Kamis, 22 Mei 2014

Inilah Sebab PDIP Ancam Kerahkan Massa Bela Dolly

Ditulis oleh KabarNet pada 22/05/2014
Surabaya – KabarNet: Tarik-ulur rencana penutupan kawasan lokalisasi PSK Dolly kelihatannya masih belum akan usai. Tekad Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menutup tempat maksiat terbesar di seluruh Asia Tenggara itu justru ditentang keras oleh politikus kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang adalah bawahannya sendiri, yaitu Wakil Walikota Surabaya, Wisnu Sakti Buana.
Risma yang birokrat karir dan bukan kader PDIP (meski diusung oleh partai tersebut saat pencalonannya sebagai walikota), dalam masalah penutupan Dolly kini justru ditentang oleh kebijakan resmi PDIP terkait tempat maksiat tersebut.
Lalu apakah penyebab PDIP begitu kuat mempertahankan kelestarian kompleks jajanan seksual lelaki hidung belang itu?
Wisnu Sakti Buana yang juga Ketua PDIP Surabaya rupanya tidak main-main atas pernyataannya yang akan membela keberadaan kawasan lokalisasi PSK Dolly dan warga sekitarnya, jika pemkot Surabaya benar-benar akan melakukan penutupan pada tanggal 19 Juni 2014, karena permintaan penundaan yang dilontarkannya merupakan keputusan partai PDIP.
“Soal Dolly adalah prinsip, karena menyangkut hajat orang banyak, maka sikap saya dan partai (PDIP) tegas agar pemkot Surabaya terlebih dahulu mengajak bicara warga kota Surabaya asli yang terdampak, karena PSK dan Mucikari disana seratus persen bukan warga kota Surabaya,” ucap Wisnu, seperti dilansir beritajatim.com.
Ditanya apakah hal itu berarti seluruh kader PDIP kota Surabaya akan turut diterjunkan untuk membela para PSK dan warga sekitar Dolly, Wisnu mengaku bahwa melakukan pembelaan kepada masyarakat merupakan program partainya yang multak harus dijalankan oleh kader. “Itu sudah jelas, karena merupakan program partai yang harus di laksanakan,” ucap dia.
Wisnu juga menyatakan bahwa dirinya bersama para kader PDIP akan siap berada di barisan warga kota Surabaya sekitar lokalisasi gang Dolly yang terdampak, jika pemkot Surabaya memaksakan program penutupannya pada tanggal 19 Juni mendatang. “Ya kita lihat saja nanti, karena kami tidak akan tinggal diam, dan saya bersama kader PDIP akan berada disana bersama warga setempat,” tegasnya.
Rupanya, masih ada “SEBAB LAIN” kenapa para kader PDIP begitu keukeuh mempertahankan kelestarian kawasan tempat maksiat Dolly. Paling tidak, “sebab lain” tersebut adalah fakta-fakta ‘kegemaran’ para kader PDIP sebagaimana yang diungkap oleh media. Para pembaca KabarNet yang cerdas dipersilahkan untuk membaca dan menyimpulkan sendiri laporan media nasional Detik.com berikut ini:

Kongres PDIP Untungkan PSK

Kamis, 31/03/2005 17:47 WIB
Gede Suardana – detikNews
Sanur – Kongres PDIP di Bali membawa berkah. Setidaknya, untuk para PSK (penjaja seks komersial). Para wanita malam itu mendapatkan rupiah lebih banyak dibanding hari biasa, karena banyaknya penggembira dan utusan kongres PDIP yang melakukan transaksi.
Sejak hari pertama kongres, sebagian penggembira dan utusan kongres PDIP memang tampak menyerbu kawasan PSK tak resmi di beberapa kawasan Sanur, Bali. Antara lain di Padang Galak, Pasiran, Belanjong, dan Semawang.
Kawasan PSK ini terkenal dengan tarif hemat. Sementara beberapa utusan kongres PDIP yang berkantong tebal memilih mendatangi kawasan PSK di kawasan wisata Kuta. Tempat ini dikenal sebagai kawasan PSK yang bertarif mahal.
Para penggembira kongres PDIP yang bermalam di lapangan Matahari Terbit, biasanya menghabiskan malam-malam indahnya di Pulau Dewata ini dengan mendatangi rumah-rumah PSK di Padang Galak, yang berada di pinggir pantai Sanur itu. Mereka minum-minum, ngobrol, dan juga yang sampai melakukan transaksi dengan PSK. Umumnya, mereka mencari ayam kampung (gadis Bali). Sayang, gadis Bali susah didapatkan. Soalnya, sebagian besar PSK di daerah ini memang berasal dari daerah Banyuwangi dan sejumlah daerah dari Jawa Timur lainnya.
Menurut seorang PSK di Padang Galak, Susi, kepada detikcom, Kamis (31/3/2005), dirinya telah melayani tiga orang yang merupakan tiga penggembira kongres PDIP. Sebenarnya banyak penggembira PDIP yang mendatangi dirinya. Tapi, banyak penggembira yang tidak membayar, karena pura-pura mabuk. Maklum, penggembira memang tidak berduit banyak. Di kawasan PSK Padang Galak dan Pasiran, biasanya penggembira kongres berdatangan secara perorangan atau bergerombol. Karena sama-sama orang Jawa, transaksi pun lebih mudah.
Sementara penggembira di kawasan by pass Sanur memilih menyerbu beberapa rumah bordil di kawasan Semawang dan Belanjong. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan para wanita malam itu. Setiap rumah yang memiliki alamat berakhir huruf X, maka itu dipastikan rumah bordil.
Salah seorang PSK di Semawang, Linda, mengaku melakukan transaksi dengan sejumlah penggembira dan utusan kongres. Bahkan, dia mengaku juga mendapat order untuk datang ke hotel tempat menginap para utusan. “Pokoknya ini berkahlah, karena lebih ramai dari hari-hari biasa,” ungkapnya.
Sedangkan beberapa satgas Kongres PDIP yang berpakaian ala pecalang juga ketiban rezeki dari sejumlah utusan kongres. Seorang satgas, Putu Wardana, mengaku sempat beberapa kali menerima order dari para utusan kongres untuk mencarikan rumah bordil itu. Putu pun mendapatkan rupiah yang lumayan. Sebagian utusan juga mencari kawasan PSK elit yang berada di kawasan Kuta. Bahkan, sejumlah utusan masih mengenakan ID card kongres saat mendatangi kawasan PSK elit di Kuta itu.
Sumber: Detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar