Diposkan oleh Admin BeDa pada Minggu, 19 Januari 2014 | 19.58 WIB
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pegiat dan pemerhati lingkungan Walhi menyesalkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi yang menyalahkan hujan dan air rob sebagai penyebab banjir di ibukota.
Walhi menyebut Jokowi musyrik karena sebenarnya hujan yang turun adalah berkah dari Tuhan, bukan jadi biang keladi terjadinya banjir.
"Yang namanya volume air tetap segitu enggak bisa berubah tapi gentongnya ini yang dikurangi. Kalau lama-lama hanya menyalahkan curah hujan nanti masyarakat ini takutnya musyrik, bilang banjir karena Tuhan padahal hujan itu berkah," ujar Manajer Penanganan Bencana Walhi Nasional Mukri Friatna di Jakarta, Sabtu (18/1), dikutip dari Tribunnews.
Menurut Mukri, penyebab dari musibah banjir di Jakarta yang sebenarnya adalah beralihnya fungsi hutan yang dijadikan pemukiman atau industri.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga membantah pendapat Jokowi. BMKG mencatat, intensitas curah hujan pada tahun ini lebih rendah.
"Curah hujan di kawasan ibu kota pada 2014 lebih rendah dibanding 2013 ketika terjadi banjir lebih besar," kata Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Achmad Zukri, Ahad (19/1), dikutip dari ROL.
Penyebabnya, jelas Zukri, distribusi hujan lebih banyak di Jakarta, sementara daerah penyangganya lebih kecil. Sedangkan tahun 2014, distribusi hujannya tidak seluruhnya Jakarta, hanya Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
"Selain itu hujan yang turun awal tahun ini tidak selebat 2013. Hujan sudah dicicil sejak malam tahun baru. Sedangkan tahun lalu, hujan terjadi sekaligus selama beberapa hari berturut-turut dengan intensitas lebat,"jelasnya.
Zukri membandingkan pantauan curah hujan oleh BMKG dari 18 titik tahun lalu dengan tahun ini pada hari banjir terparah. Titik pantauan yang menunjukkan penurunan adalah Tanjung Priok, Kemayoran, Pakubuwono, Halim Perdana Kusuma, Cengkareng, Kedoya, Pasar Minggu, Lebak Bulus.
Di luar ibukota, titik pantauan Gunung Mas dan Citeko yang mencakup pantauan kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat sebagai penyumbang banjir, curah hujan menurun. Di Gunung Mas turun dari 76 dan 118,5 milimeter per hari pada 16 dan 17 Januari 2013 menjadi 25 milimeter per hari pada 11 dan 12 Januari 2014.
Sedangkan, wilayah tetangga Jakarta yang curah hujannya meningkat adalah Depok, Dramaga, dan Citeko. Curah hujan di Depok naik dari 63,5 dan 64,5 menjadi 65 dan 147 milimeter per hari pada 11 dan 12 Januari 2014. Di Dramaga, naik tajam dari 26 dan 27 menjadi 85 dan 102 milimeter per hari.
Jokowi sebelumnya sempat mengungkapkan, curah hujan dan air rob menjadi penyebab banjir Jakarta urung untuk surut. "Memang terjadi hujan deras di sekitar Pulogadung dan air robnya naik, problemnya di situ." [AM/bersamadakwah]
Walhi menyebut Jokowi musyrik karena sebenarnya hujan yang turun adalah berkah dari Tuhan, bukan jadi biang keladi terjadinya banjir.
"Yang namanya volume air tetap segitu enggak bisa berubah tapi gentongnya ini yang dikurangi. Kalau lama-lama hanya menyalahkan curah hujan nanti masyarakat ini takutnya musyrik, bilang banjir karena Tuhan padahal hujan itu berkah," ujar Manajer Penanganan Bencana Walhi Nasional Mukri Friatna di Jakarta, Sabtu (18/1), dikutip dari Tribunnews.
Menurut Mukri, penyebab dari musibah banjir di Jakarta yang sebenarnya adalah beralihnya fungsi hutan yang dijadikan pemukiman atau industri.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga membantah pendapat Jokowi. BMKG mencatat, intensitas curah hujan pada tahun ini lebih rendah.
"Curah hujan di kawasan ibu kota pada 2014 lebih rendah dibanding 2013 ketika terjadi banjir lebih besar," kata Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Achmad Zukri, Ahad (19/1), dikutip dari ROL.
Penyebabnya, jelas Zukri, distribusi hujan lebih banyak di Jakarta, sementara daerah penyangganya lebih kecil. Sedangkan tahun 2014, distribusi hujannya tidak seluruhnya Jakarta, hanya Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
"Selain itu hujan yang turun awal tahun ini tidak selebat 2013. Hujan sudah dicicil sejak malam tahun baru. Sedangkan tahun lalu, hujan terjadi sekaligus selama beberapa hari berturut-turut dengan intensitas lebat,"jelasnya.
Zukri membandingkan pantauan curah hujan oleh BMKG dari 18 titik tahun lalu dengan tahun ini pada hari banjir terparah. Titik pantauan yang menunjukkan penurunan adalah Tanjung Priok, Kemayoran, Pakubuwono, Halim Perdana Kusuma, Cengkareng, Kedoya, Pasar Minggu, Lebak Bulus.
Di luar ibukota, titik pantauan Gunung Mas dan Citeko yang mencakup pantauan kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat sebagai penyumbang banjir, curah hujan menurun. Di Gunung Mas turun dari 76 dan 118,5 milimeter per hari pada 16 dan 17 Januari 2013 menjadi 25 milimeter per hari pada 11 dan 12 Januari 2014.
Sedangkan, wilayah tetangga Jakarta yang curah hujannya meningkat adalah Depok, Dramaga, dan Citeko. Curah hujan di Depok naik dari 63,5 dan 64,5 menjadi 65 dan 147 milimeter per hari pada 11 dan 12 Januari 2014. Di Dramaga, naik tajam dari 26 dan 27 menjadi 85 dan 102 milimeter per hari.
Jokowi sebelumnya sempat mengungkapkan, curah hujan dan air rob menjadi penyebab banjir Jakarta urung untuk surut. "Memang terjadi hujan deras di sekitar Pulogadung dan air robnya naik, problemnya di situ." [AM/bersamadakwah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar