Rabu, 14 Mei 2014

Jokowi Buat Utang Baru Bagi Jakarta


INILAH.COM, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI dianggap telah membuat utang baru lantaran membangun tiga mega proyek di antaranya moda transportasi monorel dan mass rapid transit (MRT).
Salamuddin Daeng dari Indonesia for Global Justice (IGJ) mengatakan, masalah bangsa memang bertumpuk-tumpuk, kemiskinan, hancurnya infrastruktur dan lain-lain, termasuk Jakarta.

Menurutnya, kota Jakarta hari ini telah menjadi kota paling semrawut, kumuh, dengan jutaan rakyat miskin hidup di dalamnya, ketimpangan yang semakin tinggi, disertai tidak adanya perencanaan tata kota yang baik, mal ditancap dimana-mana, gedung dibangun sembarangan, dan sebagainya.

Bahkan, infrastuktur berantakan, bencana banjir setiap musim hujan yang mematikan, kemacetan terjadi setiap hari, pom bensin menjamur hingga berdesakan di tengah pemukiman penduduk.

Bahayanya, kata Salamuddin, pemerintahan baru DKI yakni Joko Widodo mengatasi masalah tersebut dengan utang. Pemprov DKI telah sukses membuat utang untuk tiga megaproyek yaitu, MRT pinjaman dari pemerintah Jepang, monorel dari pemerintah China, dan pengerukan saluran air, pinjaman dari bank dunia.

"Total utang luar negeri untuk membiayai tiga proyek infrastruktur itu mencapai Rp35 triliun," kata Salamuddin, Minggu (17/11/2013).

Khusus dengan Jepang, lanjut dia, Pemprov DKI telah menetapkan Rencana Induk Metropolitan Priority Area (MPA) hingga 2020 dibiayai utang Japan International Cooperation Agency (JICA) yang dikemas dengan Public Private Partnership (PPP) senilai 3,4 triliun yen atau Rp 394 triliun.

"Selain itu, sekitar Yen 1.000.000.000.000 atau sekitar Rp116 triliun akan dibiayai melalui pinjaman ODA termasuk ODA Jepang," ujar dia.

Salamuddin menjelaskan, mega proyek utang itu akan dikerjakan perusahaan Jepang seperti Mitsubishi Corporation, Chiyoda Corporation, JGC Corporation, Taisei Corporation, Tokyo Metro Co Ltd, Hitachi Ltd, Metropolitan Expressway Company Limited, dan NYK Line.

"Tidak hanya itu konsultannya akan akan diimpor dari Nippon Koei Co, Ltd, Oriental Konsultan Co, Ltd, dan Mitsubishi Research Institute, Inc," jelasnya.

Untuk itu, Salamuddin menuturkan bangsa Indonesia hanya jadi penonton, menjadi jarahan bangsa Jepang, China, Amerika Serikat, dan Eropa. Indonesia menjadi budak utang imperialisme.[yeh]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar