukan bersenjata mengumpulkan semua penduduk, baik yang tua, anak-anak kecil, para wanita dan laki-laki di jalan raya,  mereka disuruh rukuk dan mereka pun rukuk, dan orang yang tidak mendapatkan tempat berdiri dengan wajah berada di dinding bangunan yang ada di depannya. Hamad menambahkan, kejadian terakhir sebelum dimulai pesta pembantaian adalah ketika tetangga kami (Abu Marhuf) memegang tas yang berisi uang sebanyak 500 Lira. Dia memohon kepada orang bersenjata yang menyita uangnya agar dibagi dua, karena dia tidak memiliki harta lagi selain itu, sebelum manusia bangsat itu menjawab, peluru mulai ditembakkan secara membabi buta. Dalam sekejap mata, ribuan korban jatuh bergelimpangan berlumuran darah, pembantaian ini diulang lagi untuk memastikan bahwa semua yang ada di tempat itu telah mati, kemudian mereka memindah semua korban, yang lebih mengerikan mereka menyembelih orang-orang yang sedang sekarat dan memecahkan kepala-kepala mereka dengan kapak baja, hingga tempat itu menjelma menjadi tempat penyembelihan.
Ketika mereka memulai melepaskan tembakan, saya melemparkan diri saya ke tanah di atas tubuh ayah dan saudara saya, pada serangan pertama mereka tidak bisa menemukan saya, tapi pada serangan kedua, mereka kembali melepaskan tembakan kepada semua orang satu persatu, saya mendapat tujuh kali tembakan, Allah menyelamatkan saya dengan jatuhnya jasad korban lain di atas tubuh saya yang kemudian menjadi penghalang tanpa memastikan apakah saya sudah mati atau belum. Saya berpura-pura mati, ketika mereka berdiri di atas kepala saya, saya menahan nafas dan tidak bergerak selama hampir sepuluh menit. Mereka menendang setiap kepala dan tubuh anak-anak serta para wanita dengan sepatu mereka secara keji dan kasar, mereka membunuh apa saja yang hidup. Barangkali saya kehilangan kesadaran beberapa saat dan beratnya jasad mayat-mayat yang bergelimpangan di atas tubuh saya yang membuat saya tidak bisa keluar dengan mudah. Salah seorang manusia bangsat itu melihat dari kejauhan dengan menggunakan keker dan saya melihat itu dengan mata kepala saya sendiri.
Pada hari ketiga dari pembantaian saya mulai bisa bergerak setelah saya singkirkan mayat ayah dan saudara saya, saya pun merayap diantara ribuan mayat untuk meminta pertolongan. Mayat-mayat itu sudah membengkak dan tidak ada jalan lain bagi saya kecuali lewat di atasnya, saya masih ingat betul ketika tangan saya menyentuh jasad salah seorang dari mereka, kulit mereka mengelupas dan nemenpel di kulit saya.
Saksi mata yang lain, Ummu Ibrahim mengatakan:
Mereka semua telanjang seperti biri-biri yang disembelih di jalanan, darah mengalir dimana-mana, orang-orang dewasa, anak-anak kecil dan para orang tua ditumpuk dalam tumpukan daging manusia, sebagian mereka disembelih dari pembuluh darah-pembuluh darahnya, sebagian yang lain terpotong-potong, kepala dan badan terpisah, sehingga kami tidak bisa lagi mengenali anak-anak kami, seperti ketika anda sedang berada di tempat jagal.
Waba’du.. ini merupakan gambaran singkat mengenai penindasan yang terjadi terhadap kaum muslim, gambaran nyata yang benar-benar terjadi dalam sejarah, yang telah kami cek dari sumber-sumbernya, bukan untuk membenarkan mengganggu ahli kitab atau merampas hak-hak mereka, tapi untuk membela kaum muslim dari kebohongan-kebohongan yang dilontarkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab kepada kaum muslim. Justeru sebaliknya, kaum muslimlah yang mendapat penindasan dari ahli kitab, dengan cara menjelaskan perbedaan ketika pasukan Islam yang menguasai suatu penduduk yang memiliki agama lain, sebagaimana yang terjadi di Mesir dan di Baitul Maqdis, dan ketika penganut agama lain yang menguasai umat Islam, seperti yang terjadi di Kaukus dan Balkan.
Sedangkan mengenai penindasan yang dilakukan umat Kristen Romawi terhadap umat Kristen Mesir sebelum penaklukan Islam, mereka lebih tahu mengenai hal itu, ini tidak perlu dibahas terlalu lama, kita cukup mengutip apa yang disebutkan oleh pihak keuskupan bahwa: penaklukan Islam terhadap Mesir merupakan awal mula rasa aman bagi penganut agama Kristen Koptik dan akhir dari masa penindasan atas nama agama yang mereka terima pada masa pemerintahan Romawi dan yang lainnya.
Kita juga tidak akan berbicara mengenai penindasan yang dilakukan umat Katolik terhadap umat Protestan dan revolusi Protestan, juga tidak akan berbicara keputusan menyisir setiap gereja yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan. Kita juga tidak akan membahas pembantaian yang dilakukan pasukan Serbia yang menganut agama Kristen Ortodok terhadap penduduk Kroasia yang menganut Katolik di Balkan, juga tidak akan menyinggung perang yang terjadi antara Kristen Protestan dengan Kristen Katolik di Irlandia Utara yang terjadi sampai pada masa kita sekarang ini.
Berbagai peristiwa ini tidak ada sangkut pautnya dengan kaum muslim mengenai apa yang terjadi terhadap umat Kristen walau hanya sedikit, sedangkan apa yang sebagian dari mereka lakukan terhadap sebagian yang lain sudah tidak perlu dijelaskan lagi, kemudian setelah itu sekarang datang orang yang mengatakan bahwa kaum muslim menindas orang-orang Kristen Koptik: mereka tidak mengatakan kecuali kebohongan (Qs. Al-Kahfi: 5).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar