Minggu, 12 Januari 2014

Pakar Siroh: “Lihatlah Bagaimana Rasulullah Mendidik Para Pemuda”

Ahad 10 Rabiulawal 1435 / 12 Januari 2014 06:59


asepsobari Pakar Siroh: Lihatlah Bagaimana Rasulullah Mendidik Para Pemuda 
Pakar Siroh: “Lihatlah Bagaimana Rasulullah Mendidik Para Pemuda”

JELANG moment Maulid Nabi Muhammad SAW, umat Islam diIndonesia biasa mengambil refleksi sejarah hidup dannubuwwat Rasulullah, baik lewat seminar, pengajian, atau pembacaan kitab Barzanji.
Asep Sobari, Lc. Peneliti Institute for the Study of Islamic Though and Civilization (Insist) yang ber takhossus dalamshiroh nabawiyyah menawarkan aspek pembahasan yang jarang diangkat dalam pembahasan sejarah.
“Sistematika maghozi yang dipakai dalam rata-rata buku shirohmembuat pembahasan soal peperangan menjadi dominan. Artinya di sini ada pekerjaan rumah besar tentang bagaimana memaparkan kehidupan Rasulullah SAW  secara lebih utuh,” ujarnya kepada Islampos di kantor Insist, Jakarta (11/01/2014).
Asep berpendapat bahwa banyak sekali aspek kehidupan Rasulullah yang belum disentuh dan dibahas secara komperhensif. Salah satu aspek yang relevan dan penting terkait kondisi kekinian adalah soal bagaimana Rasulullah mendidik generasi muda saat itu.
“Nah bagaimana kita lihat kemudian, pendidikan yang dibangun oleh Rasulullah pada saat itu luar biasa. Mereka di usia yang sangat belia, sekitar lima belas tahunan itu sudah matang dan sudah siap mengemban tanggung jawab dan integritas, itu luar biasa,” paparnya.
Asep Sobari mencontohkan berapa banyak anak muda yang di tolak ikut perang uhud dan ahzab karena masih terlalu muda, menurutnya fenomena ini bukan karena mereka semata-mata bersemangat, tapi mereka sudah bisa menemukan “dirinya” dan tahu apa yang bisa ia berikan kepada umat, jauh berbeda dengan pemuda sekarang.
“Pemuda kita sekarang di usia belasan masih suka main, masih mencari jati diri, bahkan masih dianggap anak-anak, padahal saat itu para pemuda di usia yang sama sudah aktualisasi diri, seperti Usamah bin Zaid,” jelasnya
Jurang yang begitu besar ini menurut hemat Asep perlu diangkat dan dipelajari lebih jauh, ini penting untuk membentuk sebuah peradaban.
“Termasuk di dalamnya bagaimana peran kaum ibu di zaman Rasulullah dalam menumbuhkan anak-anaknya, itu menjadi pelajaran yang berharga ditengah generasi anak-anak kita yang boleh dibilang kehilangan semuanya, kehilangan orang tua, kehilangan panutan, kehilangan pegangan, kehilangan model, sehingga generasi kita ini menjadi generasi yang tidak jelas. Sampai-sampai di usia kuliah masih mencari jati diri,” ungkapnya
Asep kemudian mencontohkan Zaid bin Tsabit di usia sekitarlima belas tahun sudah menguasai 6 bahasa dan menjadi sekretaris Nabi dalam urusan luar negeri.
“Nah, shiroh ini seharusnya mengarah kesana, kita harus melihat keutuhan dari perjalanan kehidupan Rasulullah bersama lingkungannya untuk melahirkan perubahan besar dalam kehidupan, sehingga itu betul-betul bisa menjadi role model yang sudah jelas terbukti. Orang-orang hebat itu memang terlahir, dibangun dan membuktikan diri,” tuturnya lebih lanjut.
Asep Sobari berpesan bahwa kerja besar ini bisa dimulai dengan memperbaiki pengambilan sumber dan rujukan sejarah yang saat ini terpusat pada sistematika maghozi, walau tidak salah tapi sangat kurang jika ingin mengungkap lebih dalam tentang shiroh nabawiyyah. [eza/Islampos]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar