Minggu, 26 Januari 2014

Mall Ukuran Kemajuan Kota?

  Arus globalisasi mengakibatkan banyak terjadi pergeseran beberapa sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Termasuk didalamnya pergeseran perilaku, budaya, pemahaman maupun infrastruktur wilayah. Hanya saja, asumsi kemajuan daerah sering identik dengan pembangunan fisik bukan peningkatan kes...ejahteraan warga.

Akibatnya bisa ditebak, saat banyak mall, hypermarket, apartemen berdiri maka dianggap sebuah daerah sudah maju. Disisi lain, ekses dari itu semua banyak tanah milik warga setempat dibeli pengusaha sehingga pemilik harus berpindah kepinggiran kota atau bahkan ke kota lain yang lebih kecil.

Penduduk kota terutama kota besar justru banyak dihuni oleh warga yang bukan sejak kecil hidup disitu. Dengan kata lain a historis dengan lingkungan sekitar. Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi lebih banyak menguntungkan pemilik modal dibanding masyarakat setempat.

Meski sudah banyak wisata kuliner, wisata alam, wisata lain yang ramai tetap saja masyarakat menempatkan mall sebagai salah satu tempat favourite untuk didatangi. Tak heran untuk kemudian disebut kota yang tidak ada mall nya sering dianggap kota yang belum maju.

Padahal jika dilihat, multiplier effect keberadaan mall pada masyarakat menengah kebawah tidak cukup signifikan. Oke, ada tukang parkir, penjaga toko, satpam, PKL yang diuntungkan tetapi jika dikalkulasi dengan pasar atau kampung souvenir rasanya terpaut jauh dampaknya. Di Mall ada pengusaha luar daerah yang ikut diuntungkan sedangkan bagi pasar tradisional hampir semua yang terlibat adalah orang lokal.

Sayangnya bagi kepala daerah, membuka perijinan pendirian mall lebih menggiurkan dibanding membenahi pasar, mengeksplorasi sumberdaya kerajinan, promosi budaya lokal dan produk asli daerah lainnya. Disisi lain, masyarakat kelas menengah ke bawah lebih menyukai berwisata ke mall dibanding tempat lain.

Kalau diamati, mall di Jakarta hingga ke penjuru kota lain di Indonesia bahkan diluar negeri pada dasarnya tidak ada yang istimewa. Bagi saya, tak ada sensasi yang membekas. Selain mau parkir saja susah, terlalu jauh jalan sampai anggaran yang tidak sedikit dikeluarkan bila belanja di mall.

Entah sampai kapan para kepala daerah sadar bahwa membangkitkan ekonomi daerah itu justru berasal dari keragaman yang dimiliki masyarakatnya. Masuknya investor memang menguntungkan bagi daerah tapi ekses ke masyarakatnya hampir terbatas
                            
Pasar raya alun tertata elok lai,baitupulo terminal parkirnyo, babuek pulo kini panambah masalahnyo SBLG
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar