Selasa, 25 Februari 2014

Murtad, Warga Halaban Dimualafkan lagi
Ketua MUI Bacakan Dua Kalimat Syahadat
Padang Ekspres • Senin, 28/10/2013 10:29 WIB • Arfidel Ilham • 3866 klik
Limapuluh Kota, Padek—Salah seorang warga Jorong Kapalokoto, Nagari Halaban, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Yeni Mariati, 32 pindah agama alias murtad. Kejadian itu membuat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Limapuluh Kota, Syafrijon dan masyarakat yang mengetahuinya terkejut. Sebab peristiwa itu, menjadi tamparan keras bagi orang Minangkabau dan muslim di daerah yang dikenal memegang filosofi Adat Basandi Syara’ dan Sayara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) itu.
 
Syafrijon bersama sejumlah ulama, Badan Kesbangpol serta Pemerintah Nagari langsung mendatangi rumah murtadin (orang murtad, red),
 
Sabtu (26/10). Setelah dibe­rikan arahan dan pemahaman kembali soal nilai-nilai aqidah Islam, ibu empat orang anak yang sudah pindah agama sejak bebe­rapa tahun belakangan itu, ditun­tun kembali membaca dua kali­mat Syahadat atau diislamkan kembali.
 
“Kita terkejut mendengar informasi yang disampaikan masyarakat soal adanya kembali orang Minangkabau yang mur­tad. Tentunya ini merupakan tamparan keras bagi etnis Mi­nangkabau yang memegang te­guh filosofi Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabulah (ABS-SBK) ini,
 
artinya setiap orang Minang­kabau pastilah muslim,” sebut Ketua MUI Kabupaten Lima­puluh Kota, Syafrijon kepada Padang Ekspres, Sabtu malam.
 
Yeni Mariati yang sebe­lum­nya sudah menikah dan memiliki dua orang anak dari suami per­tama, bercerai. Kemudian dia pergi merantau ke Provinsi Jambi sekitar tahun 2009 lalu. Di sana Yeni berkenalan dengan seorang pria asal Medan Sumtera Utara. Dari perkenalan itulah keduanya saling jatuh cinta dan meren­canakan pernikahan.
 
“Yeni dan suaminya menikah, namun pernikahan yang dila­kukan tidak sesuai dengan tata cara orang Islam. Sebab perni­kahan dilangsungkan di salah satu gereja, Yeni pun sepertinya tidak melakukan penolakan dan mau saja mengikuti suaminya yang nyata-nyata bukanlah orang muslim,” sebut Syafrijon men­ceritakan kronologinya.
 
Sejak pernikahan itu, tidak satupun warga dan keluarga yang mengetahui, Yeni sudah pindah agama. Kehidupan rumah tang­ganya berjalan dengan baik dan memiliki dua orang anak. Ke­mudian ketika kedua orang anak hasil pernikahan dengan pria asal Medan itu sudah tumbuh besar dan pihak gereja akan mem­babtisnya. Namun sebelum kedu­a anaknya dibaptis si ibu juga harus dibaptis lebih dulu.
 
“Sepertinya ketika anak di­baptis dan ibunya belum, harus dibaptis dulu. Sehingga dibap­tislah Yeni oleh pihak gereja pada 14 Juli 2013. Sejak itulah pastinya Yeni sudah menjadi murtad dan menggadaikan aqidahnya se­bagai umat muslim. Kita juga mendapatkan surat pem­bab­ti­san­nya,” kata Ketua MUI Lima­puluh Kota itu.
 
Dilihat dari sisi ekonomi keluarga tersebut, memang be­rada. Sehingga diduga, kata Ke­tua MUI,itulah faktor utama salah seorang warga Kabupaten Limapuluh Kota tersebut mau pindah agama alias murtad. “Ra­sulullah SAW memang me­nga­takan bahwa kefakiran (miskin) membawa seseorang dekat pada kekafiran,”  sebutnya usai mem­bacakan syahadat kem­bali ke­pada Yeni untuk kembali me­meluk Islam.
 
Ketua MUI mengimbau, agar para tokoh Minang dan ulama agar lebih waspada terhadap bahaya pemurtadan. “Sebab an­caman tersebut sangatnyata me­ngancam anak kemenakan kita di ranah Minangkabau. Jangan sampai mereka terperosok dalam lembah pemurtadan,” pungkas Syafrijon.
 
Tokoh dan pemuka ma­sya­rakat Halaban juga sangat ter­kejut dengan kondisi tersebut. Se­hingga ketika Ketua MUI men­datangi rumah murtadin, masya­rakat juga ikut menyaksikan pembacaan kembali dua kalimat Syahadat bagi Yeni.
 
Terpisah Sekretaris Nagari Halaban, Awang, membenarkan peristiwa tersebut. Ia berharap, Yeni bisa kembali ke jalan yang benar dan mampu menjadi muslim dan ibu yang baik bagi anak-anaknya nanti. “Kita hanya berharap Yeni kembali ke jalan yang benar sebagai pemeluk agama Islam,” sebut Awang.
 
Kejadian itu sangat disa­yang­kan Kepala Kantor Kementrian Agama (Kakan  Kemenag), Ka­bupaten Limapuluh Kota, Gus­man Piliang. Sebab kembali urang Minangkabau penganut Islam fanatik bisa berpindah agama atau murtad. Padahal keturunan orang Minang sudah pasti menganut Islam.
 
“Kita sangat me­nyayang­ka­nya, sebab orang Minangkabau yang notabene adalah penganut Islam dengan filosofi Adat Ba­sandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah itu, bisa juga terseret menjadi murtad. Sehingga sudah sepantasnya tungku tigo saja­rangan (pemuka adat, agama dan intelektual) kembali  mem­perkuat barisan,” sebutnya.
 
Begitu juga dengan pihak Kementrian Agama, menurut Gusman penyuluhan agama dan peran  Kantor Urusan Agama  (KUA) juga akan lebih
 
ditingkatkan. “Namun kita juga perlu tahu apa modus yang dilakukan untuk menjadikan seseorang bisa  indah agama. Apakah melalui tekanan, paksaan atau iming-iming. Namun se­pintas kita mendengar faktor ekonomi juga menjadi penyebab utamanya,” terang Gusman.
 
Terpisah, aktivis Forum Pe­duli Luak Limopuluah, Yudilfan Habib dengan ketus me­ngung­kapkan,  kebanyakan orang Mi­nangkabau tidak lagi memegang teguh nilai-nilai tradisi dan adat istiadatnya.
 
“Wajar saja jika kini banyak orang Minangkabau yang tidak lagi mengenal adatnya, begitu juga dengan agama. Sebab, peran tungku tigo sajarangan gagal menyampaikan nilai-nilai ke­budayaan dan keagamaan yang baik. Sehingga mudah sekali disusupi, hingga pindah agama sekalipun,” pungkasnya. (*)
 
LIMAPULUIH KOTA, HALUAN
 
 Yeni Mariati (32), ibu rumah tangga di Jorong Kapalo Koto, Nagari Halaban, Kecamatan Lareh Sago Hala­ban, Kabupaten Limapuluh Kota, nekat pindah ke agama Kristen lantaran faktor ekonomi.
“Kita sangat terkejut mendengar salah seorang warga Limapuluh Kota murtad. Ini merupakan tamparan keras bagi orang-orang Minangkabau  yang dikenal memegang teguh filosofi Adat Basandi Syara’ dan Sayra’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK),” ujar Syafrijon Ketua MUI Kabupaten Lima­puluh Kota serta Gusman Piliang Kakan Kemenag  Limapuluh Kota, Sabtu (27/10).
Setelah mendapat informasi adanya warga yang pindah agama, Sabtu (26/10), MUI, ulama serta pihak Pemkab Limapuluh Kota mendatangi rumah Yeni Mariati untuk memastikan hal tersebut.
“Kami mengunjungi rumah­nya, agar ia kembali  membaca dua kalimat Syahadat dan kembali ke ajaran Islam,” tutur mereka.
Yeni secara resmi pindah ke agama Kristen pada tanggal 14 Juli 2013 lalu. Ketika itu ibu yang telah memiliki 4 orang anak itu dibaptis oleh pihak gereja. Awalnya, Yeni merupakan seorang janda dengan 2 anak. Karena mengurus anak seorang diri dengan kehidupan kurang mampu, tahun 2009 lalu, Yeni memutuskan diri untuk merantau ke Jambi.
Beberapa lama bekerja di Jambi, akhirnya Yeni menikah dengan seorang pria nonmus­lim  asal Medan. Beberapa tahun kemu­dian, pasangan tersebut memiliki 2 orang anak dari hasil pernikahannya.
“Pernikahan mereka, malah dilakukan di gereja. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan, 2 anak hasil pernikahan ini, juga sudah dibaptis. Kita juga sudah melihat  surat pembap­tisannya. Sepertinya, Yeni tidak melakukan penolakan dan mau mengikuti apa saja termasuk soal agama dari suaminya yang nyata-nyata bukan muslim,” ujar Syafrijon .
Kedatangan para  ulama ke rumah Yeni, sempat mengejutkan warga setempat yang tak percaya dengan kejadian tersebut. Bahkan, upaya para ulama untuk  membujuk Yeni mengu­capkan kembali dua kalimat Syahadat, sempat jadi tontonan warga.
Sementara itu, tokoh masya­rakat Halaban sekaligus anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota, Zukron, berharap kejadian murtadnya warga karena faktor ekonomi seperti ini tak terulang kembali. Bahkan, ke depan, politisi PKS itu akan berupaya untuk memperjuangkan anggaran lebih besar bagi masyarakat yang kurang mampu di Kabu­paten Limapuluh Kota.
Secara terpisah, pihak Kementerian Agama Kabupaten Limapuluh Kota bakal mening­katkan  penyuluhan agama dan peran  Kantor Urusan Agama  (KUA). “Sudah sepantasnya tungku tigo sajarangan yakni pemuka adat, pemuka agama dan cadiak pandai  saling mempererat barisan, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali.  Kita semua tahu, orang Minangkabau berpegang teguh pada  filosofi adat basandi syara’ dan syara’ basandi kitabullah. Dan begi­tupun kami, bakal gencar serta meningkatkan ajaran serta penyuluhan agama  di tengah-tengah  masyarakat,” ujar Gusman Piliang Kepala Kantor Kemen­terian Agama  Kabu­paten Limapuluh Kota.
Setahun yang lalu, salah seorang warga Kabupaten Limapuluh Kota  sekaligus siswa MAN 1 Payakumbuh  juga nekat  keluar dari agama Islam (murtad), karena kehidu­pan yang miskin. Meski sempat menghe­bohkan Sumbar, remaja yang telah pindah ke agama Kristen tersebut, dengan perhatian dari pemerintah serta ulama Sumbar, akhirnya kembali ke ajaran Islam. (h/cw-ddg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar